Liputan6.com, Sydney - Ante Bakmaz belum bisa ke mana-mana. Dia masih dikarantina di salah satu kamar hotel di Sydney, Australia. Namun bagi pemain berdarah Kroasia itu, terperangkap di ruangan sempit masih lebih baik daripada harus tinggal berlama-lama di Indonesia saat pandemi global virus Corona Covid-19.
Jumat lalu, Bakmaz masih di Kediri, menyelesaikan beberapa keperluannya. Saat itu, dia sudah berpikir ingin kembali ke negaranya, Australia, setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menghentikan kompetisi menyusul pandemi virus Corona Covid-19 yang sudah sampai ke Indonesia.
Tekad Bakmaz untuk pulang kampung sudah bulat. Mantan pemain Madura United tersebut sedikit kesal karena manajemen memotong 75 persen gajinyaa tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
Advertisement
Bakmaz lalu menghubungi organisasi pemain Australia (PFA). Namun secara tidak sengaja kekasihnya, mengacaukan percakapan itu. "Dia mencuci seprai dan kebetulan ponsel saya ada di atasnya. Semua pesan dari PFA, semua kontak, dan dokumen, dan ponsel saya mati," kata Bakmaz menjelaskan.
Bakmaz segera keluar dan mencari ponsel baru. Namun Bakmaz ingin menjernihkan pikirannya di tengah kekacauan yang tengah melanda dunia gara-gara virus Corona Covid-19.
Sempat terlintas dipikirannya untuk tidak buru-buru mengunduh aplikasi percapakan Whatsapp. Namun hatinya merasa tidak tenang. Apalagi, tidak lama setelah ponselnya kembali aktif, Konsulat Jenderal Australia di Indonesia, Chris Barnes menghubunginya dan memintanya kabru dari Indonesia.
"Saya segera mengaktifkannya lagi dan salah satu teman memasukkanku lagi ke grup Whatsapp," kata Bakmaz bercerita.
Robbie Gaspar, pengurus PFA juga meneleponnya. Selama ini, mantan pemain Persib Bandung itu bertugas memantau para pemain dari negaranya yang tampil di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Robbie mengatakan, cepat keluar dari sana. Indonesia kelebihan populasi dan pemerintahnya menyembunyikan data--mereka katakan semuanya terkendali," kata Bakmaz menirukan.
Tanpa pikir panjang, Bakmaz segera mengemasi barang-barangnya. Tanpa sempat mandi dan hanya mengenakan pakaian seadanya, dia bergegas mencari angkutan untuk pulang ke Australia. Seperti dikejar setan, Bakmaz meminta taksi melaju hingga 140 km/jam menuju bandara.
Kemudian dia segera terbang dari Surabaya ke Jakarta dan berhasil mendapatkan penerbangan kedua terakhir menuju Sydney, Australia. Selain Bakmaz, pemain Australia lainnya yang juga bermain di Indonesia, Jacob Pepper, Aron Williams, dan Aaron Evans melakukan hal yang sama.
"Yang dilakukan PFA sangat luar biasa," beber Bakmaz.
"Mereka sangat memperhatikan keselamatan kami, Robbie Gaspar segera menghungi pemerintah dan memastikan kami semua bisa pulang. Robbie juga bisa bahasa Indonesia sehingga dia bisa berbicara kepada pejabat lokal mengenai hak kami--seperti kami berhak berkumpul dengan keluarga dan berhak mendapatkan keselamatan. Patnerku butuh visa dan mereka membantu mendapatkan semuanya."
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Jalani Karantina
Bakmaz terbang ke Syndey pada Sabtu malam dan tiba pukul 10.00 pagi keesokan harinya. Namun Bakmaz tidak bisa kemana-mana. Dia harus melewati berbagai prosedur pemeriksaan yang ketat.
Setelah lima jam, dia akhirnya dibawa naik bus menuju lokasi karantina. Sesuai prosedur yang berlaku di negaranya, Bakmaz kemudian diisolasi selama 14 hari di kamar hotel yang salah satu kacanya bahkan tidak bisa dibuka. Bakmaz tidak diizinkan ke mana-mana bahkan untuk sekedar menghirup udara segar. Namun semua itu bagi Bakmaz jauh lebih baik daripada tetap tinggal di Indonesia.
"Saya mungkin menjadi pembawa asimptomatik, jika saya kembali ke rumah, orang tua saya sudah lebih dari 70 tahun, saya tidak ingin mereka tertular," kata pemain 28 tahun tersebut menambahkan.
Advertisement
Rindu Sup Bikinan Ibu
Indonesia bukan negara baru bagi Ante Bakmaz. Tahun lalu pemain jebolan Ajax Amstredam sudah mengadu nasib di persepak bolaan Indonesia bersama Madura United. Musim ini, Bakmaz kemudian pindah ke Persik Kediri yang baru saja promosi ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1.
Saat wabah Corona Covid-19 baru muncul, Bakmaz sebenarnya tidak terlalu khawatir. Apalagi media-media yang mengutip pernyataan pemerintah Indonesia mengesankan kalau situasi terkendali.
Namun lama ke lamaan, hati Bakmaz tidak tenang juga. Apalagi negara di sekitar Indonesia sudah mulai terpapar virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun lalu.
"Saya orang yang taat beragama dan Presiden (Indonesia) mengatakan, 'Indonesia baik-baik saja, karena kekuatan doa dan Indonesia tidak ada kasus, tidak ada yang meninggal'. Tapi saya lihat Filipina, Hongkong, saya mulai berpikir lelucon apa yang mereka buat," kata Bakmaz.
"Pasar penuh, semua orang di jalan. Ramadan akan tiba, orang-orang dari kota akan pulang kampung. Anda bisa bayangkan saat anak-anak muda bertemu orang tuanya. Itu akan jadi mimpi buruk.
Sampai saat ini, Bakmaz dan kekasihnya masih menjalani proses karantina. Mereka baru bisa pulang sehari sebelum perayaan Paskah. Meski terasa membosankan, Bakmaz sama sekali tidak mengeluh.
Kini dia sudah bisa membayangkan apa yang menantinya saat pulang. "Ibuku akan membuat sup ayam. Saya sudah tidak pulang selama 18 bulan, jadi saya ingin memanfaatkannya sebaik mungkin."