PT PLN (Persero) akan memulai kontruksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Upper Cisokan pada tahun depan. Pembangkit yang berada di Cianjur, Jawa Barat, ini akan menjadi PLTA terbesar di kawasan Asia Tenggara.
"Kapasitasnya 2x1.000 megawatt (MW). Jika sudah selesai maka pembangkit ini akan menjadi PLTA terbesar di ASEAN," kata Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (16/11/2013).
Bambang memperkirakan pembangkit tersebut bakal beroperasi mulai 2018. Pembangkit ini akan menjadi PLTA dengan sistem pumped storage pertama di Indonesia.
"Kehadiran pembangkit ini nantinya akan memperkuat pasokan listrik di sistem Jawa Bali," ungkap dia.
Bambang menuturkan, perseroan tengah gencar mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar air karena murah dan ramah lingkungan. Dia menyebutkan biaya produksi listrik PLTA sekitar Rp 500 per kilowatthour (kWh), sementara jika menggunakan minyak, biaya produksinya bisa menembus Rp 3.000 per kWh.
"Lebih ramah lingkungan karena tidak ada polusi dari bahan bakar yang digunakan. Kendalanya paling musim, saat musim kemarau produksi listriknya pasti turun. Tapi itu ditutupi dengan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)," jelas Bambang. (Ndw)
"Kapasitasnya 2x1.000 megawatt (MW). Jika sudah selesai maka pembangkit ini akan menjadi PLTA terbesar di ASEAN," kata Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (16/11/2013).
Bambang memperkirakan pembangkit tersebut bakal beroperasi mulai 2018. Pembangkit ini akan menjadi PLTA dengan sistem pumped storage pertama di Indonesia.
"Kehadiran pembangkit ini nantinya akan memperkuat pasokan listrik di sistem Jawa Bali," ungkap dia.
Bambang menuturkan, perseroan tengah gencar mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar air karena murah dan ramah lingkungan. Dia menyebutkan biaya produksi listrik PLTA sekitar Rp 500 per kilowatthour (kWh), sementara jika menggunakan minyak, biaya produksinya bisa menembus Rp 3.000 per kWh.
"Lebih ramah lingkungan karena tidak ada polusi dari bahan bakar yang digunakan. Kendalanya paling musim, saat musim kemarau produksi listriknya pasti turun. Tapi itu ditutupi dengan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)," jelas Bambang. (Ndw)