Liputan6.com, Jakarta Bank sentral China, People Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya pada Kamis, 19 Maret 2025.
Langkah tersebut dilakukan ketika Beijing berupaya menopang pertumbuhan dan menstabilkan mata uang Yen, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan.
Mengutip CNBC International, Kamis (20/3/2025) PBOC mempertahankan tingkat suku hunga pinjaman 1 tahun sebesar 3,1% dan LPR 5 tahun sebesar 3,6%.
Advertisement
Keputusan ini sekaligus mengikuti langkah Federal Reserve yang juga mempertahankan suku bunganya. Pejabat Fed, bagaimanapun, mengindikasikan kemungkinan setengah poin persentase penurunan suku bunga hingga 2025.
Sebagai informasi, LPR China dihitung setiap bulan berdasarkan tarif yang diusulkan pemberi pinjaman komersial yang ditunjuk yang diajukan ke PBOC. LPR 1 tahun mempengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar rumah tangga di China, sedangkan LPR 5 tahun berfungsi sebagai tolok ukur untuk tingkat hipotek.
Yuan China di luar negeri telah mendapatkan momentumnya kembali dalam beberapa pekan terakhir, setelah mencapai level terendah dalam 16 bulan pada bulan Januari, sementara telah melemah hampir 1,8% sejak kemenangan pemilihan Presiden AS Donald Trump pada bulan November.
Setelah pengumuman tarif, Yuan sedikit berubah perdagangan di 7.2280 terhadap greenback sementara hasil pada 10 tahun obligasi pemerintah turun lebih dari 2 basis poin menjadi 1,932%.
Dengan pemangkasan suku bunga belum terwujud, analis mengantisipasi setiap langkah kebijakan oleh PBOC cenderung bergantung pada gerakan kebijakan perdagangan Trump.
Awal bulan ini, gubernur PBOC Pan Gongsheng menegaskan bahwa bank sentral China ingin mempertahankan stabilitas mata uang pada level yang seimbang.
"Mencegah Yuan dari pelemahan terlalu cepat dapat dilihat sebagai tanda niat baik menjelang negosiasi dengan Trump pada kesepakatan perdagangan," kata para ekonom.
BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% di Maret 2025
Bank Indonesia (BI) resmi tetap mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Maret 2025, Rabu (19/3/2025).
Ketetapan ini didapat setelah jajaran petinggi bank sentral melakukan rapat bersama selama dua hari pada 18-19 Maret 2025.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2025 memutuskan, untuk mempertahankan BI rate sebesar 5,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Selain suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Maret 2025 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6 persen.
"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran, 2,5 plus minus 1 persen," imbuh Perry.
Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi, seraya turut mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Putusan ini membuat suku bunga acuan Bank Indonesia tidak bergerak di sepanjang kuartal I 2025. Perubahan terakhir terjadi pada Januari 2025, saat BI Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
Advertisement
Buka Ruang Penurunan
Sebelumnya, Perry juga telah menekankan, penurunan suku bunga acuan BI-rate masih terbuka lebar pada 2025 ini.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, terjaganya nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Perry menjelaskan, bahwa dalam mengambil keputusan mengenai penurunan suku bunga, Bank Indonesia memperhatikan tiga faktor utama yakni perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan mempengaruhi langkah kebijakan moneter yang akan diambil oleh BI.
"Dalam menentukan BI Rate kita akan melihat bagaimana, satu, perkiraan inflasi ke depan. Kedua, bagaimana kita melihat tujuan bersama mendorong pertumbuhan supaya 5,2 persen tahun ini bisa tercapai. Ketiga, kami melihat stabilitas nilai tukar. Tiga hal itu utamanya kita lihat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers KSSK, di Kementerian Keuangan, Jakarta pada Januari 2025 lalu.
