Ikut Tren Kabur Aja Dulu tapi Kehidupan di Luar Negeri Tak Sesuai Ekspektasi, Ini Dampak Psikologisnya

Tagar Kabur Aja Dulu menggema di media sosial. Namun, bagaimana bila sudah ke luar negeri tapi mendapati realita baru yang tidak sesuai harapan?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Feb 2025, 19:57 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 19:57 WIB
Ikut Tren Kabur Aja Dulu tapi Kehidupan di Luar Negeri Tak Sesuai Ekspektasi, Ini Dampak Psikologisnya
Ikut Tren Kabur Aja Dulu tapi Kehidupan di Luar Negeri Tak Sesuai Ekspektasi, Ini Dampak Psikologisnya. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tren tagar “Kabur Aja Dulu” diartikan sebagai upaya penduduk Indonesia terutama anak muda untuk pergi ke luar negeri guna mendapat kehidupan yang lebih baik.

Sayangnya, terkadang kenyataan tak sesuai ekspektasi. Angan-angan untuk mendapat kehidupan lebih layak bisa saja berbalik dengan realita baru yang tidak sesuai harapan.

Menurut psikolog klinis Fifi Pramudika, saat kehidupan di luar negeri tak berjalan sesuai ekspektasi, maka ini dapat memicu dampak negatif bagi orang yang terbuai #KaburAjaDulu.

“Tentu (ada dampak negatif). Maka penting melakukan perencanaan yang matang untuk ke luar negeri agar siap menghadapi apapun yang ada di sana. Tapi kadang, sebaik-baik manusia berencana, tetap Tuhan yang menentukan. Sebaik-baiknya kita berencana tetap ada faktor-faktor yang tidak terprediksi,” kata Fifi kepada Health Liputan6.com lewat sambungan telepon, Jumat (14/2/2025).

Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan maka orang rentan untuk merasa marah dan kecewa. "Ya karena enggak sesuai dengan ekspektasi. Mungkin bisa juga ada isu-isu seperti kekhawatiran atau ketakutan ‘bisa enggak ya aku beradaptasi di tempat kerja baru’.”

Ketakutan ini cenderung lebih parah jika orang yang pindah ke luar negeri itu sudah berkeluarga. Pemikiran soal mampu atau tidaknya menyejahterakan keluarga di negeri orang dapat menjadi kekhawatiran tersendiri.

 

Pentingnya Perencanaan dan Ketahanan Diri

Maka dari itu, sambung Fifi, penting untuk melakukan perencanaan matang sebelum pindah. Di sisi lain, ketahanan diri pun perlu jadi perhitungan.

“Makanya, lagi-lagi penting untuk perencanaan dengan matang dan juga kita butuh ada yang namanya daya tahan. (Kemampuan) mentolerir ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana, di situlah ketangguhan kita tuh diuji jadi butuh tangguh juga untuk beradaptasi di lingkungan baru,” terang Fifi.

Ketangguhan ini sebetulnya dibutuhkan dalam setiap situasi apalagi ketika memulai kehidupan di luar negeri. Di mana risiko kesepian, kendala bahasa, musim, dan kebudayaan yang berbeda bisa menjadi tantangan nyata.

 

Ingat Teori Fight-Or-Flight Response

Dalam psikologi, sambung Fifi, ada teori fight-or-flight response. Ini adalah mekanisme alami manusia dalam menghadapi situasi penuh tekanan: memilih untuk melawan (fight) atau menghindar (flight).

Menurut Fifi, fenomena #KaburAjaDulu bisa dipahami sebagai bentuk flight response, yaitu ketika seseorang merasa kondisi dalam negeri sudah terlalu sulit untuk diperbaiki, maka pilihan terbaik yang mereka lihat adalah pergi.

"Dalam banyak kasus, ketika seseorang merasa tidak berdaya menghadapi situasi, seperti ketidakpastian ekonomi atau politik, insting dasarnya adalah keluar dari lingkungan itu. Ini adalah bentuk coping yang umum, tapi bukan berarti selalu solusi terbaik," kata Fifi.

Namun, flight response ini bukan berarti sekadar lari tanpa arah. Dalam beberapa kasus, mencari peluang di luar negeri bisa menjadi strategi adaptasi yang lebih rasional, terutama jika dilakukan dengan perencanaan yang matang.

 

Hindari Kabur Tanpa Rencana

Fifi tak memungkiri, dalam beberapa kasus, pindah ke luar negeri memang bisa membuka peluang baru, baik dalam hal pekerjaan, pendidikan, maupun kehidupan yang lebih baik.

"Tapi yang perlu dipahami juga, hidup di luar negeri enggak selalu semudah yang dibayangkan. Banyak negara juga sedang menghadapi gejolak ekonomi, sosial, dan politik. Jadi, kalau mau pindah, harus ada perhitungan matang," jelasnya.

"Orang enggak bisa asal kabur tanpa rencana. Jangan sampai sudah ke luar negeri, tapi malah bingung mau ngapain," tambah Fifi.

Tantangan terbesar bagi orang yang pindah ke luar negeri justru bukan hanya soal pekerjaan atau keuangan, tetapi soal adaptasi psikologis.

"Banyak orang berpikir kalau sudah pindah, hidup pasti lebih baik. Padahal, realitanya bisa jauh berbeda. Rasa kesepian, culture shock, atau bahkan diskriminasi bisa menjadi tantangan besar yang harus dihadapi," tutup Fifi.

Infografis Heboh Tagar Kabur Aja Dulu Bergema di Medsos.
Infografis Heboh Tagar Kabur Aja Dulu Bergema di Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya