Kisah Van Gaal (III): Musuh Dalam Selimut Si "Tulip Besi"

Berselsih dengan Johan Cryuff hingga memutus tali silahturahmi dengan sahabat sendiri, Ronald Koeman.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 07 Agu 2014, 12:55 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2014, 12:55 WIB
Delapan Pelatih Siap Beradu Strategi di Perempat Final PD 2014
Louis van Gaal, pria berusia 62 tahun ini memiliki nama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal. Usai ajang Piala Dunia 2014, pria kelahiran Amsterdam bersiap menangani klub Inggris, Manchester United. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Liputan6.com, Gantung sepatu, seperti kebanyakan orang yang berkecimpung di sepakbola, Louis Van Gaal melanjutkan karier sebagai pelatih. Dia mengawali dari bawah. Menjadi asisten pelatih.

Dia menimba ilmu kepelatihan dari mantan mentornya di Sparta Rotterdam dan AZ, Mircea Petescu. Dia belajar dasar-dasar pelatih dari Petescu. Bagi Van Gaal, Petescu guru pertama.  Dalam sebuah konferensi pers saat pertandingan Rumania vs Belanda beberapa tahun silam, Van Gaal sempat  membuat  wartawan terkejut saat ditanya siapa sosok paling berpengaruh dalam karier pelatihnya.

Dengan nada lantang dia menjawab: "Mircea Petescu. Dia pernah melatih di Belanda selama dua tahun. Saya memiliki banyak kenangan dengan dia!."

Sampai saat ini, Petescu memiliki hubungan baik dengan Van Gaal. Komunikasi keduanya tidak pernah putus. Mereka terakhir kali bertemu pada 2009 saat pertandingan Sparta Rotterdam vs AZ. "Saya senang dia mengatakan, saat diwawancarai oleh salah satu stasiun televisi Belanda, saya salah satu dari dua pelatih penting dalam kariernya," ucap Petescu.

Tiga tahun dia menjadi tangan kanan dua pelatih berbeda AZ. Han Berger dan Hans Eijnbroek. Bintang terang kiprahnya sebagai pelatih mulai terlihat. Van Gaal yang kala itu berusia 37 tahun direkrut pelatih Leo Beenhakker yang menukangi Ajax Amsterdam sebagai asisten. Selama libur Natal, Van Gaal magang di Barcelona.

Bersama Benhakker--pelatih kawakan--Belanda, Van Gaal mendalami taktik sepakbola modern. Total Football. Semua pemain bisa menyerang dan bertahan. Hanya saja, kemitraan tersebut lebih sekadar kebutuhan. Van Gaal tidak leluasa mengembangkan gagasannya.

Dia lebih banyak bekerja untuk tim muda Ajax. Van Gaal mengasah kemampuan melihat talenta tersembunyi. Dennis Bergkamp menjadi contoh hasil kerja keras Van Gaal mencari  pemain berbakat. Insting tajam Van Gaal mencari "berlian" di tim Akademi berlanjut.

Tahun 1991. kiprah Van Gaal melesat. Dia ditunjuk menjadi pelatih kepala raksasa Eredivisie. Van Gaal mengisi posisi lowong yang ditinggalkan Beenhakker menangani Madrid.

Namun penunjukan Van Gaal sebagai pelatih ditentang oleh legenda sepakbola Belanda, Johan Cryuff. Pemain yang paling dihormati di negeri Kincir Angin itu merasa, klub tidak melibatkannya saat mengangkat Van Gaal sebagai pelatih. Padahal saat itu, Cryuff menjabat sebagai Anggota Dewan Pengawas klub.

Bad chemistry: According to Van Gaal, Cruyff accused him of not thanking him for hosting a Christmas dinner

Perselisihan Cruyff dan Van Gaal telah tercium pada malam Natal 1989. Saat itu, Van Gaal tiba-tiba pergi dari jamuan makan malam yang digelar Cruyff. Tanpa pamit kepada tuan rumah, Van Gaal pergi meninggalkan acara karena mendapat berita duka salah seorang saudara perempuannya meninggal dunia.

Sejak malam itu, Van Gaal merasa Cruyff menyebutnya orang yang tidak tahu terima kasih. Namun Cruyff berusaha mencairkan suasana.

"Itu omong kosong. Apakah orang yang bertanya seputar jamuan itu waras atau tidak. Saya tidak mau menanggapi hal-hal seperti itu. Tapi kali ini sudah keterlaluan. Jika saya marah (dengan Van Gaal) hanya karena jamuan Natal, ada yang salah dengan diri saya," ucap Cruyff dilansir dari Radio Nederland.

Perselisihan Van Gaal tidak hanya dengan Cryuff. Mantan pemain Timnas Belanda, Ronald Koeman pernah menjadikan Van Gaal musuh nomor satu, begitu juga sebaliknya. Padahal, kedua individu sahabat kental. Sengketa Koeman membuat Van Gaal pergi dari Ajax pada 2004.

Bad chemistry: According to Van Gaal, Cruyff accused him of not thanking him for hosting a Christmas dinner

Koeman akhirnya tetap bersama Ajax sebagai pelatih dan Van Gaal yang kala itu menjabat posisi Direktur Teknik memilih hengkang. Selama pemusatan latihan Ajax di Portugal, van Gaal mengambil kursi, duduk, dan menonton latihan dari kejauhan. Van Gaal kemudian memutuskan mengundurkan diri.

"Sejak semula saya sadar, persahabatan kami akan menghadapi berbagai cobaan. Ketika itu, saya pikir, kami akan bisa menghadapinya," tulis Louis van Gaal di buku autobiografinya.

Sampai saat ini, tidak diketahui pasti pemicu keretakan hubungan Van Gaal dan Koeman. Perselisihan itu membuat tali silahturahmi dengan mantan muridnya itu terputus. "Sebagai sahabat dia tidak pantas melakukan hal itu," ucap Van Gaal seraya menegaskan, buku autobiografinya bukan ajang balas dendam terhadap mantan koleganya itu.

"Jika ingin begitu, saya akan menulis lain. Lebih keras, dengan lebih banyak lagi rincian," sambung Van Gaal.

Kendati kerap berselisih dengan sejumlah pelatih hingga sahabat sendiri, Van Gaal pelatih dengan komitmen dan dedikasi tinggi. Suatu ketika, Van Gaal patah kaki dan  memutuskan tetap melatih.

Itu terjadi saat dia melatih AZ Alkmaar 2007 lalu. Uniknya, kaki Van Gaal patah di acara reuni kampus. Meski berusia 56 tahun saat itu, Van Gaalpamer bisa beraksi loncat galah. Sayang, ketika mendarat, sepatunya yang licin membuat dia tergelincir dan jatuh dengan posisi tak sempurna. Kaki van Gaal pun patah.

"Saya cukup gila; merasa masih berusia 18 tahun," ujar Van Gaal. Dia langsung menjalani operasi hari itu juga di pusat medis Alkmaar. Ada enam pin yang disuntikkan untuk menopang tulangnya yang patah. Ada penyangga di kakinya dan beberapa pekan harus duduk di kursi roda.

Sadar memikul tanggung jawab besar, Van Gaal langsung menonton pertandingan usai menjalani operasi. Padahal, seorang pasien setidaknya harus menginap tiga hari setelah menjalani anestesi pascaoperasi.

"Saya minum beberapa pil penahan sakit saat berangkat ke stadion. Saya harus nonton, tapi saya tak mau pemain lihat saya menderita," aku Van Gaal.

Setelah itu, Van Gaal pun tetap melatih meski duduk di kursi roda. Dia tak pernah absen di satu latihanpun. "Di sepak bola, kaki itu penting, tapi itu jika Anda seorang pemain," ujarnya.

Bersambung...

Baca Juga:
Kisah Van Gaal (I): Sudah Melihat Dunia dengan Disiplin Ketat
Kisah Van Gaal (II): Membual Seperti Cryuff Demi Tim Inti Ajax
Van Gaal Indikasikan Rooney sebagai Kapten MU

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya