Liputan6.com, Jakarta - Tak selalu, seorang pelatih hebat juga datang dari pesepak bola tenar. Ada lima contoh pemain hebat yang justru kacau saat jadi pelatih.
Lihat saja Jose Mourinho. Dia sangat hebat dan tak diragukan kapasitasnya sebagai juru taktik. Tapi, Mourinho bukan datang dari pemain hebat.
Baca Juga
The Special One tak pernah sukses jadi pemain. Hingga akhirnya dia menerima pekerjaan sebagai penerjemah mantan pelatih timnas Inggris Bobby Robson di Sporting Lisbon yang memulai kariernya sebagai pelatih.
Beberapa nama sebenarnya pernah jadi pemain hebat dan sukses sebagai pelatih, seperti Zinedine Zidane, Pep Guardiola, hingga Diego Simeone. Tapi, hal itu tak berlaku bagi lima sosok di bawah ini.
Mereka malah seperti kacau saat jadi pelatih. Siapa saja? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:
Advertisement
5. Diego Maradona
Diego Maradona tak dipungkiri merupakan salah satu pesepak bola tersukses yang pernah tercipta di muka bumi. El Diego pensiun dari sepak bola pada pertengahan 1990-an.
Namun demikian, kala memulai jadi pelatih, dia memiliki beberapa tugas gagal dengan klub-klub kecil di Argentina. Tapi, tugasnya sebagai bos tim nasional Argentina adalah yang terburuk.
Maradona ditunjuk sebagai pelatih La Albiceleste pada akhir 2008. Namun, dia bahkan bikin Argentina telah kekalahan mengejutkan 1-6 dari Bolivia dan hanya berhasil memastikan kualifikasi ke Piala Dunia 2010.
Setelah lolos kualifikasi, Maradona menghadapi ha rapan tinggi saat Argentina memenangkan semua pertandingan grup. Tapi kemudian mereka gagal melewati Meksiko di babak kedua sebelum diberondong empat gol tanpa balas oleh Jerman. Tak lama kemudian, El Diego dipecat.
Advertisement
4. John Barnes
Ingat sebagai salah satu pemain paling menarik di Piala Dunia 1990 Inggris? Ya John Barnes mengukir namanya di sepak bola dunia lewat performa istimewa.
Setelah pensiun pada akhir musim 1998-99, Barnes ditunjuk sebagai manajer baru Celtic, bekerja di bawah Kenny Dalglish. Penunjukan tersebut merupakan bencana dan Barnes tidak bertahan lama, hanya 29 pertandingan.
Hal itu karena dia tak sanggup bawa Celtic berjaya malah justru melempem. Kenangan buruknya adalah kala Celtic takluk di Piala Skotlandia dari tim kecil. Inverness Caledonian Thistle. Tidak mengherankan, Barnes dipecat oleh Celtic.
Namun demikian, pada 2008, dia kembali muncul dengan jadi pelatih timnas Jamaika dan memiliki beberapa keberhasilan memenangkan Piala Karibia 2008. Ini pasti membantu bangkitkan kepercayaan dirinya.
Lantas pada 2009/10, Tranmere Rovers menunjuk Barnes sebagai manajer baru. Tapi entah bagaimana menggambarkannya, karier Barnes di sana bahkan lebih buruk daripada waktu di Celtic. Barnes dan asisten manajer Jason McAteer cuma memenangkan dua dari 11 pertandingan liga pertama mereka.
Setelah Tranmare Rovers takluk 0-5 dari Millwall Barnes dipecat lagi. Sejak saat itu, namanya kembali tenggelam.
3. Paul Gascoigne
Diperdebatkan sebagai pemain paling berbakat yang pernah diproduksi Inggris, Paul 'Gazza' Gascoigne adalah salah satu yang terbaik. Namun harus diakui, perilakunya yang acap indisipliner menunjukkan bahwa dia tidak akan pernah menjadi manajer hebat.
Dalam sebuah langkah yang sangat aneh, Gazza, sapaan akrab Gascoigne, memulai karier kepelatihannya di Tiongkok sebelum pindah kembali ke Inggris untuk memimpin Boston United pada musim panas 2004.
Waktunya di sana berlangsung hanya sebelas pertandingan sebelum dia mengundurkan diri karena alasan yang aneh. Dia ingin tampil pada acara TV I'm A Celebrity, Get Me Out Of Here!
Setelah beberapa saat keluar dari sepak bola, Gazza muncul kembali pada akhir 2005 untuk mengambil alih posisi sebagai manajer klub non-liga Kettering United. Langkah tersebut berantakan, karena Gascoigne bertahan hanya 39 hari sebelum dipecat.
Pemecatan itu lagi-lagi lantaran hal non-teknis. Dia bermasalah dengan kebiasaan meminum alkohok, termasuk insiden yang membuat dia tersandung dari bus tim dalam keadaan mabuk.
Advertisement
2. Gary Neville
Mungkin sulit untuk menilai seorang manajer dalam satu kesempatan singkat. Namun, hal itu sudah jelas tergambar bagaimana Gary Neville pimpin klub La Liga Valencia. Lagi pula dia juga tak terlalu bagus sebagai asisten pelatih di bawah Roy Hodgson bersama Inggris.
Neville merupakan salah satu dari bek terbaik di Inggris. Tapi, dia bukanlah manajer yang luar biasa. Langkah Neville ke Valencia adalah hal yang aneh. Hal ini mengingat dia tidak dapat berbicara bahasa Spanyol dengan lancar dan tak memiliki pengalaman pelatih di luar pekerjaannya dengan Hodgson dan Inggris.
Alhasil, dia memulai awal yang buruk. Neville harus menerima kekalahan perdananya di Valencia pada laga debutnya saat melawan Lyon. Hal ini membuat Valencia tersingkir dari Liga Champions. Bencana lain mengikuti, seperti kekalahan 0-7 dari Barcelona di Copa del Rey pada Februari 2016.
Bersama Neville, mereka jua menjalani delapan pertandingan tanpa kemenangan di La Liga. Tekanan membuatnya mengundurkan diri, tapi Valencia menahannya. Namun, dia akhirnya dipecat pada Maret 2016 setelah tak jua mampu menunjukkan performa positif.
1. Alan Shearer
Alan Shearer merupaka striker terbesar dalam sepak bola INggris. Dia masih memegang rekor sebagai top skorer sepanjang masa. Namun, sebagai pelatih, dia sangat buruk.
Setelah pensiun pada tahun 2006 ada banyak rumor yang menunjukkan bahwa Shearer sedang menuju ke karier kepelatihan. Namun tidak ada yang terbukti benar sampai April 2009.
Manajer Newcastle Joe Kinnear sakit karena masalah jantung, dan Shearer secara mengejutkan ditunjuk sebagai penggantinya. Dia mengambil tugas untuk delapan pertandingan terakhir musim dan punya misi menyelamatkan Newcastle dari kemungkinan degradasi.
Sayangnya bagi penggemar Magpies, Shearer tidak hanya gagal menyelamatkan mereka, tapi dia gagal total. Pertandingan pertamanya dimulai dengan buruk, yakni kekalahan 0-2 dari Chelsea. Meski menang 3-1 atas rival Middlesbrough, itu tidak benar-benar menjadi jauh lebih baik.
Pada hari terakhir musim ini Newcastle dikalahkan 0-1 oleh Aston Villa, dan mengalami degradasi yang menyakitkan. Sejak ditunjuk sebagai bos Magpies, Shearer menghasilkan hanya lima poin dari 24 kemugkinan, salah satu terburuk dala sejarah Newcastle dan Premier League.
Dengan musim 2008/09 selesai, tidak mengejutkan siapa pun saat Shearer tidak diberi kontrak permanen. Dia kemudian kembali ke pekerjaannya sebagai pundi di televisi.
I. Eka Setiawan
Advertisement