Lebih Cepat, Prabowo Setop Impor 3 Komoditas Penting Ini akhir 2025

Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya terobosan teknologi, investasi pada sumber daya manusia, serta peningkatan produktivitas yang terukur untuk menjaga stabilitas pangan dan energi nasional.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Jan 2025, 00:15 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 00:15 WIB
Presiden Prabowo Subianto dalam acara 'Musyawarah Nasional Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia'.
Presiden Prabowo Subianto dalam acara 'Musyawarah Nasional Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia'. (Ist)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto kembali menyatakan keseriusan untuk mewujudkan swasembada pangan. Dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar 22 Januari 2024, Prabowo memastikan akan menyetop impor komoditas beras, jagung, dan garam di akhir 2025.

"Kita harus mampu memberi makan kepada seluruh rakyat Indonesia, tidak lagi impor dan saya terima kasih kepada jajaran menteri-menteri yang telah melaporkan kepada saya 2025 ini kita tidak akan impor beras lagi, tidak akan impor jagung lagi, tidak akan impor garam lagi," kata Prabowo dikutip dari Antara, Kamis (23/1/2025).

Target swasembada pangan nasional, yang awalnya direncanakan dalam empat tahun, dapat tercapai lebih cepat.

"Target yang saya berikan kepada kabinet bahwa Indonesia harus swasembada pangan dalam waktu 4 tahun, alhamdulillah target itu bisa kita capai akhir 2025, paling lambat tahun 2026. Jadi mungkin 3 tahun lebih cepat dari sasaran yang kita tetapkan," ujar Presiden.

Prabowo menegaskan, pencapaian ini adalah hasil kerja keras dan kebijakan tepat, yang memastikan kebutuhan pangan rakyat Indonesia terpenuhi tanpa bergantung pada impor.

Menurut Kepala Negara, pencapaian ini menunjukkan bahwa dengan kerja keras, orientasi kebijakan yang tepat, dan niat baik, Indonesia mampu mencapai kemandirian pangan lebih cepat dari rencana awal.

Terobosan Teknologi

Presiden juga menekankan pentingnya terobosan teknologi, investasi pada sumber daya manusia, serta peningkatan produktivitas yang terukur untuk menjaga stabilitas pangan dan energi nasional.

Menurut Presiden Indonesia tidak boleh bergantung pada sumber dari luar negeri, terutama dalam menghadapi krisis global.

"Dalam krisis dunia, tidak ada negara yang akan mengizinkan pangan keluar dari negaranya. Ini sudah hukum sejarah," katanya.

Presiden mengingatkan bahwa swasembada pangan dan energi tidak hanya menjadi prioritas, tetapi juga fondasi bagi terciptanya lapangan kerja, penghematan devisa, dan kemandirian bangsa di masa depan.

Impor Indonesia Naik 8,1 Persen per Desember 2024, Apa Paling Banyak?

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus sebesar US$2,89 miliar pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Desember 2024 mencapai USD 21,22 miliar. Capaian impor tersebut naik sebesar 8,10 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Pada Desember 2024 nilai impor mencapai USD 21,22 miliar atau naik sebesar 8,10 persen dari kondisi November 2024," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025). 

Amalia merinci, impor migas tercatat USD 3,30 miliar atau naik sebesar 28,26 persen secara bulanan. Sementara itu, impor nonmigas tercatat USD 17,93 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 5,06 persen secara bulanan.

Amalia menyebut kenaikan impor secara bulanan ini didorong oleh kenaikan nilai impor nonmigas yang memberikan andil sebesar 4,40 persen dan juga kenaikan nilai impor migas dengan andil 3,70 persen.

Nilai Impor Juga Naik

Neraca Perdagangan RI
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Secara tahunan, nilai impor Desember 2024 meningkat 11,07 persen. Nilai impor migas turun 2,24 persen sementara nonmigas naik sebesar 13,92 persen secara tahunan atau year on year. 

“Peningkatan nilai impor secara tahunan pada komoditas nonmigas disebabkan oleh peningkatan volume dan peningkatan harga agregat impor nonmigas,” pungkas Amalia. 

Adapun impor Indonesia menurut penggunaan pada Desember 2024 seluruh jenis penggunaan barang impor mengalami kenaikan secara bulanan dan tahunan. 

Secara bulanan nilai impor barang konsumsi naik 14 persen bahan baku penolong menyumbang 70,71 persen dari total impor Desember 2024 juga mengalami kenaikan sebesar 7,05 persen dan impor barang modal naik 8,87 persen.

Kemudian secara tahunan, nilai impor barang konsumsi naik 12,44 persen untuk impor bahan baku penolong naik 8,84 persen serta impor barang modal naik 19,60 persen.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya