PT Dirgantara Indonesia (DI) memimpikan pesawat baling-baling N219 akan menjadi produk unggulan perseroan ke depan. Menariknya, BUMN tersebut akan mengerahkan putra bangsa dalam memproduksi N219.
Direktur Utama PT DI, Budi Santoso mengatakan, N219 merupakan regenerasi dari pesawat yang telah dikembangkan oleh mantan Presiden RI B.J Habibie yakni N250.
"Pesawat N250 sudah mau pensiun, karena dikembangkan pada awal 1980-an akhir atau 1990-an awal atau sekitar 25 tahun lalu," ungkap dia saat ditemui di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Lebih jauh dia menjelaskan, generasi baru Indonesia sebetulnya membutuhkan semacam 'mainan' untuk bisa mempraktikan ilmu yang telah didalaminya di bangku kuliah.
"Sudah tidak zamannya lagi kita ahli text book. Kalau membaca belum tentu pintar atau menjadi pengamat tidak apa. Tapi kan kalau tidak dikerjakan sendiri, kita tidak akan pernah tahu apa itu benar atau salah," ujar Budi.
Disingung mengenai kelebihan pesawat N219 dibandingkan pendahulunya N250, Budi menjelaskan, hal itu terletak dari ukurannya. Selain itu, sumber daya manusia yang akan digunakan untuk produksi pesawat.
"Dulu saat produksi N250, kita tidak mempunyai ilmu jadi kita datangkan orang bule untuk adopt atau mencontek ilmunya. Tapi kalau sekarang (N219) yang tua-tua dikumpulin lalu mengajarkan yang muda-muda," tukas Budi. (Fik/Shd)
Direktur Utama PT DI, Budi Santoso mengatakan, N219 merupakan regenerasi dari pesawat yang telah dikembangkan oleh mantan Presiden RI B.J Habibie yakni N250.
"Pesawat N250 sudah mau pensiun, karena dikembangkan pada awal 1980-an akhir atau 1990-an awal atau sekitar 25 tahun lalu," ungkap dia saat ditemui di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Lebih jauh dia menjelaskan, generasi baru Indonesia sebetulnya membutuhkan semacam 'mainan' untuk bisa mempraktikan ilmu yang telah didalaminya di bangku kuliah.
"Sudah tidak zamannya lagi kita ahli text book. Kalau membaca belum tentu pintar atau menjadi pengamat tidak apa. Tapi kan kalau tidak dikerjakan sendiri, kita tidak akan pernah tahu apa itu benar atau salah," ujar Budi.
Disingung mengenai kelebihan pesawat N219 dibandingkan pendahulunya N250, Budi menjelaskan, hal itu terletak dari ukurannya. Selain itu, sumber daya manusia yang akan digunakan untuk produksi pesawat.
"Dulu saat produksi N250, kita tidak mempunyai ilmu jadi kita datangkan orang bule untuk adopt atau mencontek ilmunya. Tapi kalau sekarang (N219) yang tua-tua dikumpulin lalu mengajarkan yang muda-muda," tukas Budi. (Fik/Shd)