Liputan6.com, Madrid - Pasti ada spirit khusus diusung pasukan Real Madrid saat menjamu Bayern Munchen di laga kedua perempat final Liga Champions, dinihari WIB. Di laga yang akan digelar di Santiago Bernabeu itu, ambisi mereka menyingkirkan Munchen begitu meluap demi meraih tiket ke semifinal.
Real Madrid hanya membutuhkan hasil imbang untuk lolos ke "empat besar". Bahkan, kalah pun, jika dengan skor 0-1, Los Merengues masih tetap lolos, lantaran menang 2-1 di laga pertama, di kandang Munchen.
Advertisement
Baca Juga
Namun, bukan hanya tiket ke semifinal, sebenarnya yang jadi bidikan Real Madrid. Ada misi dan kepercayaan khusus terkait klenik, yang membuat Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan jadi begitu bersemangat menyungkurkan Munchen.
Sejarah dan statistik mencatat, setiap kali Real Madrid menyingkirkan Bayern Munchen di perempat final atau semifinal, di era liga modern, mereka selalu mampu mengangkat trofi juara.
Setidaknya, dalam tiga kesempatan, Real Madrid berhasil jadi juara usai mengalahkan Munchen di perempat final atau semifinal. Atas "andil" Munchen juga Real Madrid berhasil meraih gelar Octava (kedelapan), Novena (kesembilan), dan Decima (kesepuluh) mereka di Liga Champions, pada musim 1999/00, 2001/02 dan 2013/14.
Pada musim 1999/00, Real Madrid menyingkirkan Bayern Munchen di semifinal. Setelah itu, di final mereka sukses mengalahkan rekan senegara, Valencia, 3-0.
Begitu juga di musim 2001/02. Usai kalah 1-2 di perempat final pertama di kandang Munchen, Real Madrid menang 2-0 di Bernabeu, sebelum memastikan gelar Hampden Park setelah mengalahkan Bayer Leverkusen 2-1.
Ketika itu, Zidane Zidane, pelatih Real Madrid saat ini, menjadi bintangnya. Zidane, yang saat itu masih jadi pemain Real Madrid, mencetak gol penentu kemenangan Los Galacticos.
Lalu, di musim 2013/14, Real Madrid kembali menyingkirkan Munchen di semifinal, sebelum jadi juara.
Kini, kemenangan di partai puncak, awal Juni nanti, akan mengantarkan Real Madrid ke tangga gelar ke-12 mereka di ajang Liga Champions. Dan, sekali lagi, bukan tak mungkin Munchen "punya peran" di dalamnya.
Ambisi Munchen
Namun, kali ini tentu sangat berbeda kondisinya. Kemenangan 2-1 di laga pertama, sama sekali belum menjamin, Real Madrid akan mampu menggapai semifinal, final, atau juara.
Apalagi, di sisi lain, Munchen pun punya misi serupa: juara. Apalagi, klub kebanggaan Bavaria ini sudah lama tak mencium trofi The Big Ears, sejak mereka terakhir memenangkannya pada musim 2012/13.
Faktor lainnya, yang bisa membuat Madrid menangis adalah kehadiran pelatih Munchen, Carlo Ancelotti, yang juga mantan entrenador Real Madrid. Bahkan, Ancelotti-lah yang membawa Los Galacticos memenangkan gelar La Decima di musim 2013/14. Tentu, Ancelotti sangat mengenal Real Madrid.
Ancelotti sendiri sangat percaya diri, pasukannya mampu membalikkan keadaan di Bernabeu. Penyerang Robert Lewandowski, ditunjuk Carletto sebagai sosok yang berpeluang merusak mimpi Madrid.
"Kehadiran Lewandowski akan membantu kami," ujar Ancelotti, seperti dikutip DW. "Dia pemain penting yang mencetak banyak gol untuk kami. Dia memberi kami rasa percaya diri ekstra."
Advertisement
Dukungan Suporter
Untung, Real Madrid punya senjata khusus untuk meredam Munchen di Bernabeu. Mereka adalah pemain ke-12 alias suporter fanatik mereka.
Tak heran, Zidane pun sampai harus secara khusus meminta Madridista untuk membanjiri Bernabeu. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk mengintimidasi para pemain Munchen, membuat Bernabeu jadi seperti neraka.
"Bersama suporter yang hadir di Santiago Bernabeu, kami seperti memiliki pemain ekstra," ujar Zidane.