Orang Indonesia lebih suka jadi karyawan dari pada wirausaha dengan membuat usaha sendiri. Karena memulai usaha dianggap terlalu sulit.
Pikiran sangat sulit itu menurut Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno CFP (Certified Financial Planner) terkait mental. Maka itu jika ingin memulai usaha, orang harus punya mental kuat terlebih dahulu.
Langkah-langkah apa yang diperlukan untuk membuat usaha baru? Berikut wawancara khusus Mike Rini Sutikno dengan Liputan6.com seperti ditulis Kamis (25/7/2013):
Seringkali orang begitu sulit untuk merintis usaha, sebenarnya sikap atau mental apa yang harus disiapkan ketika ingin memulai usaha?
Kebanyakan orang tidak berani memulai usaha karena takut gagal. Kalau gagal kan nanti malu lalu apa kata orang. Padahal sebenarnya kegagalan itu adalah bagian dari proses. Bagian dari proses ini maksudnya, cara kita paling efektif untuk belajar sesuatu dan teringat sepanjang masa adalah belajar dari kegagalan orang dewasa, anak kecil.
Kalau kita ingat waktu kita belajar sepeda, kita kan ingat berapa kali kita jatuh tapi kita tidak putus asa. Itu semangatnya anak kecil dan semangat itu berangsur-angsur ketika kita dewasa hilang, karena orang dewasa itu punya persepsi, punya pengalaman-pengalaman yang membuat dia sulit untuk menembus sesuatu di luar kebiasaannya.
Kalau dalam teori motivasi ada yang namanya zona kenyamanan. Orang terbiasa terhadap sesuatu yang rutin yang terbiasa dia kenal. Nah, menjadi entrepreneurship adalah mempersiapkan diri untuk selalu berhadapan pada situasi yang tidak pasti dan tidak ada seorang pun yang menyukai situasi yang tidak pasti. Sebab yang tidak pasti itu biasanya risikonya besar. Namun risiko besar, biasanya potensi return-nya juga besar, itu hukum investasi dari zaman dulu tidak berubah.
Sama dengan dimana-manapun tidak hanya di investasi tapi juga dalam kewirausahaan. Semakin besar kita punya effort semakin besar kita punya komitmen. Sebenarnya juga itu membuat diri kita merasa mempertanyakan kalau usaha saya sudah sebegini rupa, komitmen saya sudah sedemikian tinggi namun kembaliannya belum pasti. Itu biasanya menakutkan seseorang.
Saya sudah keluar dari pekerjaan saya apakah nanti kegiatan yang saya lakukan ini akan memberikan hasil sesuai dengan yang kita harapkan. Tidak ada yang bisa menjamin dan kalau tidak ada yang bisa menjamin, itu akan membuat orang menjadi takut untuk melangkah. Makanya tabungan di bank deposito di bank yang dijamin pemerintah itu laris atau orang lebih memilih ke sana karena ada jaminannya.
Tapi tidak semua dalam kehidupan ini tertutama dalam bisnis itu ada jaminannya. Bahkan bisnis tidak ada jaminan sama sekali. Hanya tabungan di bank depostio saja yang bisa ada jaminannya itupun hanya dalam jumlah tertentu.
Nah, tidak ada penjaminan dan tidak kepastian inilah yang membuat orang seringkali sulit melangkah. Karena itu punya visi dan punya tujuan dalam berbisnis itu sangat penting. Tujuan dari bisnis sebenarnya bukan untuk mencari keuntungan tapi untuk meraih cita-cita Anda. Apa pun cita-cita Anda itu akan Anda lakukan sampai itu terwujud.
Apakah kalau ingin membuka usaha harus sesuai passion (minat)?
Ya pasti. Kalau kita melakukan sesuatu yang disukai, kita punya komitmen, kita punya disiplin, determinasi, tidak ada sesuatu yang jadi dan menghasilkan dengan optimal tanpa determinasi, tanpa disiplin tanpa gairah. Makan kalau nggak nafsu ngga enak.
Jadi kegiatan kita sehari-hari sebenarnya merupakan pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil ketika kita menghadapi masalah-masalah terutama saat kita ingin menembus keengganan diri kita sendiri untuk bisa memulai bisnis.
Kalau saya tanya kepada hampir semua teman-teman apakah ingin punya bisnis? Apakah yang Anda inginkan dalam hidup ini? Salah satu jawabannya di masa depan ingin punya bisnis sendiri selain punya gaji. Bahkan yang sudah punya bisnis ingin punya bisnis yang lain dan masih punya cita-cita yang ingin dia kejar.
Menurut saya itu bagus, karena memang di dalam hidup ini, tujuan kita adalah bisa mewujudkan apa yang kita impi-impikan. Seringkali wujud dari atau cita-cita kita itu tidak selalu terkait dengan bisnis. Karena memang tidak semua orang ingin punya bisnis tapi dengan bisnis itu bagus kalau dalam perencanaan keuangan. Karena yang namanya punya bisnis itu kalau dikerjakan dengan benar, pada suatu saat, dia bisa didelegasikan dan punya tim sendiri. Sehingga secara keuangan kita memiliki suatu aset yaitu aset bisnis yang menghasilkan pendapatan pasif untuk kita.
Nah, kalau bisnis ini sejalan dengan cita-cita Anda, itu Anda selain mendapatkan manfaat secara ekonomi Anda juga memiliki tingkat kepuasan hidup yang jauh lebih besar lagi.
Bagaimana memilih rekan bisnis yang tepat karena banyak kasus orang salah dalam memilih partner usaha? Rekan bisnis yang punya sifat apa yang bagus untuk diajak usaha?
Memilih rekanan bisnis yang baik itu seperti menikah. Kalau kita menikah kan kita tidak ada rencana untuk bercerai. Kalau bercerai kerugian finansialnya juga besar sekali, kalau kongsi istilahnya bermitra, masing-masing berkontribusi sejumlah permodalan. Kalau bisnisnya pecah maka nanti bisa hilang karena kongsinya pecah. Bisnisnya bisa berhenti atau kemudian modalnya mau ditarik lagi. Nah, itu konseuensi finansial yang sangat harus dipertimbangkan sebelum orang bermitra.
Jadi mencari mitra juga harus didahului dengan proses penelusuran atau assessment terlebih dahulu. Bukan mitra seperti apa yang kita butuhkan tapi kitanya butuh apa terlebih dulu dengan menilai diri kita ini. Kemampuannya dimana dulu sehingga mitra kita adalah orang yang bisa meng-cover apa yang tidak kita miliki. Karena kita tidak ada kompetensi di situ, networking disitu, kita tidak ada pengalaman di situ, atau kita tidak punya karakter untuk itu.
Ada orang yang karakternya yang kalau istilah orang 'tegaan' sementara kita orangnya ingin menolong sacrifice. Sementara bisnis kalau kerjaannya menolong orang, mana dapat duitnya, kan kebanyakan begitu. Nah, ini harus diimbangi dengan mitra yang memang dia punya karakter orangnya strike, to the point, kemudian juga play by the regulation atau kesepakatan.
Antara Anda dengan mitra Anda harus saling mengisi. Kemudian dalam menentukan karakter mitra lagi, selain dia punya karakternya, dia punya kompetensinya. Kalau memang Anda butuh mitra untuk permodalan, carilah mitra untuk permodalan. Terus permodalannya berapa? Sehingga Anda bisa mencari mitra di tempat yang tepat.
Kalau Anda mencari mitra dengan kebutuhan Anda, dia harus punya skill khusus ini. Dimana orang yang memiliki skill khusus ini? Apakah di universitas, apakah di komunitas tertentu.
Berbeda dengan saya butuh mitra untuk permodalan. Permodalan yang saya butuhkan adalah Rp 150 juta bagi hasil. Saya tidak mau berutang. Nah, carilah orang seperti itu bukan ke bank, kalau ke bank berarti Anda harus bayar bunga. Tapi kalau bermitra berarti nanti sifatnya bagi hasil, uangnya harus diusahakan dulu. Dimanakah orang seperti ini? Apakah di komunitas? Apakah orangtua Anda sendiri atau teman Anda sendiri? Penelusuran dalam diri sendiri itu sangat membantu Anda untuk mencari mitra bisnis yang tepat. (Sis/Igw)
Pikiran sangat sulit itu menurut Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno CFP (Certified Financial Planner) terkait mental. Maka itu jika ingin memulai usaha, orang harus punya mental kuat terlebih dahulu.
Langkah-langkah apa yang diperlukan untuk membuat usaha baru? Berikut wawancara khusus Mike Rini Sutikno dengan Liputan6.com seperti ditulis Kamis (25/7/2013):
Seringkali orang begitu sulit untuk merintis usaha, sebenarnya sikap atau mental apa yang harus disiapkan ketika ingin memulai usaha?
Kebanyakan orang tidak berani memulai usaha karena takut gagal. Kalau gagal kan nanti malu lalu apa kata orang. Padahal sebenarnya kegagalan itu adalah bagian dari proses. Bagian dari proses ini maksudnya, cara kita paling efektif untuk belajar sesuatu dan teringat sepanjang masa adalah belajar dari kegagalan orang dewasa, anak kecil.
Kalau kita ingat waktu kita belajar sepeda, kita kan ingat berapa kali kita jatuh tapi kita tidak putus asa. Itu semangatnya anak kecil dan semangat itu berangsur-angsur ketika kita dewasa hilang, karena orang dewasa itu punya persepsi, punya pengalaman-pengalaman yang membuat dia sulit untuk menembus sesuatu di luar kebiasaannya.
Kalau dalam teori motivasi ada yang namanya zona kenyamanan. Orang terbiasa terhadap sesuatu yang rutin yang terbiasa dia kenal. Nah, menjadi entrepreneurship adalah mempersiapkan diri untuk selalu berhadapan pada situasi yang tidak pasti dan tidak ada seorang pun yang menyukai situasi yang tidak pasti. Sebab yang tidak pasti itu biasanya risikonya besar. Namun risiko besar, biasanya potensi return-nya juga besar, itu hukum investasi dari zaman dulu tidak berubah.
Sama dengan dimana-manapun tidak hanya di investasi tapi juga dalam kewirausahaan. Semakin besar kita punya effort semakin besar kita punya komitmen. Sebenarnya juga itu membuat diri kita merasa mempertanyakan kalau usaha saya sudah sebegini rupa, komitmen saya sudah sedemikian tinggi namun kembaliannya belum pasti. Itu biasanya menakutkan seseorang.
Saya sudah keluar dari pekerjaan saya apakah nanti kegiatan yang saya lakukan ini akan memberikan hasil sesuai dengan yang kita harapkan. Tidak ada yang bisa menjamin dan kalau tidak ada yang bisa menjamin, itu akan membuat orang menjadi takut untuk melangkah. Makanya tabungan di bank deposito di bank yang dijamin pemerintah itu laris atau orang lebih memilih ke sana karena ada jaminannya.
Tapi tidak semua dalam kehidupan ini tertutama dalam bisnis itu ada jaminannya. Bahkan bisnis tidak ada jaminan sama sekali. Hanya tabungan di bank depostio saja yang bisa ada jaminannya itupun hanya dalam jumlah tertentu.
Nah, tidak ada penjaminan dan tidak kepastian inilah yang membuat orang seringkali sulit melangkah. Karena itu punya visi dan punya tujuan dalam berbisnis itu sangat penting. Tujuan dari bisnis sebenarnya bukan untuk mencari keuntungan tapi untuk meraih cita-cita Anda. Apa pun cita-cita Anda itu akan Anda lakukan sampai itu terwujud.
Apakah kalau ingin membuka usaha harus sesuai passion (minat)?
Ya pasti. Kalau kita melakukan sesuatu yang disukai, kita punya komitmen, kita punya disiplin, determinasi, tidak ada sesuatu yang jadi dan menghasilkan dengan optimal tanpa determinasi, tanpa disiplin tanpa gairah. Makan kalau nggak nafsu ngga enak.
Jadi kegiatan kita sehari-hari sebenarnya merupakan pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil ketika kita menghadapi masalah-masalah terutama saat kita ingin menembus keengganan diri kita sendiri untuk bisa memulai bisnis.
Kalau saya tanya kepada hampir semua teman-teman apakah ingin punya bisnis? Apakah yang Anda inginkan dalam hidup ini? Salah satu jawabannya di masa depan ingin punya bisnis sendiri selain punya gaji. Bahkan yang sudah punya bisnis ingin punya bisnis yang lain dan masih punya cita-cita yang ingin dia kejar.
Menurut saya itu bagus, karena memang di dalam hidup ini, tujuan kita adalah bisa mewujudkan apa yang kita impi-impikan. Seringkali wujud dari atau cita-cita kita itu tidak selalu terkait dengan bisnis. Karena memang tidak semua orang ingin punya bisnis tapi dengan bisnis itu bagus kalau dalam perencanaan keuangan. Karena yang namanya punya bisnis itu kalau dikerjakan dengan benar, pada suatu saat, dia bisa didelegasikan dan punya tim sendiri. Sehingga secara keuangan kita memiliki suatu aset yaitu aset bisnis yang menghasilkan pendapatan pasif untuk kita.
Nah, kalau bisnis ini sejalan dengan cita-cita Anda, itu Anda selain mendapatkan manfaat secara ekonomi Anda juga memiliki tingkat kepuasan hidup yang jauh lebih besar lagi.
Bagaimana memilih rekan bisnis yang tepat karena banyak kasus orang salah dalam memilih partner usaha? Rekan bisnis yang punya sifat apa yang bagus untuk diajak usaha?
Memilih rekanan bisnis yang baik itu seperti menikah. Kalau kita menikah kan kita tidak ada rencana untuk bercerai. Kalau bercerai kerugian finansialnya juga besar sekali, kalau kongsi istilahnya bermitra, masing-masing berkontribusi sejumlah permodalan. Kalau bisnisnya pecah maka nanti bisa hilang karena kongsinya pecah. Bisnisnya bisa berhenti atau kemudian modalnya mau ditarik lagi. Nah, itu konseuensi finansial yang sangat harus dipertimbangkan sebelum orang bermitra.
Jadi mencari mitra juga harus didahului dengan proses penelusuran atau assessment terlebih dahulu. Bukan mitra seperti apa yang kita butuhkan tapi kitanya butuh apa terlebih dulu dengan menilai diri kita ini. Kemampuannya dimana dulu sehingga mitra kita adalah orang yang bisa meng-cover apa yang tidak kita miliki. Karena kita tidak ada kompetensi di situ, networking disitu, kita tidak ada pengalaman di situ, atau kita tidak punya karakter untuk itu.
Ada orang yang karakternya yang kalau istilah orang 'tegaan' sementara kita orangnya ingin menolong sacrifice. Sementara bisnis kalau kerjaannya menolong orang, mana dapat duitnya, kan kebanyakan begitu. Nah, ini harus diimbangi dengan mitra yang memang dia punya karakter orangnya strike, to the point, kemudian juga play by the regulation atau kesepakatan.
Antara Anda dengan mitra Anda harus saling mengisi. Kemudian dalam menentukan karakter mitra lagi, selain dia punya karakternya, dia punya kompetensinya. Kalau memang Anda butuh mitra untuk permodalan, carilah mitra untuk permodalan. Terus permodalannya berapa? Sehingga Anda bisa mencari mitra di tempat yang tepat.
Kalau Anda mencari mitra dengan kebutuhan Anda, dia harus punya skill khusus ini. Dimana orang yang memiliki skill khusus ini? Apakah di universitas, apakah di komunitas tertentu.
Berbeda dengan saya butuh mitra untuk permodalan. Permodalan yang saya butuhkan adalah Rp 150 juta bagi hasil. Saya tidak mau berutang. Nah, carilah orang seperti itu bukan ke bank, kalau ke bank berarti Anda harus bayar bunga. Tapi kalau bermitra berarti nanti sifatnya bagi hasil, uangnya harus diusahakan dulu. Dimanakah orang seperti ini? Apakah di komunitas? Apakah orangtua Anda sendiri atau teman Anda sendiri? Penelusuran dalam diri sendiri itu sangat membantu Anda untuk mencari mitra bisnis yang tepat. (Sis/Igw)