DKI Jakarta Ngotot, Renang Indah PON Jabar Ricuh

Sikap DKI Jakarta saat technical meeting menimbulkan kecemburuan daerah-daerah lainnya.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 22 Sep 2016, 12:01 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2016, 12:01 WIB
Suasana renang indah di PON Jabar yang diwarnai protes berbagai pihak
Suasana renang indah di PON Jabar yang diwarnai protes berbagai pihak (Ahmad Fawwaz Usman/Liputan6)

Liputan6.com, Jakarta Kericuhan kembali mewarnai PON Jabar 2016. Kali ini, menimpa cabang olahraga renang indah yang berlangsung di Kolam Renang FPOK UPI, Setiabudi, Bandung, Kamis (22/9/2016).

Status cabor ini pun sempat dipertanyakan. Pemicunya adalah keputusan kontingen DKI Jakarta mundur dari arena pertandingan. Namun, seluruh Komisi Teknik PB PRSI memutuskan cabang tersebut tetap dilanjut.

Mundurnya DKI diambil saat digelarnya technical meeting, Selasa (21/9/2016). DKI mengklaim bahwa panitia pelaksana mengambil keputusan yang mendadak soal pembatasan usia untuk cabang renang indah.

Meski demikian, DKI tetap datang saat hari H pertandingan. Kontingen ibu kota memaksa tetap tampil meski sebelumnya memutuskan WO dari terchnical meeting. DKI sendiri memilih ikut dalam cabang renang indah meski salah satu atlet mereka, yakni Adela Amanda Nirmala, tak bisa berpartisipasi akibat pembatasan usia.

Namun langkah DKI diadang Komisi Teknik PB PRSI yang menyatakan bahwa DKI tidak boleh ikut bertanding karena susah memilih WO saat techincal meeting. Perdebatan membuat  renang indah mundur hingga sejam.

Sikap DKI juga memicu kemarahan Komisi Teknik PB PRSI daerah. Mereka lalu menggelar jumpa pers. "Intinya kami sudah lelah dengan semua konteks ini. Ini sebab ketidakharmonisan antar PB daerah dengan pusat. Tak seperti PB DKI, kami seperti tak dianggap," jelas Istantono, Komisi Teknik PB PRSI Jawa Timur.

Para Komisi Teknik PB PRSI daerah juga menganggap bahwa pembatasan usia sudah disepakati sejak sebelum Pra PON. Dan, semua Komisi Teknik, termasuk wakil dari DKI Jakarta, diklaim juga ikut setuju.

"Kita semua dibuat bingung. Mereka pikir kita di hutan. Tak ada komunikasi dari pusat mengenai hal tersebut. Email atau telepon pun tak ada," lanjut Istantono.

Saat pertandingan mulai dijalankan, protes tetap saja bermunculan. Bahkan, ada yang berteriak bahwa juri asal DKI tak boleh diikutsertakan dalam penilaian. Meski begitu, pertandingan tetap bisa berlanjut.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya