Jakmania Ragu Kemenpora Bisa Kelola Kompetisi

Jakmania menggelar aksi damai dari Monas ke Istana agar Jokowi menyelamatkan sepak bola Indonesia.

oleh Antonius Hermanto diperbarui 05 Mei 2015, 15:43 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2015, 15:43 WIB
ISL Ditiadakan, Jakmania Gelar Aksi di Depan Istana Negara
Salah satu suporter Persija membentangkan syal saat melakukan aksi menuju Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/5/2015). Jakmania juga memenuhi ruas jalan Medan Merdeka Barat saat akan berunjuk rasa di depan Istana Negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Liputan6.com, Jakarta-
Ketua 2 The Jakmania, Alit, mempertanyakan kemampuan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) jika kompetisi ISL jadi diambil alih. Menurutnya Menpora Imam Nahrawi kurang siap mengurusi ISL.
 
The Jakmania ragu bila kompetisi bakal berjalan lancar di bawah Kemenpora dan Tim Transisi. Terlebih, hingga kini tim transisi bentukan Menpora belum juga terbentuk.
 
"Kalau memang kompetisi mau di bawah Kemenpora, memang bisa? Harus pikirkan bagaimana pengelolaannya (kompetisi), soal perangkat pertandingan. Bukannya main berhentikan, tunda atau ambil kompetisi saja. Tapi tentukan dulu bagaimana langkahnya, bukannya sekarang kompetisi sudah sampai berhenti dan baru pikirkan rencananya," ujar Alit di sela sela unjuk rasa The Jakmania di Monas.
 
Pada Selasa, 5 Mei 2015, ribuan The Jakmania berkumpul di depan Istana Negara untuk menyuarakan aspirasinya. Mereka ingin Presiden Joko Widodo ambil tindakan dari kisruh yang menimpa sepak bola Indonesia.
 
Menurut Alit, Istana tempat yang netral untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. TheJakmania menyatakan, aksi damai ini dilakukan untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia dan kompetisi. Mereka berharap, Presiden Jokowi mendengar keluh kesah dan segera mengambil keputusan.
 
"Kami di sini gerakan non-blok, kami bukan memihak Kemenpora atau PSSI. Jika kami demo di Kemenpora, nanti dibilang pro PSSI. Kalau demo di PSSI, nanti kita disangka memihak Menpora. Kami berada di sini saja sudah ada omongan untuk menguntungkan (pro) salah satu pihak."
 
"Seharusnya para pimpinan ini bisa membuat keputusan yang arif dan bijaksana. PSSI ini jangan dibekukan, logikanya tangkap malingnya bukan bakar rumahnya," dia menambahkan.
 
Baca Juga:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya