Liputan6.com, Jakarta - Alex Pastoor, pelatih sepak bola berpengalaman asal Belanda, merasakan perbedaan signifikan saat membandingkan pengalamannya melatih di tanah kelahirannya dengan perannya sebagai asisten pelatih Tim Nasional Indonesia.
Dari pengalaman panjangnya di liga Belanda hingga tantangan baru di dunia sepak bola Indonesia, perbedaan tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari budaya hingga lingkungan kerja yang sangat kontras.
Advertisement
Baca Juga
Di Belanda, Alex Pastoor telah malang melintang di berbagai klub liga, fokus utamanya adalah pada aspek teknis permainan dan pengembangan pemain muda berbakat. Ia sukses membawa beberapa klub promosi ke Eredivisie, liga tertinggi di Belanda.
Advertisement
Metode kepelatihannya dikenal fleksibel, tidak terpaku pada satu strategi tertentu, melainkan menyesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan tim yang diasuhnya. Namun, di Indonesia, pengalamannya bergeser drastis menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia, sebuah peran yang penuh tantangan dan warna baru.
Perbedaan paling mencolok terletak pada lingkungan kerja dan budaya. Di Indonesia, Pastoor harus beradaptasi dengan budaya yang sangat berbeda, termasuk pengalaman uniknya mendengar azan untuk pertama kalinya.
Ia harus menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman berharga dan pembelajaran budaya yang tak ternilai baginya.
Tantangan Budaya dan Keamanan di Indonesia
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Pastoor di Indonesia adalah aspek budaya dan keamanan. Sebagai bagian dari tim pelatih Timnas, ia dan rombongan selalu dikawal oleh pihak kepolisian, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, mengingat kondisi lalu lintas yang padat dan kompleks. Hal ini tentu berbeda jauh dengan pengalamannya di Belanda.
Selain keamanan, adaptasi budaya juga menjadi kunci kesuksesan Pastoor di Indonesia. Memahami kebiasaan, norma, dan nilai-nilai masyarakat Indonesia sangat penting dalam membangun hubungan baik dengan pemain dan staf pelatih lainnya. Kemampuan beradaptasi ini menjadi bukti profesionalisme dan dedikasi Pastoor dalam menjalankan tugasnya.
Pastoor juga harus menghadapi perbedaan dalam hal waktu dan kesempatan. Waktu persiapan yang sempit dan minimnya pertandingan uji coba menjelang kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi tantangan tersendiri. Ini sangat berbeda dengan rutinitas melatih klub di Belanda yang lebih terstruktur dan memiliki waktu persiapan yang lebih panjang.
Advertisement
Peran dan Kolaborasi di Timnas Indonesia
Peran Pastoor sebagai asisten pelatih di Timnas Indonesia juga berbeda dengan perannya sebagai pelatih kepala di klub-klub Belanda. Di Timnas, ia berkolaborasi dengan pelatih kepala, Patrick Kluivert, dan Denny Landzaat, menciptakan sinergi yang kuat dalam tim pelatih. Fokusnya mungkin lebih pada kontribusi strategi dan pengembangan pemain muda, dibandingkan dengan pengambilan keputusan utama seperti saat ia menjadi pelatih kepala.
Kolaborasi ini menuntut kemampuan komunikasi dan kerja sama tim yang tinggi. Pastoor harus mampu bertukar pikiran, berbagi ide, dan mencapai konsensus dengan rekan-rekannya dalam tim pelatih. Hal ini menunjukkan kemampuannya untuk bekerja dalam lingkungan tim yang dinamis dan multikultural.
Pengalaman kolaborasi internasional ini tentu saja menambah wawasan dan pengalaman berharga bagi Pastoor. Ia belajar bagaimana bekerja sama dengan pelatih dari latar belakang budaya dan pengalaman yang berbeda, dan bagaimana mencapai tujuan bersama dalam lingkungan yang kompleks.
