4 Alasan Lukaku Gagal Bersinar di MU

Karier Romelu Lukaku pendek di Manchester United (MU). Apa penyebabnuya?

oleh Ario Yosia diperbarui 02 Agu 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 13:00 WIB
Romelu Lukaku - Manchester United (MU)
striker Manchester United (MU), Romelu Lukaku (Martin Rickett/PA via AP)

Jakarta Juventus selangkah lagi akan memboyong Romelu Lukaku dari Manchester United (MU). Kebersamaan striker asal Belgia tersebut dengan Tim Setan Merah bakal berakhir.

Menurut Metro, Juventus sepakat memboyong Lukaku setelah mendapat lampu hijau dari sang bintang, Cristiano Ronaldo. 

Lukaku awalnya santer dikabarkan akan hijrah ke Inter Milan. Namun, transfer batal terealisasi setelah La Beneamata gagal memenuhi harga yang dipatok MU.

The Red Devils menginginkan mahar 80 juta pounds (Rp 1,3 triliun) untuk Lukaku. Banderol itu tak sanggup ditebus Inter Milan. 

Belakangan, Juventus ikut dalam perburuan Lukaku. Tawaran pembuka Juventus dapat dikatakan sebagai pertukaran pemain. La Vecchia Signora tak tanggung-tanggung menyiapkan Paulo Dybala dan Mario Mandzukic serta uang tunai 10 juta pounds (Rp 170 miliar) demi mendapatkan Lukaku.

Manchester United lebih suka yang tunai untuk Lukaku. Namun, prospek jangka panjang untuk Dybala dan jangka pendek bagi Mandzukic mungkin menggoda Setan Merah.

Kedua klub dikabarkan sudah intensif merampungkan negosiasi untuk transfer Lukaku ke Juventus, dan sebaliknya Dybala ke MU. Proses tukar guling hampir pasti terjadi.

Malang benar nasib Romelu Lukaku di MU. Didatangkan ke Old Trafford atas permintaan Jose Mourinho dua musim silam, ia harus terpinggirkan karena dinilai tak cocok dengan filosofi permainan Setan Merah. Berikut ini analisis Bola.com kenapa sang bomber tak bisa masuk sistem permainan United:


Tidak Masuk Sistem Permainan Lini Serang Manchester United

Pemain Manchester United yang Berbahagia Dipecatnya Mourinho
Romelu Lukaku (AFP/Oli Scarff)

Ketika Ole Gunnar Solskjaer mengambil alih sebagai manajer United pada bulan Desember ada perubahan nyata dalam cara United bermain.

Setan Merah intens menampilkan tiga pemain depan yang bergerak dinamis, yakni: Marcus Rashford, Jesse Lingard, dan Anthony Martial.

United tampil bagus, saat ketiga pemain dalam kondisi fit. Saat mereka tumbang satu per satu karena cedera dan kelelahan, Manchester United tidak memiliki sosok pemain serep menambal lubang di lini depan.

Lukaku sayangnya tidak bisa nyetel dengan sistem permainan lini serang yang diusung Solskjaer.


Tak Terbiasa Menghadapi Tekanan Big Match

FOTO: Top Scorer Sementara Premier League 2018/2019, Hazard dan Mitrovic Bersaing
4. Romelu Lukaku (AFP/Fabrice Coffrini)

Rekor gol Romelu Lukaku terhitung lumayan di Manchester United. Namun, sang penyerang punya persoalan kesulitan menjebol gawang tim-tim besar.

Mayoritas gol Lukaku terjadi saat United bersua tim-tim semenjana. Stigma kalau Lukaku bukan Big Game Player menyeruak.

Sejarah menujukkan Manchester United selalu memiliki striker-striker top yang terbiasa menghadapi tekanan laga besar. Sebut saja Ruud van Nistelrooy, Teddy Sheringham, dan tentu saja Ole Gunnar Solskjaer.


Tidak Lentur Posisi

Manchester United, Leicester City, Premier League
Duel pemain Leicester, Harry Maguire (kiri) dengan pemain Manchester United, Romelu Lukaku (tengah) pada lanjutan Premier League di Old Trafford, Manchester (26/8/2017). (AP/Rui Vieira)

Lukaku tipikal penyerang nomor 9 murni. Ketajamannya amat bergantung pada pasokan bola dari lini-lini lainnya.

Hal ini jadi masalah bagi Ole Gunnar Solskjaer yang ingin memiliki penyerang yang dinamis.

Seorang striker yang bisa membuka peluang sendiri serta bisa bergeser posisi kapanpun mengikuti arah permainan. Lukaku jelas menderita dengan situasi ini.

 


Kebugaran Bermasalah

FOTO: Anthony Martial Antar MU Bungkam Tottenham
Striker Manchester United, Romelu Lukaku, berebut bola dengan bek Tottenham, Toby Alderweireld, pada laga Premier League di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (28/10/2017). MU menang 1-0 atas Tottenham. (AP/Martin Rickett)

Postur tubuh Romelu Lukaku yang gempal jadi masalah. Pergerakannya jadi tidak lincah dan cenderung statis.

Jelang musim 2019-2020 terlihat kalau penyerang didikan Antwerp kelebihan berat badan. Sementara itu, Solskjaer ingin pemain depan yang lincah. 

Di era Jose Mourinho soal pergerakan Lukaku yang lamban memicu kritikan, karena berpengaruh langsung dengan produktivitasnya. Jose merespons kritikan dengan membangku cadangkan sang bomber.

Sadar dengan situasi tersebut, Lukaku terlihat tidak melakukan koreksi diri. Ia lebih memilih jadi dirinya sendiri yang membuat Solskjaer kecewa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya