Liputan6.com, Jakarta Kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris dalam pemilu menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih dalam momen yang bersejarah.
Dalam pidatonya kepada para pendukung di Florida, Trump menyatakan bahwa mandat yang dia terima sangat kuat dan belum pernah terjadi sebelumnya. Trump berjanji untuk mengantarkan zaman keemasan Amerika yang dibangun di atas serangkaian kebijakan utama, seperti peningkatan tarif, pemotongan pajak, deregulasi, dan penarikan diri dari perjanjian-perjanjian global. Dilansir dari CNBC pada Senin (11/11/2024).
Baca Juga
Namun di sisi lain, kemenangan Trump ini diperkirakan akan membawa dampak besar bagi ekonomi dunia dan memicu kekhawatiran di berbagai negara.
Advertisement
Seorang ekonom politik di Abrdn, Lizzy Galbraith mengungkapkan bahwa meskipun agenda Trump sudah cukup jelas, tetapi sejauh mana dia akan berhasil menerapkannya masih sulit diprediksi. Faktor kunci, menurutnya adalah apakah Trump akan memiliki kendali penuh atas Kongres. Jika dia menguasai Kongres, ada kemungkinan besar bahwa dia dapat menerapkan agenda pemotongan pajak dan deregulasi dengan lebih leluasa.
“Kongres memiliki peran yang sangat besar dalam hal ini,” kata Galbraith kepada CNBC. Namun, bersama dengan deregulasi dan pemotongan pajak, Trump juga diharapkan akan menerapkan kebijakan tarif yang lebih agresif, terutama terhadap negara-negara tertentu seperti China dan Meksiko.
Dalam kampanyenya, Trump mengusulkan tarif menyeluruh sebesar 20% untuk semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat, tarif hingga 60% pada produk-produk China, dan bahkan tarif ekstrem hingga 2.000% untuk kendaraan yang diproduksi di Meksiko.
Langkah-langkah ini, bila diterapkan, akan berdampak langsung pada harga barang-barang yang dikonsumsi di Amerika Serikat, yang pada akhirnya bisa memperlambat pengeluaran konsumen.
Kebijakan Trump berdampak bagi Eropa
Galbraith juga menyatakan bahwa fokus utama Trump dalam kebijakan tarif adalah China. Ia menilai bahwa tarif yang diterapkan pada produk China dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan konsesi dari pihak China atau, dalam skenario lebih ekstrem, diterapkan lebih luas tanpa melihat dampak ekonominya. Di sisi lain, Galbraith mengatakan bahwa kemungkinan penerapan tarif dasar pada barang-barang Eropa lebih rendah, meskipun ada risiko tertentu untuk beberapa produk tertentu.
Di Eropa, analis melihat bahwa kebijakan Trump bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi kawasan itu. Direktur penelitian makro global di Oxford Economics, Ben May menyebut dampak langsung Trump 2.0 pada ekonomi global mungkin terbatas dalam jangka pendek. Namun, May menyoroti bahwa kebijakan Trump bisa mengubah komposisi perdagangan dunia dan mengganggu pasar keuangan.
Signum Global Advisors memperingatkan bahwa Uni Eropa mungkin menjadi "pecundang terbesar dari era Trump kedua." Selain ketegangan perdagangan, kebijakan Trump diprediksi dapat menambah frustrasi dengan keputusan kebijakan utama Eropa, terutama jika dia ingin mempercepat relokasi modal keluar dari kawasan tersebut untuk mendukung investasi di Amerika.
Advertisement
Dampak Perekonomian di Asia
Di Asia, khususnya di China, para analis menyebut bahwa Trump 2.0 adalah "berita buruk" bagi kawasan ini, meskipun kini negara-negara Asia lebih siap menghadapi dampak kebijakan proteksionis Trump dibandingkan saat dia pertama kali menjabat pada 2016. Macquarie Group menyoroti bahwa tarif tinggi Trump akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas pasar di Asia. “Prinsip utama kampanye Trump adalah tarif yang lebih tinggi. Meski sudah jelas, hambatan perdagangan ini mungkin akan melanda Asia, khususnya China, dan akan meningkatkan ketidakpastian serta menekan perkalian harga pasar,” tulis Macquarie dalam sebuah catatan penelitian.
Kemenangan Trump ini telah menghidupkan kembali perdebatan tentang dampak kebijakan ekonomi Amerika yang lebih tertutup bagi ekonomi global. Kebijakan tersebut dapat mengubah arus perdagangan, menciptakan ketidakpastian pasar, serta menambah tekanan pada negara-negara yang bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat.
Meskipun Trump menyebut era ini sebagai zaman keemasan Amerika, tetapi banyak negara, ini bisa menjadi masa yang penuh tantangan dan adaptasi terhadap kebijakan ekonomi baru Amerika.