Bak Dua Mata Pisau, Psikolog Ungkap Sisi Positif dan Negatif Tagar Kabur Aja Dulu

Menurut Psikolog Klinis, Fifi Pramudika, tagar “Kabur Aja Dulu” layaknya dua mata pisau. Artinya, ada sisi positif dan negatifnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Feb 2025, 18:33 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 18:33 WIB
Bak Dua Mata Pisau, Ini Positif Negatif Tagar Kabur Aja Dulu Menurut Psikolog
Bak Dua Mata Pisau, Ini Positif Negatif Tagar Kabur Aja Dulu Menurut Psikolog. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tagar “Kabur Aja Dulu” merebak di media sosial baru-baru ini. #KaburAjaDulu menjadi ekspresi kekecewaan pemuda Indonesia terkait berbagai hal yang terjadi di Tanah Air, terutama soal peluang kerja dan kebijakan politik.

Menurut Psikolog Klinis, Fifi Pramudika, tagar “Kabur Aja Dulu” layaknya dua mata pisau. Artinya, ada sisi positif dan negatifnya.

“Seperti dua mata pisau ya, tagar Kabur Aja Dulu jadi marak terus orang jadi punya aspirasi untuk hidup di luar negeri ya kalau kita lihat mungkin jadi bisa menambah jumlah diaspora-diaspora Indonesia yang ada di luar negeri. Ibaratnya ini jadi kayak diplomasi, memperkenalkan Indonesia di panggung dunia,” jelas Fifi kepada Health Liputan6.com lewat sambungan telepon, Jumat (14/2/2025).

Secara ekonomi, ketika orang kerja di luar negeri maka bisa menyumbangkan devisa untuk Indonesia sehingga menguntungkan negara.

“Tapi di sisi lain ada dampak atau konsekuensinya yang negatif juga. Misalnya, kalau semua orang ke luar negeri, yang membangun Indonesia siapa? Talenta-talenta terbaik pergi ke luar negeri, akhirnya di Indonesia ya udah tinggal orang-orang yang mungkin bukan best of the best untuk membangun negara ini. Jadi ya ada positif negatifnya,” terang Fifi.

Bisa Pengaruhi Anak-Anak untuk Ikut ‘Kabur Aja Dulu’

Fifi menambahkan, #KaburAjaDulu dapat memengaruhi anak-anak atau pemuda lain untuk melakukan gerakan tersebut.

“Bisa nggak memengaruhi anak-anak untuk mengikuti movement ini? Ya bisa-bisa aja ketika mereka melihat bahwa hidup di Indonesia udah enggak promising (menjanjikan) dan bahwa mereka punya talenta untuk bersaing di kancah global.”

Hanya saja, sambungnya, untuk pindah ke luar negeri dan mencari kehidupan yang lebih baik maka perlu persiapan yang sangat optimal.

“Supaya tujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik itu bisa tercapai,” ucap Fifi.

Apa Sama dengan Lari dari Kenyataan?

Fifi pun menyoroti soal bahasa atau kata yang digunakan dalam #KaburAjaDulu.

“Kita lihat dari tagarnya aja deh, kan kalau di psikolog juga kadang kita melihat narasi yang digunakan, kata-kata yang dipakai. Di sini kata yang dipakai aja ‘kabur’ kabur itu kan biasanya kita lakukan ketika memang kita mau lari, ada sesuatu yang mau kita hindari.”

“Orang kabur itu kan karena menghindari sesuatu yang kurang baik, supaya dia bisa selamat. Nah, apakah ini sama dengan lari dari kenyataan?  Kalau mereka betul-betul pergi ke luar negeri, maka kemudian yang terjadi mereka akan menghadapi kenyataan yang baru di negara tujuan,” urai Fifi.

Sementara, kehidupan di negara tujuan baru pun tak selalu tiba-tiba stabil dan belum tentu nyaman.

“Yang namanya kita merintis, awal-awal itu pasti ada nggak enaknya, masa beradaptasi ini yang kritis. Ketika masa-masa beradaptasi itu bisa jadi enggak enak juga yang dihadapi, tidak sesuai gambaran, tak sesuai bayangan.”

Belum lagi soal pajak yang tinggi, nihilnya transportasi daring, mahalnya harga jasa, hingga tantangan empat musim.

“Makanya perlu persiapan, kita bukan lari dari kenyataan tapi ibaratnya kayak kita tetap aja hidup di dunia nyata. Mau hidup di Indonesia, mau di luar negeri kita kan tetap hidup di dunia nyata. Lari dari kenyataan itu kayak kita tidur dan bermimpi, itu kita lari dari realita istilahnya, tapi kalau tinggal di Indonesia atau luar negeri kan yang kita hadapi tetap realita.”

Soal Tagar ‘Kabur Aja Dulu’

Secara sederhana, tagar #KaburAjaDulu merujuk pada keinginan anak muda untuk meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, baik dari segi karier, pendidikan, maupun standar hidup.

Menurut Fifi tagar "Kabur Aja Dulu" memang sedang trending akhir-akhir ini. Fenomena ini bukan sekadar tren media sosial, tetapi bisa dipahami sebagai bagian dari mekanisme psikologis dalam menghadapi tekanan sosial dan ekonomi.

"Kalau kita lihat, ini sebenarnya bukan sekadar tagar, tapi bentuk respons terhadap kondisi yang sedang tidak menentu, baik secara ekonomi maupun sosial," kata Fifi.

Lantas, apakah #KaburAjaDulu bisa menjadi solusi dari keresahan para pemuda?

"Yang namanya tagar, kalau hanya sebatas aspirasi tanpa ada tindakan konkret, ya dia enggak bisa jadi solusi. Tapi kalau kita bicara apakah ke luar negeri bisa mengatasi rasa frustrasi terhadap situasi di dalam negeri, ini perlu disikapi dengan hati-hati. Karena pada dasarnya, ini berangkat dari ketidakpuasan terhadap tata kelola negara," pungkasnya.

Infografis Heboh Tagar Kabur Aja Dulu Bergema di Medsos.
Infografis Heboh Tagar Kabur Aja Dulu Bergema di Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya