Omicron Bisa Sebabkan Lonjakan Kematian di Indonesia

Virus Covid-19 varian Omicron tidak bisa dianggap remeh. Dalam laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kasus kematian di Indonesia bisa meningkat akibat varian tersebut.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 17 Feb 2022, 16:22 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2022, 16:22 WIB
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Virus Covid-19 varian Omicron tidak bisa dianggap remeh. Dalam laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kasus kematian di Indonesia bisa meningkat akibat varian tersebut.

"Dengan Omicron sebagai varian dominan, jumlah kematian (COVID-19) dapat meningkat, mengikuti peningkatan kasus yang signifikan, demikian laporan WHO yang diterima Health Liputan6.com.

Dalam catatan WHO jumlah kematian terkonfirmasi khususnya di luar wilayah Jawa-Bali meningkat 0,04 per 100.000 penduduk dibanding pekan sebelumnya. Jumlah tersebut dicatat selama sepekan dari 7-13 Februari 2022.

Di sisi lain, dari data yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19 per 16 Februari 2022, pasien meninggal bertambah 167 dari kasus transmisi lokal dengan kumulatifnya mencapai 145.622 kasus (2,9 persen). Ada 16 provinsi menambahkan kematian dari kasus transmisi lokal.

Ada lima provinsi dengan angka tertinggi harian yakni DKI Jakarta 55 kasus dengan kumulatifnya 14.190 kasus, diikuti Jawa Tengah 23 kasus dengan kumulatifnya 30.476 kasus.

Sementara itu, Jawa Timur 22 kasus dengan kumulatifnya 29.897 kasus, Jawa Barat 15 kasus dengan kumulatifnya 14.864 kasus, serta Bali 12 kasus dengan kumulatifnya 4.224 kasus.

Analisis Lebih Dalam

FOTO: Program Vaksinasi Booster COVID-19 Sasar Kelompok Rentan
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga saat pelaksanaan vaksinasi booster COVID-19 di Puskesmas Cilandak, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Pemerintah mulai program vaksinasi booster COVID-19 gratis untuk masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menilai, perlu ada analisis kematian lebih dalam terkait penyebab meninggalnya pasien.

"Pertama, penentuan Cause of Death (COD), apakah karena COVID dengan badai sitokin, misalnya, atau barangkali justru karena perburukan komorbid yang ada atau gabungan keduanya," kata Tjandra Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Kamis (17/2/2022).

Tjandra menambahkan, harus juga ada analisa perjalanan klinik dari mulai tertular, manifestasi gejala awal dan proses perburukannya sampai pasien wafat. Selanjutnya, perlu data erapa perbandingan antara Omicron dan varian lain pada mereka yang meninggal dunia.

Infografis

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya