BJ Habibie Pernah Bikin Rupiah Rp 6.550 per Dolar AS, Simak Sejarahnya

Era kepemimpinan Presiden B.J. Habibie menandai periode penting bagi stabilitas ekonomi Indonesia, di mana berbagai langkah diambil untuk memulihkan nilai rupiah pasca krisis finansial Asia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Nov 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2024, 12:00 WIB
[Fimela] BJ. Habibie
BJ. Habibie (Instagram/b.jhabibie)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah semakin mendekati level Rp 16.000 pada Selasa, 26 November 2024. Kurs rupiah pada Selasa (26/11/2024), ditutup melemah 53,5 point terhadap Dolar AS (USD).

Pada perdagangan kemarin, rupiah sempat melemah 60 point di level Rp 15.934,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,881. 

Melihat dari pelemahan nilai tukar rupiah ini, tahukah anda bahwa rupiah pernah berada di Rp 6.550 per dolar AS. Ya, saat itu terjadi di era Presiden BJ Habibie. Padahal, saat krisis moneter 1998, rupiah semmpat menyentuh Rp 16.800 per dolar AS.

Lantas, apa saja yang dilakukan Habibie untuk mengangkat rupiah kala itu?

Masa kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden Indonesia di tengah krisis moneter 1997–1998 adalah salah satu periode paling kritis bagi perekonomian bangsa.

Dengan sejumlah langkah strategis, Habibie berhasil memperkuat nilai tukar rupiah dan memulihkan kepercayaan ekonomi.

Strategi Penguatan Rupiah

Berikut langkah-langkah kunci yang diambil:

1. Konsolidasi Empat Bank

Di tengah kondisi bank rush pada 1997, Habibie mengambil langkah restrukturisasi perbankan. Langkah ini menghasilkan berdirinya Bank Mandiri, yang merupakan hasil konsolidasi empat bank milik pemerintah. Konsolidasi ini menciptakan perbankan yang lebih sehat dan mampu menopang perekonomian nasional.

2. Memisahkan Bank Indonesia dari Pemerintah

Habibie memutuskan untuk memisahkan Bank Indonesia (BI) dari struktur pemerintah melalui UU No. 23 Tahun 1999. Meskipun sempat mendapat penolakan, kebijakan ini memberikan BI kebebasan untuk mengintervensi nilai tukar rupiah tanpa tekanan politik, yang menjadi tonggak penting dalam independensi moneter Indonesia.

3. Menerbitkan SBI dengan Suku Bunga Tinggi

Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan, Habibie menginstruksikan penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan suku bunga tinggi. Strategi ini mendorong masyarakat untuk kembali menyimpan uang di bank, sekaligus mengurangi jumlah uang yang beredar.

4. Menahan Kenaikan Tarif Listrik dan BBM

Di tengah tekanan hiperinflasi akibat krisis moneter, Habibie mengambil keputusan strategis untuk tidak menaikkan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan ini bertujuan menjaga daya beli masyarakat dan memastikan harga bahan pokok tetap terjangkau bagi semua kalangan.

Langkah-langkah tersebut tidak hanya membantu memulihkan nilai tukar rupiah, tetapi juga memperkuat fondasi perekonomian Indonesia untuk menghadapi tantangan di masa depan.

 

Rupiah Dekati 16.000 per USD 26 November 2024

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Rupiah semakin mendekati level Rp.16.000 pada Selasa, 26 November 2024. Kurs rupiah ditutup melemah 53,5 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 60 point di level Rp.15.934,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15,881. 

“Sedangkan untuk besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.920 - Rp.16.000,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Selasa (26/11/2024).

“Dolar AS telah naik selama delapan minggu berturut-turut dengan banyak indikator teknis yang menunjukkan overbought karena taruhan bahwa kebijakan Trump akan memicu inflasi dan semakin mendukung dolar, setelah Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan tambahan pada Tiongkok dan negara-negara lain, yang meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang baru,” papar Ibrahim.

Dalam platform media sosial miliknya Truth Social, Trump mengatakan bahwa ia akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada barang-barang impor dari China dan 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada. 

Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi migran dan obat-obatan terlarang yang melintasi perbatasan AS, katanya.

Tarif Impor AS

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan kenaikan tarif impor di AS menandakan lebih banyak hambatan ekonomi bagi China, Ibrahim menyebut, Beijing juga diperkirakan akan memperkenalkan lebih banyak stimulus fiskal untuk mengimbangi dampak tarif. 

"Selain itu, perdagangan sepi menjelang hari libur Thanksgiving AS pada hari Kamis, dan hari Jumat, yang juga merupakan hari libur bagi banyak profesional pasar,” Ibrahim menyoroti.

Satu-satunya data utama yang akan dirilis pekan ini adalah pembacaan kedua PDB AS kuartal ketiga 2024 dan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi bulan Oktober.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya