Rossi dan Marquez Membalap dengan Kulit Kangguru

Baju balap atau wearpack kelas wahid menjadi aspek utama untuk menunjang balapan aman.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 03 Nov 2015, 06:56 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 06:56 WIB
Saling Salip Valentino Rossi dengan Marc Marquez di Sirkuit Sepang
Saling Salip Valentino Rossi dengan Marc Marquez di Sirkuit Sepang (Liputan6/Motorcyclenews)

Liputan6.com, Keselamatan rider MotoGP menjadi nomor satu di lintasan. Selain menggunakan helm dengan berbahan dasar komposit, baju balap atau wearpack kelas wahid menjadi aspek utama untuk menunjang balapan berlangsung aman.

Wearpack untuk rider papan atas seperti Valentino Rossi, Marc Marquez dan Jorge Lorenzo harus berbahan dasar kulit kangguru. Salah satu produsen wearpack, Alpinestars menjelaskan, kulit kangguru lebih kuat dan fleksibel dibanding kulit sapi. Wearpack bukan sekadar pelindung pembalap dari gesekan dengan aspal tetapi juga benturan pada leher, punggung, sikut dan lutut. 

"Kulit kangguru memiliki ketebalan  1,2-1,4 milimeter dari kulit sapi," jelas Jeremy Appleton dari Alpinestars sebagaimana dilansir dari Red Bull.com.

Selain itu, desain wearpack harus memenuhi sejumlah kriteria seperti aerodinamika serta sirkulasi udara yang cukup demi kenyamanan pembalap. Appleton menjelaskan, fungsi utama wearpack harus mampu memproteksi bagian-bagian utama tubuh seperti dada, tulang belakang dan leher belakang."Khusus bagian punuk, wearpack ditambahkan karbon kevlar," sambungnya. Namun alternatifnya bisa juga menggunakan bahan titanium. Ini untuk melindungi tulang leher dari benturan.

Produsen juga membuat bagian-bagian tambahan untuk melindungi siku dan lutut. "Bahan dasarnya dengan menggunakan thermo plastic." 

Wearpack

Sistem pendingin juga menjadi perhatian utama para pembuat wearpack di era modern. Namun bagian ini terpisah dari wearpack utama. Terdapat rompi khusus dengan prinsip kerja seperti AC dengan menggunakan baterai sebagai sumber daya. Tujuan teknologi ini agar membuat pembalap nyaman ketika balapan di suhu tinggi. Selain itu, di bagian punuk juga dipasangkan botol air dengan selang kecil yang disambungkan ke helm.

Ikuti Gaya Balapan Rider

Selain unsur-unsur tersebut, produsen wearpack juga harus memperhatikan beratnya. Jangan sampai wearpack nantinya justru menghambat laju pembalap. "Secara keseluruhan, rata-rata berat wearpack ini harus berkisar 4,5 kg. Tapi ini tentu berbeda-beda, tergantung bobot pembalap."

Masih menurut Appleton, proses pembuatan wearpack bagi pembalap dilakukan sejak pra-musim. Tujuannya, agar wearpack nantinya benar-benar pas di badan. "Ini merupakan proses yang berkelanjutan," sambungnya. Normalnya, dalam satu musim, pembalap memiliki stok wearpack 8-10. Satu wearpack bisa diselesaikan selama 8 jam dalam kebutuhan mendesak. "Biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari."

Wearpack Valentino Rossi

Di samping itu, produsen wearpack juga harus menyesuaikan permintaan pembalap ketika membuat. Karena ini dipengaruhi oleh gaya membalap berbeda-beda tiap pembalap. Contohnya, Marc Marquez. Alpinestars harus membuat pelindung siku yang panjang bagi rider Spanyol itu. Sebab, ketika menikung, Marquez membiarkan sikunya kontak langsung dengan aspal.

Seiring berkembangnya zaman, merk-merk wearpack beken seperti Alpinestars dan Dainese melengkapi wearpack dengan airbag (balon pelindung) di sejumlah titik rawan pada tubuh. Sensor khusus bakal mengirimkan sinyal pada balon agar mengembang bila rider mendapat benturan dari kecepatan tertentu.

"Wearpack memiliki tugas utama memberikan kinerja terbaik untuk pembalap. Namun, benda ini juga harus memastikan, pembalap tetap terlindungi sekaligus mencegah pembalap dari cedera fatal," begitu kata Alpinestars.

Lantas berapa harganya? Bila dikurs ke mata uang rupiah, nilainya mencapai Rp 100 juta. Tertarik memiliki? (Rjp/Rco)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya