Harga Cabai Tembus Rp 130 Ribu per Kg, Petani Ungkap Biang Keroknya

Harga cabai naik di pasaran tengah menjadi sorotan beberapa waktu belakangan. Bahkan, angka tertinggi mencapai Rp 130.000 per kilogram di Kalimantan Timur.

oleh Tira Santia diperbarui 13 Jan 2025, 12:45 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 12:45 WIB
20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga cabai naik di pasaran tengah menjadi sorotan beberapa waktu belakangan. Bahkan, angka tertinggi mencapai Rp 130.000 per kilogram di Kalimantan Timur.

Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia, Tunov Mondro, mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi kenaikan harga cabai di tanah air, yang sebagian besar berkaitan dengan kondisi alam dan pola tanam yang tidak menentu.

Tunov menjelaskan bahwa banjir dan tergenangnya tanaman cabai akibat curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab utama. Tanaman cabai, yang sensitif terhadap kelembaban, dapat mengalami kerusakan serius bila terendam air lebih dari 72 jam, menyebabkan tanaman layu bahkan mati.

Cuaca ekstrem juga berdampak pada penurunan produktivitas cabai. Hujan yang disertai dengan angin kencang dapat menyebabkan bunga cabai rontok sebelum sempat berkembang menjadi buah.

Hal ini semakin diperparah oleh harga cabai yang anjlok pada tahun 2024, yang membuat sebagian petani beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan.

"Imbas harga jatuh tahun 2024 yang berkepanjangan akibatnya petani mengganti komoditas lain," kata Tunov kepada Liputan6.com, Senin (13/1/2025).

Selain itu, fenomena peralihan masa panen antara satu sentra produksi dengan yang lainnya turut menyebabkan ketidakseimbangan pasokan cabai di pasar, yang berujung pada lonjakan harga.

Kemudian kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti hujan yang turun sepanjang hari di sentra produksi, juga berpengaruh pada ketidakpastian jadwal panen. Ketika hujan terus-menerus mengguyur, petani tidak dapat panen tepat waktu, sehingga stok cabai di pasar mengalami fluktuasi tinggi. Sistem stok cabai sangat bergantung pada pola panen harian, yang jika terganggu bisa langsung mempengaruhi pasokan dan harga.

Jika dilihat dari perbandingan harga cabai rawit merah pada tahun 2024 dengan tahun sebelumnya, tren fluktuasi harga terlihat sangat signifikan, terutama pada kuartal pertama (Q1) yang umumnya mengalami kenaikan harga.

 

Harga Cabai Turun

Jelang Perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, Sejumlah Bahan Pangan Alami Kenaikan
Berdasarkan pantauan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada hari ini, Selasa (17/12/2024), beberapa jenis cabai, telur ayam, dan minyak goreng curah mengalami kenaikan harga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, pada kuartal kedua dan ketiga (Q2-Q3) 2024, harga cabai bahkan turun hingga mencapai Rp 3.000 per kilogram di tingkat petani, yang berujung pada penurunan Indeks Harga Petani (NTP) dan membuat kondisi keuangan petani menjadi tidak stabil.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi oleh petani cabai, menurut Tunov, tidak bisa lepas dari ketergantungan pada cuaca. Jika cuaca mendukung, hasil panen cabai bisa melimpah, namun jika musim hujan datang dengan intensitas tinggi, serangan hama dan penyakit akan meningkatkan risiko gagal panen.

Sebab tanaman cabai, yang rentan terhadap gangguan dari akar hingga buah, membutuhkan perhatian ekstra agar tetap dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang ekstrem.

"Tantangan petani cabai memang dari dulu sangat bergantung pada cuaca, jika cuaca mendukung maka produksi sangat tinggi, tapi jika musim hujan ekstrim akan sangat mempengaruhi produksi petani karena semua hama dan penyakit menyerang tanaman dari mulai akar, pohon, batang, daun hingga buah," pungkasnya.

Harga Cabai Pedes Banget, Tembus Rp 130 Ribu per Kg

Harga Cabai Alami Penurunan
Petani memanen cabai keriting di kawasan Pesawah, Cicurug, Sukabumi, Rabu (22/04/2020). Sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sejumlah petani mengeluhkan harga cabai keriting di tingkat petani yang turun dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 12 ribu per kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, harga cabai naik di pasaran tengah menjadi sorotan beberapa waktu belakangan. Bahkan, angka tertinggi mencapai Rp 130.000 per kilogram di Kalimantan Timur.

Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat adanya tren kenaikan harga cabai. Baik cabai rawit merah maupun cabai merah keriting. Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada cabai rawit merah.

Mengutip data yang ditampilkan, Sabtu (11/1/2025), harga cabai rawit merah naik ke Rp 130.000 per kilogram (kg) di Kalimantan Timur. Sementara itu, harga terendah ada di Sumatera Barat dengan Rp 55.520 per Kg.

Masih mengacu data yang sama, harga cabai rawit merah di DKI Jakarta pada Jumat (10/1/2025) bertengger di Rp 120.000 per Kg. Angka ini turun dari Rp 150.000 per Kg pada Selasa (7/1/2025).

Sementara itu, jika dihitung secara nasional, harga rata-ratanya berada di Rp 77.940 per kilogram.

 

Cabai Merah Keriting

Sambut Ramadan 2023, Harga Cabai di Jakarta Mulai Pedas
Aneka jenis cabai dijual di Pasar Kebayoran, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Harga cabai rawit merah di DKI Jakarta terpantau naik sudah menembus Rp 100 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak berbeda jauh,data  harga cabai merah keriting juga terlihat cukup tinggi. Panel Harga Bapanas mencatat harga tertinggi mencapai Rp 89.010 per Kg di Kalimantan Tengah. Sementars itu, harga terendah sebesar Rp 27.930 per Kg di Papua Tengah.

Harga cabai merah keriting di DKI Jakarta terpantau sebesar Rp 80.000 per kg pada Jumat (10/1/2025). Harga pada pekan ini mengalami kenaikan dari Rp 66.330 per kg pada 5 Januari 2025, pekan lalu.

Sementara itu, harga rata-rata nasional cabai merah keriting berada di Rp 50.700 per kilogram. 

Infografis Harga Cabai
Di balik harga cabai Jakarta yang melambung (liputan6.com/Deisy)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya