Evan Dimas-Bayu Pradana, Andalan Timnas Indonesia di Piala AFF?

Kedua pemain lebih pas perankan posisi double pivot di lini tengah timnas Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Okt 2016, 11:10 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2016, 11:10 WIB
20160809- Skuat Garuda Kembali Bangun Asa Prestasi-Bogor- Helmi Fithriansyah
Evan Dimas layak huni lini tengah timnas Indonesia (Liputan6.com/ Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam formasi 4-4-2 yang diterapkan pelatih Alfred Riedl di timnas Indonesia, peran dua gelandang tengah sangatlah penting. Ketika tim tengah melakukan serangan, pembagian bola sangat tergantung dari kemampuan mereka. Saat tim diserang, keduanya adalah tembok atau filter pertama dalam melakukan pertahanan.

Berdasarkan itu, kedua gelandang tersebut harus memiliki kemampuan seimbang dalam bertahan dan menyerang. Di sepak bola, dua gelandang tersebut dikenal sebagai Double Pivot.

Kombinasi kedua gelandang di tengah bisa dibilang juga sebagai otak permainan dalam formasi sepak bola modern. Timnas Indonesia pun cukup identik dengan Double Pivot. Dahulu mengusung kombinasi Ahmad Bustomi-Firman Utina.

Di era sekarang, Skuat Garuda masih setia dengan penggunaan Double Pivot. Dalam dua laga uji coba melawan Malaysia dan Vietnam, satu gelandang yakni Evan Dimas Darmono tak tergantikan. Dia selalu menjadi starter dan sepertinya memang pilihan utama.

Sementara itu, pendampingnya berbeda. Saat menghadapi Malaysia, Riedl menempatkan Bayu Pradana sebagai teman Evan Dimas. Sedangkan ketika melawan Vietnam, Alfred Riedl memasang Dedi Kusnandar.

Duet gelandang di tengah tersebut sama-sama saling melengkapi dalam bertahan dan ketika ikut membantu serangan. Hanya saja, duet Evan Dimas-Bayu Pradana lebih menjanjikan meski performanya tak jauh berbeda dengan ketika Evan Dimas ditemani Dedi Kusnandar.

Lawan Malaysia

Pertimbangannya adalah saat Indonesia melawan Malaysia. Peran Double Pivot ini begitu menonjol. Evan Dimas sangat gemilang menerjemahkan kemauan Riedl dalam menjaga kedalaman di lini tengah. Evan Dimas tampil simpel dengan gayanya yang memang tak pernah berlama-lama dengan bola.

Penetrasinya kerap kali membuat pertahanan Malaysia sedikit bingung. Bahkan umpan-umpan pendeknya menjadikan permainan Indonesia begitu hidup.

Bagaimana dengan Bayu Pradana? Sebagai gelandang bertahan, Bayu menjalankan tugasnya dengan baik. Hal tersebut tak lepas dari penampilannya yang konsisten bersama Mitra Kukar di Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo. Bayu cukup fasih memerankan peran box-to-box di lini tengah.

Bayu sedikit berbeda dengan tipe gelandang serupa lainnya di Indonesia. Dia tak mengandalkan gaya main yang keras dalam menjalani perannya sebagai penghubung dua lini, gaya permainan Bayu lebih elegan.

Saat melawan Malaysia, duet Evan Dimas-Bayu Pradana sama-sama dimainkan selama 90 menit. Hasilnya pun sangat gemilang. Indonesia menang 3-0 atas Malaysia.

Saat Evan Dimas diduetkan dengan Dedi Kusnandar ketika melawan Vietnam, terlihat kurang solid. Dedi yang bermain di Malaysia bersama Sabah FA, belum padu dengan Evan Dimas. Gol pertama Vietnam tak lepas dari kelengahan Dedi.

Meski cukup stabil dalam menjaga aliran bola ke depan, namun sisi defensif masih kurang. Dedi sendiri saat melawan Vietnam tak dimakan secara penuh.

Berdasar itu, rasanya Evan Dimas-Bayu Pradana lebih layak menjadi Double Pivot di tengah. Kemampuan keduanya sudah teruji.

(I. Eka Setiawan)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya