Jakarta - Legenda tinju Indonesia, Nico Thomas, memprediksi para petinju Indonesia pada Asian Games 2018 guna meraih medali terbilang cukup berat. Hal itu diyakini Nico Thomas mengingat ketatnya persaingan.
Baca Juga
Indonesia memang sudah lama tidak mampu meraih medali di Asian Games dari cabang olahraga tinju. Medali yang diraih petinju Tanah Air dipersembahkan Hermensen Ballo (flyweight 51 kg) dan Willem Papilaya (light welterweight 63,5 kg) berupa perak pada edisi Asian Games 1998 alias 20 tahun silam.
Advertisement
Sejak saat itu, peta persaingan tinju di Asian Games dikuasi negara-negara semisal Korea Selatan, Uzbekistan, Thailand, dan Filipina.
Pada Asian Games 2014, Uzbekistan bahkan keluar sebagai juara umum cabang olahraga tinju berupa raihan enam emas, dua perak, dan dua perunggu. Adapun Korea Selatan menjadi runner-up dengan raihan dua emas, tiga perak, dan satu perunggu, diikuti China dengan satu emas dan dua perak.
"Peta persaingan untuk Asian Games itu sekarang lebih ketat. Jangan dulu ke situ, untuk Asia Tenggara saja kita punya saingan paling berat itu Thailand dan Filipina," kata Nico Thomas kepada Bola.com di Tangerang, Rabu (25/7/2018).
"Nah itu baru Asia Tenggara. Belum lagi bicara skala Asia ada Jepang dan Korea Selatan. Yang paling berat lagi negara-negara pecahan Uni Soviet yang bergabung ke Asia. Itu saja menurut saya lawan yang paling dikhawatirkan," ujar Nico Thomas.
Ketatnya peta persaingan di Asian Games 2018 membuat pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya menargetkan satu medali emas dari cabang olahraga tinju. Hal itu terasa wajar mengingat Indonesia baru tiga kali meraih emas sepanjang keikutsertaan di Asian Games melalui Wiem Gomies pada edisi 1970 dan 1978 serta Pino Bahari pada edisi 1990.
Sumber: www.bola.com