Liputan6.com, Jakarta: Regulasi kontrak pemain di Indonesia Super League (ISL) memang belum diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, potensi sebuah klub dapat menunggak gaji pemain karena keterbatasan pendapatan kerap terjadi.
Hal ini dikomentari oleh Firman Utina, gelandang Persib Bandung. Tapi, pemain berusia 33 tahun tersebut kurang setuju bila seluruh gaji pemain di ISL disamaratakan. Apalagi setara dengan pemain yang bukan langganan starter.
"Yang ada kita mengalami kemunduran lagi karena tidak menghargai jerih payah pemain berprestasi yang sudah ada," kata Firman pada Rabu (29/7) petang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Menurut mantan pemain Persita Tangerang itu, semua tergantung klub."Kalau bayarannya sesuai dengan kinerja dia di lapangan, saya rasa sah-sah saja digaji tinggi," sambungnya.
Operator kompetisi, PT Liga Indonesia mencanangkan regulasi baru terkait rasionalisasi kontrak pemain terhadap kesehatan finansial klub.
"Kalau kamu pemain cadangan dan saya yang dimainkan terus-menerus tapi kontrak kita sama, itu tidak profesional. Beda 10 persen saja mungkin masih pikir-pikir," tutur Firman. Selama ini, Persib diakui Firman bersikap terbuka pada pemain soal kondisi keuangan klub.
Maung Bandung yang menggantungkan hidup dari sponsor sejak ISL terhenti, terpaksa harus membubarkan tim. "Pemain juga berpikir daripada gaji besar tapi tertunggak, lebih baik ambil gaji kecil tapi lancar," pungkasnya. (Ris/Def)