Presiden La Liga Spanyol Menolak Manchester City Main di Liga Champions

Presiden La Liga Spanyol Javier Tebas menyebut keberadaan Manchester City telah merusak ekosistem dunia sepak bola.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mei 2019, 17:25 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2019, 17:25 WIB
Manchester City - Liga Inggris
Manajer Manchester City Pep Guardiola dan para pemainnya merayakan sukses meraih gelar juara Liga Inggris 2018-19. (AP Photo/Frank Augstein)

Liputan6.com, Madrid - Presiden La Liga Spanyol Javier Tebas tidak senang dengan keberadaan klub kaya raya seperti Manchester City di Liga Champions. Apalagi, klub Inggris itu sering belanja pemain mahal yang merusak aturan Financial Fair Play (FFP).

Saat ini, Manchester City tengah dihadapkan dengan hukuman larangan tampil di Liga Champions pada musim depan. Sebab, berdasarkan laporan dari Der Spiegel, klub besutan Josep Guardiola itu dituding telah melakukan penyimpangan keuangan.

Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) langsung bergerak cepat dalam menanggapi laporan itu. Mantan Perdana Menteri Belgia Yves Leterme ditunjuk sebagai pimpinan penyelidikan.

Tak butuh waktu lama, kasus Manchester City ini dibawa ke pengadilan Club Financial Control Body (CFCB).

 

 

Tolak Keberadaan Man City

Javier Tebas
Presiden La Liga Spanyol Javier Tebas (AFP PHOTO/ JAVIER SORIANO)

Proses hukum sedang berlangsung, dan mendapat tanggapan yang positif dari Javier Tebas selaku presiden kompetisi tertinggi Spanyol, La Liga. Ia merasa keberadaan Manchester City, dan juga PSG, telah merusak ekosistem dunia sepak bola.

"Masalahnya dengan City dan PSG adalah saat mereka membeli satu pemain dengan pemasukan dari minyak, tim lainnya kehabisan gas," tutur Tebas seperti yang dikutip dari The Sun.

"Beberapa tahun lalu kami mengatakan bahwa mereka telah melanggar Financial Fair Play pada saat itu. Dan sekarang kami akan mengatakannya lagi," lanjutnya.

 

Rusak Industri Sepak Bola

Tebas menambahkan bahwa kerusakan yang timbul akibat proses belanja Manchester City dan PSG sudah cukup besar. Tim-tim lain seperti Juventus dan Bayern Munchen jadi harus mematok harga tinggi agar pemainnya tidak lepas dari genggamannya.

"Klub seperti Juventus, Real Madrid, dan Bayern Munchen harus menaikkan harga agar klub itu tidak merebut pemainnya. Jika kami membiarkan pemasukan masuk dari luar industri itu sendiri, tapi dari sebuah negara, ini bukan lagi olahraga." tambahnya.

Tebas melanjutkan, "Ini bukan lagi sebuah industri. Ini menjadi sebuah permainan bagi suatu negara. Dan saat ini menjadi mainan, anak-anak akan bermain dengan anak lainnya. Anda akan merusak sistem secara keseluruhan," tandasnya.

PSG diketahui mengakali aturan FFP saat membajak Neymar dari klub raksasa La Liga, Barcelona dengan harga fantastis, yakni 222 juta euro. Menurut laporan, PSG mendanai Neymar dengan nilai yang sama sebagai bayaran untuk menjadi ambassador Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar.

Dengan uang itu, Neymar dikabarkan menebus klausul pembeliannya sendiri dan membuatnya bebas meninggalkan Barcelona. PSG pun bisa mengikatnya tanpa harus memberikan dana secara langsung kepada Barcelona.

Sumber: Bola.net

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya