Cerita Si Piton Kenang Gelar Juara Bareng Persija Jakarta

Persija Jakarta selangkah lagi bakal memastikan diri sebagai kampiun Liga 1 2018.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 07 Des 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 15:00 WIB
20150729-Budi Sudarsono
Budi Sudarsono (Liputan6,com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Persija Jakarta selangkah lagi bakal memastikan diri sebagai kampiun Liga 1 2018. Macan Kemayoran hanya perlu menang atas Mitra Kukar di laga pamungkas musim ini, Minggu (9/12/2018).

Jika berhasil juara, prestasi ini mengulangi keberhasilan di Liga Indonesia musim 2001. Ketika itu, Persija Jakarta keluar sebagai juara setelah menang 3-2 atas PSM Makassar dalam partai final di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Bukan suatu kebetulan jika di musim ini, Persija juga bersaing dengan PSM untuk meraih juara. Bedanya, kedua tim tidak saling bertemu di final mengingat musim ini digelar dengan sistem satu wilayah.

Di setiap keberhasilan juara, selalu ada cerita yang tersimpan. Cerita kesuksesan Persija Jakarta terekam di dalam salah satu anggota tim saat itu, Budi Sudarsono.

"Waktu itu saya paling muda. Saya baru main dari PON (Pekan Olahraga Nasional), terus langsung main di Liga dua kali. Yang pertama di Surabaya, yang kedua di Persija," kata Budi saat dihubungi Liputan6.com.

Bagi Si Piton--julukan Budi Sudarsono--kesuksesan Persija tersebut sangat berkesan. Pasalnya, itu adalah gelar juara pertama yang diraih sejak bermain di Liga Indonesia.

Terlebih, Budi yang kala itu memakai nomor 13, bermain bersama nama-nama yang lebih senior di tim seperti Widodo Cahyono Putro, dan Nuralim. "Menurut saya, pemainnya bagus semua. Pemain-pemain top, ada Widodo, Nuralim, dan Bambang Pamungkas," kata Budi.

 

 

Tidak Bermain

Budi Sudarsono
Budi Sudarsono saat bermain bagi Persija Jakarta (Bola.com/Istimewa)

Kendati senang, ada satu yang menjadi penyesalan dalam diri Budi Sudarsono. Pasalnya, mantan striker tim nasional Indonesia itu tidak bermain di partai final.

Padahal, Budi adalah pencetak gol terbanyak Persija di musim tersebut. Ia hanya terpaut dua gol dari pencetak gol terbanyak kompetisi, yaitu Bako Sadissau (Barito Putera) dengan 22 gol.

"Saya sendiri enggak main. Padahal waktu itu topscorer Persija. Nomor dua nasional dengan 21 atau 19 gol, beda dua gol topscorer saat itu," ujar Budi.

Persija sendiri menang 3-2 atas PSM Makassar berkat gol Imran Nahumarury dan dua gol Bambang Pamungkas. Sementara, dua gol PSM masing-masing dicetak Miro Baldo Bento dan Kurniawan Dwi Yulianto.

Lebih Profesional

Kini, Persija berpeluang mengulang prestasi serupa. Macan Kemayoran akan meraih gelar juara kedua sepanjang era Liga Indonesia.

Dengan jarak hampir satu dekade lebih, tentu ada perbedaan signifikan antara tiim Persija 2001 dengan Persija musim ini. Menurut Budi, salah satu perbedaannya adalah tim saat ini lebih profesional.

Budi mengatakan, kondisi tim saat juara sangat stabil mulai dari manajemen hingga pemain. Namun ia menuturkan, faktor Jakmania menjadi kunci paling penting di balik keberhasilan juar.

"Dukungan suporter, itu yang paling penting," kata Budi mengakhiri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya