Liputan6.com, Jakarta - Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok telah memerintahkan Kementerian Perhubungan negara itu untuk melakukan inspeksi keselamatan darurat terhadap sistem operasi maskapai.
Langkah ini menyusul peristiwa kecelakaan yang terjadi pada penerbangan Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan pada hari Minggu (29/12), menewaskan 179 korban.
Baca Juga
Melansir CNBC International, Senin (30/12/2024) Choi Sang-mok dikabarkan telah berbicara pada pertemuan pengendalian bencana di Ibu Kota Seoul.
Advertisement
Choi Sang-mok pun menyampaikan komitmen pemerintah Korea Selatan dalam memberikan dukungan pada keluarga korban kecelakaan Jeju Air, dan mengumumkan masa berkabung selama tujuh hari bagi negara itu.
"Pilot mengumumkan mayday setelah mengeluarkan peringatan tabrakan," kata Joo Jong-wan, direktur divisi kebijakan penerbangan di Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan.
Adapun kepala kantor dukungan manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon dalam keterangan terpisah mengatakan bahwa pihak maskapai akan mendukung para korban dan keluarga mereka.
Dia juga menyebut, pesawat itu dilindungi oleh asuransi senilai USD 1 miliar, demikian menurut laporan kantor berita Yonhap.
Sementara itu, CEO Jeju Air, Kim E-bae tidak membenarkan atau membantah kabar yang beredar bahwa pesawat bertabrakan dengan burung saat kecelakaan terjadi.
“Saat ini, penyebab pasti kecelakaan tersebut belum diketahui, dan kami harus menunggu penyelidikan resmi oleh badan pemerintah," terang Kim E-bae.
Maskapai tersebut juga menepis tuduhan kesalahan mekanis atau persiapan keselamatan yang tidak memadai menjadi penyebab kecelakaan tersebut.
"Kecelakaan ini bukan tentang masalah perawatan. Sama sekali tidak ada kompromi dalam hal perawatan pesawat," kata Song Kyung-hoon.
Saham Jeju Air mencapai titik terendah sepanjang masa pada Senin, 30 Desember 2024, menurut data FactSet, dan terakhir turun 8,53%. Saham maskapai penerbangan Korea lainnya juga dilaporkan bergejolak menyusul kecelakaan Jeju Air.
Saham Maskapai Korsel Anjlok Usai Kecelakaan Pesawat Jeju Air
Korea Selatan alami kecelakaan pesawat paling mematikan pada Minggu, 29 Desember 2024 yang menewaskan 179 orang. Hal ini setelah pesawat Jeju Air menabrak tembok di Bandara Internasional Muan Korea Selatan dan terbakar.
Mengutip CNBC, Senin (30/12/2024), penjabat Korea Selatan Choi Sang-mok memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap sistem operasi maskapai Korea Selatan yang akan dilakukan setelah upaya pemulihan kecelakaan Jeju Air selesai.
Menyusul kecelakaan itu berdampak terhadap saham maskapai Korea Selatan atau saham maskapai Korsel.
Saham Jeju Air mencapai titik terendah sepanjang masa pada Senin, 30 Desember 2024, menurut data FactSet, dan terakhir turun 8,53 persen. Saham maskapai Korea Selatan lainnya bergejolak.
Saham Korean Air turun 1 persen. Lalu saham maskapai berbiaya rendah T’way Air dan Jin Air turun masing-masing 3,23 persen dan 2,12 persen. Sementara itu, saham Air Busan naik lebih dari 13 persen.
Adapun indeks saham acuan di Korea Selatan berbalik arah menguat setelah melemah pada awal sesi perdagangan. Pada Senin siang, 30 Desember 2024, indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,91 persen, dan indeks Kosdaq bertambah 1,74 persen. Hal ini terjadi meski terjadi gejolak politik dan data industri yang melemah.
Output industri Korea Selatan berkontraksi 0,7 persen secara bulanan pada November, lebih besar dari penurunan 0,4 persen yang diharapkan oleh Reuters. Secara tahunan, output industri naik 0,1 persen, lebih kecil dari harapan Reuters naik 0,4 persen. Ini sebanding dengan pembacaan pada Oktober yang meningkat 6,3 persen.
Selain itu, parlemen Korea Selatan pada 27 Desember 2024 memberikan suara untuk memakzulkan penjabat Presiden Han Duck-soo tidak lama setelah Yoon dimakzulkan sebagai akibat dari dekrit darurat militer yang singkat yang menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan politik. Badan investigasi negara itu pada Senin, 30 Desember 2024 dilaporkan mengajukan surat perintah penangkapan untuk Yoon.
Advertisement
Saham Jeju Air Melemah
Sebelumnya, saham maskapai penerbangan murah Korea Selatan Jeju Air mencapai rekor terendah pada Senin, (30/12/2024) setelah kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan yang menewaskan 179 orang.
Mengutip Channel News Asia, saham Jeju Air diperdagangkan turun 8,4 persen setelah turun 15,7 persen pada awal sesi perdagangan menjadi 6.929 won Korea Selatan, terendah sejak tercatat di bursa saham pada 2015.
Saham AK Holdings, perusahaan induk Jeju Air turun 12 persen dan mencapai level terendah dalam 16 tahun. Kecelakaan pada Minggu, 29 Desember 2024 di Bandara Internasional Muan menjadi penerbangan fatal pertama bagi Jeju Air, maskapai penerbangan murah yang didirikan pada 2005 dan maskapai terbesar ketiga di negara itu berdasarkan jumlah penumpang.
Pada Senin, 30 Desember 2024, penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai Korea Selatan setelah pekerjaan pemulihan dari kecelakaan Jeju Air selesai.
Di antara maskapai murah lainnya, Air Busan naik lebih dari 15 persen. Saham Jin Air dan T’way Air anjlok setelah masing-masing naik 5,4 persen dan 7,3 persen.
Saham dua maskapai besar Korea Selatan, Korean Air Lines merosot 1,3 persen dan Asiana Airlines tersungkur 0,8 persen.
Penyebab Kecelakaan
“Butuh waktu untuk menilai penyebab kecelakaan, tetapi sentimen konsumen pasti akan terganggu, karena kredibilitas penting bagi maskapai berbiaya rendah yang kursi dan layanannya tidak jauh berbeda satu sama lain,” ujar Analis Eugene Investment Securities, Yang Seung-yoon.
“Dalam hal permintaan perjalanan secara keseluruhan, mungkin ada beberapa pembatalan dalam jangka pendek, tetapi tidak mungkin melemah secara struktural,” ia menambahkan.
Pejabat menyebutkan, banyak korban kecelakaan pesawat yang terburuk dalam sejarah Korea Selatan. “Tampaknya baru saja kembali dari liburan untuk musim liburan,” ujar pejabat.
Selain itu, saham agen perjalanan juga melemah dengan Hanatour Service turun 7 persen dan saham Very Good Tour merosot 11 persen.
Advertisement