Hampir 20% Anak Muda di China Pengangguran, Kok Bisa?

Tingkat pengangguran masyarakat berusia 16 hingga 24 tahun di China yang tidak bersekolah naik menjadi 18,8% bulan lalu

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Sep 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 14:00 WIB
FOTO: Corona Mereda, Kota Terlarang China Kembali Dibuka
Para pengunjung mengenakan masker saat berjalan di Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta Tingkat pengangguran di kalangan generasi muda di China kembali naik ke level tinggi pada bulan Agustus 2024.

Melansir CNBC International, Senin (23/9/2024), tingkat pengangguran masyarakat berusia 16 hingga 24 tahun di China yang tidak bersekolah naik menjadi 18,8% bulan lalu, menurut data terbaru Biro Statistik Nasional Tiongkok.

Angka tersebut menandai kenaikan dari 17,1% yang tercatat pada bulan Juli, dan 13,2% pada bulan Juni 2024. Tingkat pengangguran perkotaan China di semua kategori usia juga naik menjadi 5,3% pada bulan Agustus, dibandingkan dengan 5,2% pada bulan Juli 2024.

Tiongkok sempat menghentikan pelaporan tingkat pengangguran pemuda untuk sebagian besar paruh kedua tahun lalu sementara mereka menilai kembali metode perhitungannya.

“Semakin sulit bagi kaum muda untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi seperti sebelumnya, karena dalam tiga tahun terakhir, sektor jasa perkotaan bernilai tambah tinggi yang dulu menyerap banyak lulusan baru mengalami kontraksi tajam, khususnya di sektor real estat, keuangan, dan IT,” kata Dan Wang, kepala ekonom di HSBC.

Dampak Ekonomi

Pengangguran di kalangan generasi muda di Tiongkok juga dipengaruhi oleh kebijakan perekrutan yang ketat di tengah kondisi ekonomi yang sulit belakangan ini, karena perusahaan menolak mempekerjakan lulusan perguruan tinggi baru akibat terbatasnya biaya.

“Banyak perusahaan menolak mempekerjakan lulusan perguruan tinggi baru karena khawatir akan biaya dan kesulitan hukum jika mereka harus memberhentikan seseorang setahun kemudian, jika ekonomi tetap lesu,” ungkap Shaun Rein, pendiri China Market Research Group.

“Perusahaan harus membayar n+2. Jika seseorang bekerja selama 2 tahun, maka perusahaan harus memberikan pemberitahuan 30 hari ditambah gaji 2 bulan. Ini mahal, jadi tidak ada yang mau memberhentikan siapa pun sekarang atau mempekerjakan orang baru,” jelas Rein.

"Itulah sebabnya tingkat pengangguran secara keseluruhan tidak terlalu buruk, tetapi tingkat pengangguran di kalangan pemuda sangat tinggi," tambah Rein.

 

Penjualan Ritel China Tak Sesuai Harapan

China Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di Tahun 2023
Komuter yang memakai masker berjalan melintasi persimpangan di kawasan pusat bisnis pada hari dengan tingkat polusi udara yang tinggi di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Data ini muncul setelah serangkaian angka mengecewakan lainnya dari Tiongkok dalam beberapa minggu terakhir, termasuk penjualan sektor ritel dan produksi industri yang tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan.

Meskipun ada seruan untuk pelonggaran kebijakan dan langkah-langkah stimulus, Bank Rakyat Tiongkok mempertahankan suku bunga acuan utamanya pada hari Jumat.

Setelah pemulihan yang lesu tahun lalu dari pandemi Covid-19, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini terus menghadapi tantangan karena penurunan pasar real estat dan lemahnya kepercayaan konsumen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya