Pemerintah Ingin Investasi Jembatan Selat Sunda Cepat Balik Modal

Penggabungan proyek Jembatan Selat Sunda dengan beberapa kawasan industri dilakukan agar dana yang dikucurkan investor segera kembali.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Jul 2013, 09:10 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2013, 09:10 WIB
jembatan-selatsunda121025b.jpg
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengungkapkan, penggabungan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dengan beberapa kawasan industri mampu memberikan nilai tambah untuk bisa memperoleh kembali modal investor.

"Ada proyek besar dengan nilai sekitar Rp 240 triliun yang tidak bisa kembali dari keuntungan (revenue) jembatan (JSS) sendiri. Jadi harus didukung dengan kawasan industri atau kegiatan pusat pertumbuhan bisnis," terang dia di Jakarta, seperti ditulis Jumat (12/7/2013).

Pengintegrasian proyek yang telah berganti nama menjadi Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda (KSISS), kata Hidayat, merupakan cara paling tepat untuk mendukung modal investor mengingat proyek tersebut tidak didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Prioritas pelaksana studi kelayakan, pengerjaan konstruksi hingga investor adalah pihak swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan membentuk konsorsium.

"Nilai investasi JSS sendiri Rp 200 triliun, dan untuk kawasan industri kami undang investasi baru tapi kan tetap harus ada infrastruktur. Nanti lah tunggu studi kelayakan selesai," jelasnya.

Menutur Hidayat, salah satu industri yang paling strategis untuk bertumbuh di Pulau Jawa (Banten dan Lampung) yakni industri transportasi.   

"Soal luas kawasan itu si pembuat studi. Kami hanya mendukung kawasan dan pusat pertumbuhan yang menjadi privilege. Jangan sampai tidak ada investor supaya tidak kurang dana," tuturnya.

Dia berharap, saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berakhir, maka proyek JSS alias KSISS dapat mulai konstruksi tahun depan. "Karena saya dengar, itu dulu adalah janji kampanye Bapak Presiden," pungkas Hidayat. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya