Penting Nih! Tarif Pajak 0,5% untuk UMKM Harus Diperpanjang

Stimulus fiskal berupa pajak untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali menjadi sorotan

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Nov 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2024, 13:45 WIB
UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Stimulus fiskal untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali menjadi sorotan. Para pengamat menilai, kebijakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final sebesar 0,5 persen yang akan berakhir pada 2024 perlu diperpanjang, bahkan diturunkan.

Langkah ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis UMKM yang menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa UMKM membutuhkan stimulus yang lebih besar untuk menghadapi tantangan ke depan, termasuk kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun 2025. Ia mengusulkan agar tarif PPh bagi UMKM diturunkan menjadi 0,1 hingga 0,2 persen sebagai bentuk dukungan konkret.

“Tarif 0,5 persen harus dipertahankan, bahkan diturunkan. Ini tidak hanya meringankan beban UMKM, tetapi juga mendorong kepatuhan pajak. Jika tarifnya terlalu tinggi, pelaku UMKM cenderung sulit patuh, dan ini akan mengurangi potensi penerimaan pajak negara,” kata Bhima kepada wartawan, Senin (25/11/2024).

Menurut Bhima, penurunan tarif PPh dapat menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing UMKM, yang saat ini menyerap 97 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Kebijakan ini juga dianggap mampu mendorong penyerapan tenaga kerja lebih besar di tengah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri padat karya.

Hingga Ekonomi Pulih

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, menambahkan bahwa pemerintah perlu menunda kenaikan PPN hingga ekonomi benar-benar pulih.

Menurutnya, insentif pajak yang optimal akan membantu UMKM mengurangi beban operasional dan memperkuat daya saing di pasar domestik maupun internasional.

“Dukungan fiskal seperti tarif PPh yang rendah adalah kunci. Jika insentif ini dicabut, UMKM akan kesulitan bersaing dan terancam gulung tikar,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk memperpanjang kebijakan tarif PPh Final 0,5 persen sesuai PP Nomor 23 Tahun 2018. Langkah ini diharapkan mampu menjaga stabilitas UMKM dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar, yang menjadi segmen terbesar dalam ekosistem UMKM.

 

Manfaat Stimulus Pajak bagi UMKM

Bantu Percepat Digitalisasi UMKM di Indonesia, Juragan Doku Permudah Transaksi Digital dengan Ragam Pilihan Pembayaran
Bantu Percepat Digitalisasi UMKM di Indonesia, Juragan Doku Permudah Transaksi Digital dengan Ragam Pilihan Pembayaran (Doc: Liputan6.com/SulungLahitani)
  1. Meningkatkan Kepatuhan Pajak – Tarif yang lebih rendah cenderung membuat pelaku UMKM lebih patuh.
  2. Menekan Beban Operasional – Insentif fiskal membantu UMKM tetap kompetitif.
  3. Menjaga Serapan Tenaga Kerja – Sektor UMKM menyerap 117 juta tenaga kerja atau 97 persen dari total lapangan kerja di Indonesia.

Dengan dukungan fiskal yang tepat, UMKM dapat terus berkontribusi sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

Perpanjangan dan penurunan tarif PPh menjadi langkah strategis untuk memperkuat daya tahan sektor ini di tengah tantangan global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya