Bank OCBC NISP Dapat Restu Rights Issue Rp 3,5 Triliun

Pemegang saham PT Bank OCBC NISP Tbk menyetujui perseroan untuk melakukan penawaran umum terbatas/PUT.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 29 Okt 2013, 17:15 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2013, 17:15 WIB
saham-ekonomi130719b.jpg
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) berencana melakukan penawaran umum terbatas/right issue VII dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan target dana mencapai  Rp 3,5 triliun.

Direktur Utama PT Bank OCBC NISP Tbk, Parwati Surjaudaja mengatakan, tujuan right issue untuk memperkuat struktur permodalan perseroan. Sementara dana yang diperoleh dari hasil right issue  akan digunakan untuk mengembangkan bisnis dan memperluas pertumbuhan usaha dalam bentuk pemberian kredit.

"Langkah right issue VII ini sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham melalui RUPSLB. Sehingga perseroan akan menjalankan rencana right issue dengan sebaik mungkin," ujar Parwati ketika ditemui usai acara RUPSLB NISP di Gedung Bank OCBC NISP, Jakarta, Selasa (29/10/2013).

Menurut Parwati, melalui aksi korporasi right issue VII, jumlah saham yang ditawarkan sebanyak-banyaknya sebesar 2.923.730.091 saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 1.200 per lembar saham. Total nilai hasil rights issue sebanyak-banyaknya Rp 3.508.476.109.200

Adapun right issue ini memiliki rasio 500:171, dengan setiap pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perseroan pada 11 November 2013 yang memiliki 500 saham dengan nilai nominal Rp 125 mempunyai 171 HMETD untuk membeli sebanyak 171 saham baru dengan harga Rp 1.200 per saham. Pembayaran dilakukan penuh pada saat pengajuan pemesanan pembelian saham.

Selain itu, lanjut Parwati, pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham biasa baru yang ditawarkan dalam right issue VII ini sesuai dengan haknya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan sahamnya hingga maksimum 25,5%.

"Jika pemegang saham tidak menjalankan haknya dalam membeli saham biasa baru dalam right issue VII ini, maka akan terjadi penurunan persentase kepemilikan sahamnya bisa mencapai sebesar 25,5%," kata Parwati. (Dis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya