KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga di Triwulan III-2024

Sri Mulyani Indrawati menegaskan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia pada triwulan III-2024 masih dalam kondisi yang terjaga

oleh Tira Santia diperbarui 18 Okt 2024, 17:33 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2024, 17:33 WIB
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bertemu membahas mengenai kondisi ekonomi dan keuangan RI
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bertemu membahas mengenai kondisi ekonomi dan keuangan RI (dok: Tira)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati menegaskan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia pada triwulan III-2024 masih dalam kondisi yang terjaga.

“SSK pada triwulan III-2024 yakni Juli-September tetap terjaga,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2024).

Hal ini sejalan dengan meredanya tekanan di pasar keuangan global setelah pelonggaran kebijakan moneter dilakukan berbagai negara utama, seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Kendati demikian, Sri Mulyani mengatakan memasuki triwulan IV-2024, dinamika ekonomi dan pasar keuangan perlu terus diantisipasi. Hal ini seiring dengan terjadinya eskalasi gejolak geopolitik di Timur Tengah.

“Kami berempat anggota KSSK, terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua LPS, menyepakati meningkatkan koordinasi dan sinergi antar keempat lembaga sistem keuangan,” ujarnya.

KSSK Mulai Waspada

Ia menegaskan bahwa KSSK akan meningkatkan kewaspadaan di tengah berbagai risiko, terutama dari eksternal yang begitu dinamis. Selain itu, KSSK juga mewaspadai potensi rambatannya terhadap perekonomian dan stabilitas sistem keuangan dalam negeri.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan bahwa ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda saat ini didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter dari beberapa negara utama. Misalnya, tekanan inflasi di beberapa negara utama yang melambat atau menurun.

Alhasil, perkembangan tersebut telah mendorong Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga acuan di AS diturunkan atau dipangkas sebesar 50 bps ke level 4,75 persen hingga 5 persen pada September 2024.

BI Prediksi Pertumbuan Ekonomi Dunia 3,2 Persen, Ini Alasannya

Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 cenderung melambat di kisaran 3,2 persen. Pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kebijakan moneter negara maju.

"Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 3,2 persen dengan kecenderungan melambat," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (16/10/2024).

Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar keuangan global yang kembali meningkat di tengah konvergensi kebijakan moneter negara maju. Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah mendorong ketidakpastian pasar keuangan global.

Selanjutnya, inflasi global saat ini cenderung menunjukkan tren penurunan, sehingga mendorong konvergensi pelonggaran kebijakan moneter, khususnya di negara maju.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan bahwa di Amerika Serikat, rilis terbaru tingkat pengangguran menunjukkan perbaikan di tengah prospek inflasi yang lebih rendah, sehingga mendorong ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan Fed Fund Rate yang lebih cepat dari perkiraan semula.

"Hal tersebut menyebabkan kenaikan yield US Treasury tenor 2 tahun dan 10 tahun, serta penguatan indeks dolar Amerika Serikat terhadap mata uang utama (DXY)," ujarnya.

Tren Penurunan Suku Bunga

Ke depan, tren penurunan suku bunga kebijakan di negara maju, khususnya Amerika Serikat, diperkirakan akan terus berlanjut, meskipun dinamika ketegangan geopolitik perlu terus dicermati.

"Perkembangan ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan untuk memitigasi dampak rambatan global, termasuk mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas nilai tukar guna menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya