PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) mencatatkan pelunasan utang kepada beberapa bank sebesar Rp 35 miliar sampai semester I-2013.
Utang tersebut, antara lain terdiri dari Rp 26 miliar merupakan utang dari Bank CIMB Niaga, sementara sisanya berasal dari Bank Mandiri dan Bank Mega.
"Jadi artinya PT PPI ini sekarang dalam posisi perlahan-lahan sudah melunasi hutang. Sisanya masih ada dengan beberapa bank seperti Bank Mandiri dan Bank Mega yang diharapkan bisa terselesaikan pada semester 2 tahun ini," ujar Direktur Utama PT PPI Heinrich Napitupulu, seperti ditulis Kamis (25/7/2013).
Menurut dia, utang-utang tersebut sebenarnya merupakan beban masa lalu yang dilakukan pada sekitar tahun 1990-an yaitu pada 1992 dan 1995.
Pelunasan utang ini sendiri memberikan perbedaan antara semester 1 tahun ini dengan semester 1 tahun lalu (YoY) yaitu PT PPI bisa melunasi hutang-hutang dimana modal kerja juga digunakan untuk membayar hutang.
"Ini semua hutang lama semua, tidak ada hubungannya dengan apa yang kita lakukan sekarang. Jadi kinerja kita lebih baik dengan modal kerja yang lebih sedikit. Hal ini bisa dilaksanakan karena manajemen pengelolaan piutang dan pengelolaan stok," lanjut dia.
Pada semester 1 tahun ini sendiri, PT PPI berhasil mencetak omset sebesar Rp 800 miliar, dengan hitungan laba kotor sebesar Rp 70 miliar dan laba bersih sebesar Rp 16 miliar, sedang nilai aset bersih mencapai Rp 1,4 triliun per juni 2013.
Heinrich menambahkan, keberhasilan PT PPI dalam membayar hutang sekaligus mencetak omset besar karena pada semester 1 tahun ini, BUMN tersebut menerapkan kebijakan pada 'basic' di mana pada tahun ini PPI tidak menjalankan bisnis non-reguler.
Perusahaan tersebut memfokuskan pada bisnis pupuk, bahan kimia, bahan bangunan, dan konsumer produk di mana bahan kimia menjadi penyumbang laba tersebar yaitu sekitar 40% dari total keseluruhan.
Sedangkan cabang yang paling besar masih dipegang wilayah Medan dan Surabaya, yang transaksinya mencakup wilayah Kalimantan dan Indonesia bagian timur.
"Tahun ini kita goes back to basic, di mana kebijakannya bahwa PT PPI ini mengerjakan bisnis yang ditekuni kita bisa bertahan dan membuktikan laba lebih baik dari 8,3% menjadi 9% perbaikan struktur laba," tandasnya. (Dny/Nur)
Utang tersebut, antara lain terdiri dari Rp 26 miliar merupakan utang dari Bank CIMB Niaga, sementara sisanya berasal dari Bank Mandiri dan Bank Mega.
"Jadi artinya PT PPI ini sekarang dalam posisi perlahan-lahan sudah melunasi hutang. Sisanya masih ada dengan beberapa bank seperti Bank Mandiri dan Bank Mega yang diharapkan bisa terselesaikan pada semester 2 tahun ini," ujar Direktur Utama PT PPI Heinrich Napitupulu, seperti ditulis Kamis (25/7/2013).
Menurut dia, utang-utang tersebut sebenarnya merupakan beban masa lalu yang dilakukan pada sekitar tahun 1990-an yaitu pada 1992 dan 1995.
Pelunasan utang ini sendiri memberikan perbedaan antara semester 1 tahun ini dengan semester 1 tahun lalu (YoY) yaitu PT PPI bisa melunasi hutang-hutang dimana modal kerja juga digunakan untuk membayar hutang.
"Ini semua hutang lama semua, tidak ada hubungannya dengan apa yang kita lakukan sekarang. Jadi kinerja kita lebih baik dengan modal kerja yang lebih sedikit. Hal ini bisa dilaksanakan karena manajemen pengelolaan piutang dan pengelolaan stok," lanjut dia.
Pada semester 1 tahun ini sendiri, PT PPI berhasil mencetak omset sebesar Rp 800 miliar, dengan hitungan laba kotor sebesar Rp 70 miliar dan laba bersih sebesar Rp 16 miliar, sedang nilai aset bersih mencapai Rp 1,4 triliun per juni 2013.
Heinrich menambahkan, keberhasilan PT PPI dalam membayar hutang sekaligus mencetak omset besar karena pada semester 1 tahun ini, BUMN tersebut menerapkan kebijakan pada 'basic' di mana pada tahun ini PPI tidak menjalankan bisnis non-reguler.
Perusahaan tersebut memfokuskan pada bisnis pupuk, bahan kimia, bahan bangunan, dan konsumer produk di mana bahan kimia menjadi penyumbang laba tersebar yaitu sekitar 40% dari total keseluruhan.
Sedangkan cabang yang paling besar masih dipegang wilayah Medan dan Surabaya, yang transaksinya mencakup wilayah Kalimantan dan Indonesia bagian timur.
"Tahun ini kita goes back to basic, di mana kebijakannya bahwa PT PPI ini mengerjakan bisnis yang ditekuni kita bisa bertahan dan membuktikan laba lebih baik dari 8,3% menjadi 9% perbaikan struktur laba," tandasnya. (Dny/Nur)