Liputan6.com, Jakarta - Liga Champions semula menjadi milik kelompok elite. Ajang ini hanya diperuntukkan bagi juara domestik kompetisi sepak bola Eropa.
Syarat tersebut membuat kompetisi lebih prestisius. Sebab, klub tidak bisa bebas berpartisipasi di dalamnya. Mereka harus berjuang keras menaklukkan para rival di negara sendiri demi lolos. Hak istimewa inilah yang membuat ajang ini begitu didambakan.
Semua berubah ketika bisnis sepak bola semakin berkembang. Klub non-juara domestik mulai diundang berpartisipasi di Liga Champions pada 1997/1998. Kini peserta di babak utama sudah mencapai 32, dan ada wacana bertambah dua kali lipat.
Advertisement
Jumlah kontestan Champions League makin bervariasi. Partisipan yang sebelumnya tidak memenuhi kriteria dengan juara liga domestik pun bertambah.
Salah satu nama yang mendapat keistimewaan pertama adalah Parma. Bersama pelatih muda bernama Carlo Ancelotti, mereka mengakhiri Serie A 1996/1997 di posisi kedua.
Italia ketika itu tercatat sebagai salah satu dari delapan negara yang bisa mengirim dua klub ke kompetisi. Turut menerima berkah adalah Spanyol, Prancis, Jerman, Belanda, Portugal, Inggris, dan Turki.
Para runner-up dari delapan negara tersebut memulai Liga Champions di putaran kedua kualifikasi. Namun, seluruhnya tanpa kesulitan mengamankan tiket fase grup berbekal keunggulan signifikan atas juara domestik negara kecil Eropa.
Bayer Leverkusen Klub Pertama yang Capai Babak Gugur
Di musim yang sama, Bayer Leverkusen menggores sejarah sebagai runner-up domestik yang mencapai babak gugur. Mereka mendampingi AS Monaco melaju ke perempat final.
Meski langsung angkat kopor karena disisihkan Real Madrid, yang kemudian merebut gelar juara, Leverkusen kembali mencatat rekor empat tahun berselang. Mereka menjadi runner-up pertama yang melaju hingga final.
Â
Advertisement
Non-Juara Lain yang Pernah Tampil di Liga Champions
Daftar peserta Liga Champions yang belum pernah menjuarai liga domestik lainnya mencakup Heerenveen (Belanda), Real Mallorca (Spanyol), Celta Vigo (Spanyol), Villarreal (Spanyol), Malaga (Spanyol), Braga (Portugal), Udinese (Italia), hingga FC Thun (Swiss).
Beberapa bahkan mencapai Liga Champions terlebih dahulu sebelum berjaya di negeri sendiri. Molde tampil di edisi 1999/2000 meski baru menduduki takhta Norwegia pada 2011.
Begitu pula Lokomotiv Moscow (2001/2002). Mereka mengikuti Liga Champions semusim lebih cepat sebelum menguasai Rusia.