Liputan6.com, Jakarta Hilangnya trofi Jules Rimet empat bulan sebelum Piala Dunia 1966 di Inggris bergulir menuai banyak kecaman, juga cibiran. Trofi idaman semua negara itu memang ditemukan seminggu kemudian. Keberhasilan Inggris menjuarai turnamen empat tahunan itu berhasil menutupi kejadian memalukan tersebut.
Salah satunya dari petinggi CBD (nama Konfederasi Sepakbola Brasil sebelum berubah menjadi CBF), Abarain Tebel.
Advertisement
Baca Juga
"Hal semacam itu takkan terjadi di Brasil. Bahkan para pencuri di Brasil sangat mencintai sepak bola dan tidak mungkin melakukan hal memalukan itu," kata Tebel seperti dilansir The Guardian.
Advertisement
Petinggi CBD itu tidak salah. Bagi rakyat Brasil sepak bola tak ubahnya agama.
Brasil sudah membuktikan pada dunia bagaimana perkasanya mereka di Piala Dunia. Mereka menjadi negara pertama yang mampu tiga kali (1958, 1962, 1970) menjadi juara dan berhak menyimpan trofi Jules Rimet.
Trofi yang awalnya bernama Victory ini dibuat pada 1929 atas suruhan Presiden FIFA pertama, Jules Rimet. Mengambil wujud Nike, dewi kemenangan Yunani, piala ini didesain pematung bernama Abel Lafleur. Ia memiliki tinggi 3,8 cm, berat 6,1 kg, dan terbuat dari perak dengan sepuhan emas 18 karat.
Total Brasil sudah lima kali menjadi juara Piala Dunia yakni 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002.
Setelah Brasil juara untuk kali ketiga pada 1970, trofi pun secara permanen diserahkan kepada CBD.
Selama belasan tahun, trofi tersebut tersimpan dengan aman di kantor federasi sepak bola Brasil yang berlantai tiga di Rua da Alfandega, Rio de Janeiro. Namun, memasuki tahun ke-13, kantor CBD yang telah berganti nama menjadi CBF itu dibobol kawanan maling.
Â
Amatiran
Ada yang menyebut bahwa ada dua orang dalam kawanan tersebut, ada pula yang menyebut tiga.
Menurut catatan v-brazil.com, kawanan maling itu adalah amatiran. Mereka merencanakan pencurian itu secara mendadak, tanpa persiapan ketika sedang menikmati cachaca -- minuman beralkohol hasil fermentasi aren -- di bar setempat.
Di sana sebenarnya ada trofi replika untuk membingungkan pencuri. Akan tetapi, mereka sepertinya tahu mana trofi yang asli dan mana yang bukan. Itulah mengapa, nantinya angle 'orang dalam' dikejar polisi untuk menyelesaikan kasus ini.
Jelas pencurian trofi itu menggegerkan Brasil. Presiden CBF kala itu, Giulite Coutinho, mengeluarkan permintaan publik agar rakyat Brasil bahu membahu mencari trofi tersebut. Coutinho mengatakan bahwa nilai spiritual trofi tersebut jauh lebih besar ketimbang nilai intrinsiknya.
Bank Negara Bagian Rio pun akan memberikan hadiah besar bagi siapa saja yang berhasil mengembalikan Piala Jules Rimet dalam kondisi semula.
Â
Â
Advertisement
Lenyap
Pada akhirnya, trofi ini tidak pernah ditemukan. Polisi sebenarnya sudah menangkap dua orang dalam yang sebelumnya pernah bekerja sebagai pesuruh di kantor CBF, tetapi kemudian melepasnya. Kemudian, satu orang tersangka lain, Antonio Carlos Aranha, ditembak mati pada 1989.
Trofi yang sempat hilang di negara penemu sepak bola itu pada akhirnya benar-benar lenyap ketika berada di negara raja sepak bola.Â
Pernyataan  Abarain Tebel menjadi senjata makan tuan, trofi itu hilang di bawah pengawasan konfederasi yang dipimpinnya.
The Guardian pun meyakini bahwa piala yang juga membawa sejarah sepakbola dunia tersebut telah dilebur dan dijual sebagai bullion atau logam mulia (dengan tingkat kemurnian minimal 99,5 %). Jika dihitung, dengan kurs rupiah sekarang Piala Jules Rimet diperkirakan bernilai seharga 3,3 miliar.
Â
Â
Simbol
Insiden ini sempat pula memunculkan rumor bahwa Trofi Jules Rimet yang diserahkan Inggris kepada FIFA pada 1970 adalah replika. Lantaran percaya gosip itu, FIFA berani membayar 254.500 poundsterling saat Inggris melelang trofi replikanya pada 1997.
Lewat bantuan ahli perhiasan, FIFA lantas melakukan serangkaian pemeriksaan. Namun, hasil yang didapat ternyata menunjukkan bahwa trofi yang dilelang Inggris merupakan replika dan trofi yang hilang di Brazil benar-benar trofi asli.
Merujuk apa yang diucapkan Pele, nilai material dari piala tersebut tidak sebanding dengan sejarah di dalamnya yang terkandung jerih payah pesepakbola Brasil untuk menjadi yang terbaik di dunia; karena piala adalah simbol kejayaan, dan kejayaan tak pernah bisa ditukar dengan uang.
Entah ada apa dengan trofi Jules Rimet itu. Sebelum menghilang di Inggris dan Brasil, trofi buatan Abel Lafleur itu seolah dibayangi oleh nasib buruk.
Dalam dokumenter 'The Rimet Trophy' arahan Lorenzo Garzella, Filippo Macelloni, dan Cesar Meneghetti, usai Italia menjuarai Piala Dunia untuk kali kedua pada 1938, trofi Jules Rimet disimpan di brankas sebuah bank di Roma. Akan tetapi, karena khawatir dengan penjarahan Nazi, trofi itu kemudian diselundupkan oleh presiden FIGC kala itu, Ottorino Barassi, ke apartemennya.
Apa yang dilakukan Barassi itu ternyata diketahui oleh serdadu Nazi. Apartemennya digeledah. Akan tetapi, para serdadu Nazi gagal menemukan trofi buatan tahun 1929 tersebut. Penyebabnya, mereka tidak cukup telaten, karena trofi itu sebenarnya ada di apartemen Barassi dan disembunyikan di sebuah kotak sepatu tua.
Advertisement