One Championship: Jadi Atlet Bela Diri Tak Hentikan Putri Padmi Raih Gelar Master

Atlet One Championship, Putri Padmi sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Indonesia

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 20 Mar 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 21:00 WIB
Putri Padmi - ONE Championship
Putri Padmi (ONE Championship)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai seorang juara kickboxing nasional, hari-hari Putri ‘Ami’ Padmi dipenuhi oleh latihan. Bahkan, ia harus berkutat dengan samsak dan matras dari pagi hingga matahari terbenam jika waktu berlaga tengah mendekat.

Namun, atlet One Championship yang tengah menginjak usia 26 tahun ini tak pernah lupa akan mimpi masa kecilnya untuk menjadi seorang yang berpengaruh di dunia.

Cita-cita perempuan kelahiran Tuban, Jawa Timur, ini tak pernah pupus – ia ingin menjadi seorang Sekretaris-Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa, dan demi meraih mimpinya, ia kini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI).

“Latar belakang saya sarjana S1 jurusan Ilmu Politik di Universitas Brawijaya. Saat ini lanjut ambil Master jurusan Ilmu politik dan Hubungan Internasional Sekolah kajian stratejik global di Universitas Indonesia,” tutur petarung yang akrab disapa Ami ini.

“Alasan saya ambil S2 karena kalau S1 saja kurang. jadi begini cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi Sekjen PBB atau Diplomat atau pejabat pemerintahan yang mampu membantu rakyat-rakyat kecil, bantu orang-orang kelaparan, dan lain-lain. Saya melihat dengan semakin kita tinggi pendidikannya maka kesempatan memiliki posisi untuk membantu orang-orang disekitar kita lebih cepat,” tambahnya dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tantangan Membagi Waktu

Putri Padmi - ONE Championship
Putri Padmi (foto: istimewa)

Berada pada dua bidang yang berbeda tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Ami, yang bertekad untuk terus mengembangkan karier bela dirinya meski harus berjuang dalam membagi waktu.

Rasa ingin tahu yang tinggi membawanya pada hal-hal serta pengalaman baru. Di tengah kariernya yang terus berkembang bersama One Championship, Ami sempat mencicipi bekerja di berbagai instansi – termasuk menjadi seorang karyawan Bank Indonesia.

“Banyak cerita sih terutama setelah gagal menjadi polisi, saya kerja di Instansi pemerintah dan disana lingkungannya luar biasa dalam belajar, terus berkembang, kerja loyalitas, jenjang karir dan sebagainya,” jelas Ami.

“Kita dituntut untuk maju. Yah suasana kerja seperti itu membuat saya ambil S2 lagi. Ketika hampir menyerah dan memutuskan mengubur cita-cita masa kecil dengan menjadi pegawai pemerintah yang biasa biasa aja, Allah berkata lain,” ungkapnya.

Tes Menjadi Polisi

Perjalanan kariernya pun tidak selalu mulus. Ia sempat gagal dalam tes untuk menjadi perwira polisi hingga empat kali. Namun hal itu tidak mengecilkan hatinya.

Dengan dukungan dari orang terdekat serta rasa penasaran yang melingkupinya, Ami memutuskan untuk menghapus kata menyerah dari kamusnya.

“Banyak kejadian-kejadian yang membuat saya kembali lagi ke bawah dan memutuskan untuk menuruti keinginan hati kecil saya, mungkin menyembuhkan luka hati. Nah saya akhirnya memutuskan menjadi fighter profesional dengan bargaining kepada diri saya untuk S2 agar tidak tumpul daya pikir saya dan masih tidak menyerah untuk kerja di PBB atau jadi diplomat,” Imbuh atlet kelahiran tahun 1993 ini.

Perjuangan ‘Ami’ dalam menyeimbangkan jam pelajaran dan latihannya bisa dibilang cukup menantang, terutama karena luasnya cakupan studi yang kini ia geluti. Ami harus mengikuti perkembangan terkini terkait isu-isu global serta berlatih menempatkan diri dalam mengatasi permasalahan di dunia.

“Sebelum menjadi atlet, saya sudah lulus kuliah S1 dan sedang bekerja. Kerja tidak sambil kuliah tetapi sambil latihan itu yang berat. Berat mengatur diet dan berat badan.

“Selama kerja, selain latihan saya juga belajar bahasa asing dan belajar kebudayaan asing.”

Menyempatkan Diri Terus Berlatih

Dengan kesibukan tambahan yang ia miliki, membagi jadwal harian pun menjadi semakin menantang baginya.

Ada hal-hal yang tentu harus ia korbankan di tengah keterbatasan waktu. Namun ia selalu mencoba menyeimbangkan semuanya.

“Saya jadi melakukan tiga hal; latihan, kerja sampingan, dan kuliah. Capek dan berat di perjalanan naik motor dan transportasi umum,” jelasnya..

“Saya sempatkan ke dojo, latihan sore terus selesai kuliah jam 7.30 malam. kembali lagi ke dojo latihan sampai selesai, lalu pagi kerja. Nah jeda waktu untuk mengerjakan tugas kalau tidak malam ya kerjain di dojo, tidur di dojo, bawa laptop sambil kerjakan tugas,” pungkasnya.

Ajang Tertutup One Championship

Ami kini tengah menunggu jadwal pertandingan berikutnya di One Champhionship, sehingga tak ada waktu baginya untuk berleha-leha.

Di tengah situasi global yang disebabkan oleh meluasnya COVID-19, ajang One Championship pada bulan April hingga pertengahan Mei akan diselenggarakan di tempat tertutup tanpa penonton.

Namun, ajang tersebut tetap dapat disaksikan lewat One Super App, vidio.com, dan SCTV.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya