Produsen Ban Incar Pasar Ekspor ke Laos dan Kamboja

Produsen ban berharap ekspor produknya kembali bergairah tahun depan setelah anjlok di 2012.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Sep 2013, 19:02 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2013, 19:02 WIB
produsen-ban-130910b.jpg
Produsen ban berharap ekspor produknya kembali bergairah tahun depan setelah anjlok di 2012 karena kondisi yang terjadi di beberapa negara tujuan ekspor seperti Mesir dan Eropa.

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menuturkan, nilai ekspor ban nasional biasanya mencapai US$ 1,2 miliar.

"Tetapi tahun lalu cuma US$ 950 juta. Tahun ini bisa mencapai US$ 1,1 miliar saja sudah baik kalau dibanding tahun lalu meskipun secara keseluruhan memang belum bisa mengimbangi tahun-tahun sebelumnya seperti tahun 2010," ujar dia Selasa (10/9/2013).

Azis menjelaskan, penurunan ekspor pada tahun lalu akibat krisis global yang melanda negara di Eropa seperti Italia dan Portugal.

Adapula krisis politik di Kawasan Timur Tengah seperti di Mesir. Selama ini Mesir menjadi negara tujuan ekspor paling besar Indonesia yang mencapai 30% dari total ekspor negara ini.

"Krisis mesir, orang jadi nggak pakai mobil. Memang yang diperlukan itu keamanan. Industri ban itu sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena mereka akan lari ke kendaraan," lanjutnya.

Azis yakin membaiknya kondisi Mesir yang diharapkan berlangsung tahun depan serta penguatan nilai tukar rupiah pada kuartal II tahun 2014, serta perkembangan ekonomi negara tetangga seperti Laos dan Kamboja yang bisa memacu penggunaan mobil sehingga tidak menutup kemungkinan bisa menjadi tujuan ekspor ban asal Indonesia.

Meski demikian, Azis mengeluhkan beberapa masalah yang menjadi kendala dalam perkembangan industri ban tanah air, seperti kestabilan nilai tukar rupiah.

Kemudian kendala pada dwiling time di pelabuhan serta bahan baku yang masih banyak diimpor dari luar negeri. Selama ini sekitar 75% bahan baku pembuatan ban masih dipasok dari luar negeri.

"Kita sulit untuk mengkalkukasi biaya karena dolar naik turun dan kendala di pelabuhan. Nah kalau soal bahan baku, kita sudah minta kepada Pak Menteri (MS Hidayat) supaya lebih banyak mengundang investor untuk pembuatan bahan baku," tandas dia. (Dny/Nur)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya