Capai Target Net Zero Emission 2060, PLN Siapkan 2 Jurus Ini

PT PLN (Persero) lewat Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menunjukkan langkah awal realisasi transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060, melalui LNG Midstream Infrastructure dan pemanfaatan cofiring biomassa.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Nov 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 20:30 WIB
(Foto: PLN UP 3 Pasuruan)
Petugas perbaiki tiang listrik di Bundaran Apolo, Pasuruan, Jawa Timur (Foto: PLN UP 3 Pasuruan)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) lewat Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menunjukkan langkah awal realisasi transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060, melalui LNG Midstream Infrastructure dan pemanfaatan cofiring biomassa.

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menyampaikan PLN EPI akan terus mendukung program Pemerintah dalam mewujudkan transisi energi menuju NZE di tahun 2060.

“Salah satu strategi yang dilakukan PLN EPI menuju NZE melalui penggunaan gas karena gas merupakan energi fosil paling bersih yang akan menggantikan BBM dan batu bara sebagai base load. Selain itu, dalam jangka panjang, gas dibutuhkan sebagai pelengkap energi terbarukan,” kata Iwan, Minggu (24/11/2024).

Lanjut Iwan, Indonesia memiliki sumber gas yang melimpah sehingga kebutuhan gas diperkirakan akan terus meningkat mengingat gas akan menjadi energi transisi sebelum beroperasinya pembangkit renewable.

Pembangunan infrastruktur midstream dan downstream LNG sangat penting bagi PLN untuk mempercepat penggantian penggunaan BBM oleh gas alam dan target pasokan energi yang lebih bersih, efisien, dan ramah lingkungan.

Selain itu, PLN EPI juga telah melakukan pengembangan cofiring melalui biomassa ke PLTU PLN. Sampai dengan September 2024, PLN EPI berhasil memasok 1.1 juta ton biomassa ke 46 lokasi PLTU PLN di seluruh Indonesia.

“Implementasi cofiring biomassa ke PLTU tersebar, berhasil menurunkan emisi sebesar 1,32 juta ton CO2. PLN EPI berhasil menghasilkan produksi green energy sebesar 1,201 juta MWh,” jelas Iwan.

 

Pasok Biomassa

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Dari tahun 2020-2024, PLN EPI berhasil memasok biomassa untuk cofiring dengan total pencapaian pemakaian biomassa sebesar 3 juta ton sehingga berhasil menurunkan emisi sebesar 3,2 juta ton CO2. Hal ini akan terus ditingkatkan oleh PLN EPI melalui transisi energi untuk mewujudkan NZE 2060.

PLN EPI bersama Anak Perusahaannya yakni PLN Batubara Niaga (BBN), Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAg), dan PLN Energi Gas (EG) pun pamerkan program transisi energi pada Electricity Connect 2024 melalui LNG Midstream Infrastructure dan pemanfaatan cofiring biomassa pada acara yang diselenggarakan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI).

Dalam ajang tersebut PLN EPI meraih penghargaan Best Emerging Sustainable Primary Energy Services sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya transisi energi yang telah dilakukan PLN EPI dan Runner Up Most Visited Booth, sebagai bukti antusiasme pengunjung terhadap upaya dan inovasi yang dilakukan oleh PLN EPI dalam mendukung NZE.

Mengintip Tren Investasi Kelistrikan di Indonesia

ESDM
Tinggi tiang turbin 133 meter, dengan panjang bilah (blade) 63 meter, dibangun dan dioperasikan oleh konsorsium PT Redaya Energy Pte & PT Global Pacific Energy, dengan harga jual listrik ke PT PLN sebesar 11,850 USD cent/kWh.

Sebelumnya, sebagai host sesi knowledge sharing mengenai keuangan berkelanjutan pada Electricity Connect 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Climate Policy Initiative (CPI) meluncurkan kajian terbarunya berupa Dasbor Pembiayaan Pembangkit Listrik di Indonesia.

Dasbor interaktif ini memetakan seluruh investasi untuk pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) vs bahan bakar fosil di Indonesia, serta pendanaan yang mengalir melalui PLN.

Dikembangkan dengan metode triangulasi berupa konsolidasi dataset dari berbagai sumber resmi, dasbor ini menjawab permasalahan akses dan transparansi data investasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia.

Fitur interaktif dasbor ini juga memudahkan dalam melihat arus investasi berdasarkan sumber, penggunaan tematik, dan alokasi sektoral sehingga pemangku kepentingan pemerintah dan industri terkait dapat mengidentifikasi titik masuk investasi, kesenjangan pembiayaan, peluang investasi baru, serta perencanaan strategis terkait agenda transisi energi Indonesia menuju emisi nol bersih.

“Indonesia memerlukan visibilitas mengenai apakah kebijakan energi saat ini sudah cukup mempercepat investasi hijau. Data menunjukkan bahwa total investasi pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil hampir dua kali lipat dari total investasi pada pembangkit listrik EBT," kata Direktur CPI Indonesia Tiza Mafira dikutip Sabtu (22/11/2024).

"Ada peluang yang sangat besar untuk memikirkan kembali dan mengalihkan arus investasi tersebut, terutama dari lembaga keuangan swasta internasional sebagai kontributor terbesar. Dengan memanfaatkan data investasi yang komprehensif di dasbor kami, kebijakan dan investasi dapat dioptimalkan untuk membangun masa depan yang aman, kompetitif, dan rendah karbon bagi Indonesia,” lanjut dia.

 

Temuan Tren Investasi Kelistrikan

PT PJB dan PLN Bali siapkan  energi bersih PV rooftop sebesar 243 kWp  untuk mendukung pelaksanaan G20. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).
PT PJB dan PLN Bali siapkan energi bersih PV rooftop sebesar 243 kWp untuk mendukung pelaksanaan G20. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).

Berikut temuan kunci dasbor mengenai tren investasi kelistrikan di Indonesia:

Pertama, rata-rata investasi untuk EBT per tahun (2019 – 2021) adalah sebesar USD 2,2 miliar, terpaut jauh dari kebutuhan pendanaan sebesar USD 9,1 miliar per tahun hingga tahun 2030 untuk mencapai target iklim Indonesia seperti tercantum pada dokumen ENDC Indonesia.

Kedua, investasi yang mengalir ke EBT juga masih jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata investasi untuk bahan bakar fosil sebesar sebesar USD 3,7 miliar per tahun.

Ketiga, sebanyak 94% pendanaan bahan bakar fosil berasal dari investor swasta (84% asing, 10% domestik). Ini menunjukkan tren mengkhawatirkan pelonjakan investasi fosil dari swasta, terutama modal asing.

Keempat, membandingkan efisiensi keseluruhan portfolio energi PLN, biaya operasional (di luar biaya depresiasi) pembangkit istrik berbahan bakar fosil per unit produksi cukup tinggi, antara lain diesel (Rp. 2211 per Kwh), gas (Rp. 1402 per Kwh), dan batu bara (Rp. 526 per Kwh).

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya