Indonesia Simpan 45% Cadangan Nikel Dunia

Hilirisasi nikel sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah, tetapi juga sebagai motor utama dalam mendukung transisi energi melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Okt 2024, 14:45 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2024, 14:45 WIB
Ilustrasi bahan baku nikel di salah satu smelter yang berlokasi di Maluku. (Deon/Liputan6.com)
Ilustrasi bahan baku nikel di salah satu smelter yang berlokasi di Maluku. (Deon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memamerkan keunggulan yang dimiliki Indonesia dari kekayaan sumber daya alamnya, salah satunya kepemilikan cadangan nikel terbesar di dunia.

“Cadangan nikel dunia di 2023 menurut data Geologi Amerika, kita punya 25% cadangan nikel dunia, tapi 4 bulan lalu Geologi Amerika mengatakan cadangan nikel kita mencakup 40-45% nikel dunia,” ungkap Bahlil Lahadalia dalam kegiatan Rakornas REPNAS 2024 di Jakarta, Senin (14/10/2024).

Seperti diketahui, nikel menjadi salah satu sumber penting untuk memproduksi mobil listrik.

“Sekarang hampir seluruh dunia membicarakan mobil listrik, meninggalkan fosil. Mobil listrik itu komponennya 40% baterai. Baterai terdiri dari 4 komponen yaitu mangan, kobalt, lithium, dan nikel. Dari 4 komponen tersebut, 80%-nya adalah nikel. Di Indonesia, kita memiliki 3 dari komponen tersebut yaitu mangan, kobalt, dan nikel, tapi kita tidak memiliki lithium,” papar Bahlil.

Bahlil memaparkan bahwa komponen mobil listrik berdasarkan biaya adalah baterai 40%, motor listrik 15%, dan komponen lainnya 45%.

Selanjutnya, komponen baterai pada mobil listrik yang banyak digunakan adalah untuk Nickel-Cobalt-Aluminium (NCA), yang terdiri dari 80% nikel, 15% kobalt, dan 5% aluminium.

Adapun untuk jenis Nickel-Mangan-Cobalt (NMC811), komposisinya adalah 80% nikel, 10% mangan, dan 10% kobalt.

Tak hanya nikel, Indonesia juga memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia, hingga 42,1%.

Nikel Jadi Kuncian Prabowo Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 8%, Kok Bisa?

Pabrik PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) siap memproduksi nikel sulfat. (NCKL)
Pabrik PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) siap memproduksi nikel sulfat. (NCKL)

Sebelumnya, Wakil Ketua Tim TKN Prabowo-Gibran sekaligus Wakil Ketua Komisi Energi DPR, Eddy Soeparno, mengungkapkan strategi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen.

Menurut Eddy, pemerintahan Prabowo-Gibran akan berfokus pada pengembangan hilirisasi nikel yang berkelanjutan sebagai langkah utama untuk mencapai target tersebut. Ini karena Indonesia merupakan produsen terbesar dan memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

"Hilirisasi nikel berkelanjutan akan menjadi salah satu prioritas utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen," ujar Eddy saat berbicara di Jakarta, Senin (30/8/2024).

Dia menjelaskan, dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 130 juta ton, sekitar 55 juta ton atau 42 persen di antaranya berada di Indonesia. Dari segi ekonomi, Indonesia memperoleh Rp 106,59 triliun dari ekspor nikel pada tahun 2023.

Selain itu, industri pengolahan hasil tambang atau smelter nikel di Indonesia terus berkembang sejak diberlakukannya larangan ekspor nikel mentah mulai 1 Januari 2020.

Pada tahun 2023, pasokan nikel dari Indonesia menyumbang 55 persen dari total pasokan global dan diproyeksikan meningkat menjadi 64 persen pada tahun 2024.

Ekosistem Kendaraan Listrik

Nikel sulfat produksi PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL). (Dok NCKL)
Nikel sulfat produksi PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL). (Dok NCKL)

Eddy juga menekankan bahwa Presiden terpilih, Prabowo Subianto, tidak hanya melihat hilirisasi nikel sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah, tetapi juga sebagai motor utama dalam mendukung transisi energi melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

"Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin pasar global dalam hilirisasi nikel, termasuk dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik. Ini sesuai dengan kebutuhan global yang terus berkembang terhadap kendaraan listrik," tambah Eddy.

Sementara itu, Dewan Pakar dan Penasihat Kebijakan Iklim TKN Prabowo-Gibran, Ferry Latuhihin, menyoroti potensi kekayaan alam Indonesia. Menurut hitungannya, potensi nilai karbon yang dimiliki Indonesia bisa mencapai Rp 3.000-4.000 triliun.

Dengan potensi ini, pemerintahan Prabowo-Gibran juga akan memaksimalkan hilirisasi berkelanjutan untuk mendukung dekarbonisasi. Ferry menegaskan bahwa strategi ini tidak hanya diambil karena tuntutan global, tetapi juga demi kepentingan nasional.

"Ekonomi hijau ini bukan hanya untuk memenuhi Paris Agreement, tapi juga menjadi sumber pendapatan bagi negara kita. Kita harus kembali pada alam," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya