Perusahaan tambang terbesar keempat di dunia, Glencore International & Xstrata Coal Pte berminat untuk melakukan investasi di Indonesia.
Namun sebelum merealisasikan niatnya tersebut perusahaan tambang ini meminta kejelasan pemerintah terkait larangan ekspor bahan mentah mineral yang akan diberlakukan pada tahun depan.
"Chairman-nya barusan ke sini minta konfirmasi mengenai aturan larangan ekspor bahan mentah mineral mulai pertengahan Januari. Jadi saya katakan by law, demi Undang-Undang itu tetap berjalan dengan tidak diberikan ekspor jika bahan baku," ujar Menteri Perindustrian, MS Hidayat, di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2013).
Dia menjelaskan, Glencore berencana untuk membangun pabrik di wilayah Indonesia bagian timur yang akan memproduksi bauksit, nikel dan tembaga. Namun jika ada larangan ekspor maka perusahaan ini akan fokus pada nikel dan bauksit .
"Chairman-nya katakan kalau memang benar ekspor di blok untuk bauksit, dia (Glencore) akan buat alumina dan prosesing untuk nikel, dia juga punya prosesing plant besar untuk nikel. Dia juga berminat untuk copper tapi yang utama nikel dan bauksit," lanjut Hidayat.
Untuk bauksit, perusahaan ini juga berencana untuk menghasilkan produk turunan seperti alumina yang akan diserap oleh industri dalam negeri.
"Dia buat downstream processing industri dari bauksit ke alumina, sudah ada beberapa yang berminat termasuk Antam, saya akan dorong mereka segera buat karena saya akan minta larang ekspor bauksit dan larang impor alumina. Sekarang kita impor alumina dari Australia dan suplai ke Inalum," tuturnya.
Hidayat juga mengatakan, sebagai komitmennya, Glencore menyanggupi untuk membangun pabrik pemurnian bahan tambang(smelter) dalam waktu 2-3 tahun setelah kesepakatan investasi.
"Dia dengar kabar ada kompromi, dia justru anjurkan kalau kita tegas melarang, maka dia akan masuk dan dalam 2-3 tahun punya smelter. Kalau pemerintah konsisten jalankan UU dia akan masuk terutama di nikel dan bauksit," katanya.
Meskipun demikian, menurut Hidayat sendiri rencana investasi ini masih perlu adanya pertemuan lebih lanjut karena ada beberapa hal yang masih perlu dibicarakan.
"Saya minta datanya dan diskusi untuk tangani ini. Pokoknya segera. Dia juga mau kasih bisnis proposalnya segera. Dengan reputasi seperti dia enggak sulit untuk lakukan proses investasi," ujar Hidayat. (Dny/Ahm)
Namun sebelum merealisasikan niatnya tersebut perusahaan tambang ini meminta kejelasan pemerintah terkait larangan ekspor bahan mentah mineral yang akan diberlakukan pada tahun depan.
"Chairman-nya barusan ke sini minta konfirmasi mengenai aturan larangan ekspor bahan mentah mineral mulai pertengahan Januari. Jadi saya katakan by law, demi Undang-Undang itu tetap berjalan dengan tidak diberikan ekspor jika bahan baku," ujar Menteri Perindustrian, MS Hidayat, di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2013).
Dia menjelaskan, Glencore berencana untuk membangun pabrik di wilayah Indonesia bagian timur yang akan memproduksi bauksit, nikel dan tembaga. Namun jika ada larangan ekspor maka perusahaan ini akan fokus pada nikel dan bauksit .
"Chairman-nya katakan kalau memang benar ekspor di blok untuk bauksit, dia (Glencore) akan buat alumina dan prosesing untuk nikel, dia juga punya prosesing plant besar untuk nikel. Dia juga berminat untuk copper tapi yang utama nikel dan bauksit," lanjut Hidayat.
Untuk bauksit, perusahaan ini juga berencana untuk menghasilkan produk turunan seperti alumina yang akan diserap oleh industri dalam negeri.
"Dia buat downstream processing industri dari bauksit ke alumina, sudah ada beberapa yang berminat termasuk Antam, saya akan dorong mereka segera buat karena saya akan minta larang ekspor bauksit dan larang impor alumina. Sekarang kita impor alumina dari Australia dan suplai ke Inalum," tuturnya.
Hidayat juga mengatakan, sebagai komitmennya, Glencore menyanggupi untuk membangun pabrik pemurnian bahan tambang(smelter) dalam waktu 2-3 tahun setelah kesepakatan investasi.
"Dia dengar kabar ada kompromi, dia justru anjurkan kalau kita tegas melarang, maka dia akan masuk dan dalam 2-3 tahun punya smelter. Kalau pemerintah konsisten jalankan UU dia akan masuk terutama di nikel dan bauksit," katanya.
Meskipun demikian, menurut Hidayat sendiri rencana investasi ini masih perlu adanya pertemuan lebih lanjut karena ada beberapa hal yang masih perlu dibicarakan.
"Saya minta datanya dan diskusi untuk tangani ini. Pokoknya segera. Dia juga mau kasih bisnis proposalnya segera. Dengan reputasi seperti dia enggak sulit untuk lakukan proses investasi," ujar Hidayat. (Dny/Ahm)