Putin Siap Bertemu Trump untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Putin menggambarkan hubungannya dengan Trump berorientasi pada bisnis, pragmatis, dan dapat dipercaya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Jan 2025, 15:33 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2025, 15:33 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Moskow - Vladimir Putin menyatakan siap membahas perang di Ukraina dengan Donald Trump. Dia menyarankan agar mereka bertemu.

Dalam komentar pertamanya sejak Trump mengancam akan merusak ekonomi Rusia jika perang di Ukraina tidak berakhir, Putin memberikan tanggapan yang positif terhadap presiden Amerika Serikat tersebut.

Putin mengatakan kepada seorang jurnalis televisi negara Rusia seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (25/1/2025), "Kami percaya pada pernyataan presiden saat ini tentang kesediaannya untuk bekerja sama. Kami selalu terbuka untuk ini dan siap untuk negosiasi."

"Lebih baik bagi kami untuk bertemu, berdasarkan realitas saat ini, untuk berbicara dengan tenang."

Dia menambahkan bernegosiasi dengan Ukraina menjadi rumit karena Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menandatangani dekrit yang mencegahnya melakukan pembicaraan dengan Putin.

Sejak pelantikannya, Trump berulang kali menyerukan resolusi cepat terhadap perang di Ukraina yang kini sudah hampir memasuki tahun ketiga. Dia pun menyatakan kesiapannya untuk bertemu dengan Putin segera.

Sementara itu, dalam pidatonya pada Jumat (24/1), Zelenskyy mengatakan bahwa Putin berusaha untuk memanipulasi Trump.

"Dia mencoba memanipulasi keinginan presiden AS untuk mencapai perdamaian. Saya yakin manipulasi Rusia tidak akan berhasil lagi," ujarnya.

Upaya Trump untuk membujuk Putin agar bernegosiasi diperkuatnya dengan ancaman meningkatkan tekanan pada ekonomi Rusia yang sudah tertekan, termasuk penerapan sanksi dan tarif, jika negara itu gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Kamis (23/1) malam, Trump menyerukan agar OPEC menurunkan harga minyak global sebagai cara untuk menghantam aliran pendapatan vital bagi Kremlin.

"Saat ini harga cukup tinggi, sehingga perang ini akan terus berlanjut," kata dia.

Pendapatan dari minyak dan gas telah menjadi sumber uang paling penting bagi Rusia, yang menyumbang sepertiga hingga setengah dari pendapatan anggaran negara dalam dekade terakhir.

Pada Jumat, Putin meremehkan ancaman ekonomi Trump, dengan mengatakan bahwa harga minyak yang terlalu rendah buruk bagi baik AS maupun Rusia.

Menanggapi pendekatan awal Trump, pejabat Rusia dinilai memilih kata-kata mereka dengan hati-hati, namun tetap mempertahankan posisi tegas pada tuntutan mereka untuk mengakhiri perang.

"Kami tidak melihat ada yang baru di sini," ungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis ketika ditanya tentang ultimatum ekonomi Trump.

Ancaman Trump tampaknya telah memicu frustrasi di kalangan elite Moskow, dengan beberapa politikus dan nasionalis bereaksi negatif, sentimen yang diperkuat oleh televisi negara.

Seorang sumber di kalangan pejabat kebijakan luar negeri Rusia mengatakan, "Putin tidak suka ancaman publik. Dia ingin diajak bicara sebagai mitra sejajar. Jelas bahwa setiap kesepakatan akan memerlukan waktu."

Beberapa pengamat percaya bahwa Putin mungkin melihat peringatan ekonomi Trump dengan skeptisisme.

Tuntutan Rusia

Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)
Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)... Selengkapnya

Sepanjang perang, Putin menunjukkan keyakinan bahwa ekonomi Rusia telah bertahan lebih baik dari yang diperkirakan banyak ekonom, baik di dalam maupun luar Rusia. Namun, retakan dalam perekonomian mulai terlihat saat Rusia berjuang dengan inflasi yang melambung tinggi sementara mengucurkan miliaran untuk pertahanan.

Menurut laporan The Guardian, banyak elite yang percaya bahwa Rusia masih mampu bertahan setidaknya setahun lagi dalam konflik ini, sehingga Putin kemungkinan tidak akan membiarkan kondisi ekonomi memengaruhi keputusannya.

Alexandra Prokopenko, mantan pejabat Bank Sentral Rusia dan pakar ekonomi, menulis dalam artikel di Foreign Affairs bahwa "masalah ekonomi yang semakin buruk tidak akan mengalahkan tekad Putin untuk terus melanjutkan perang di Ukraina."

Rusia telah membuat kemajuan bertahap, namun stabil di Ukraina timur meskipun mengalami korban jiwa yang tinggi. Ukraina menghadapi krisis personel, mendorong pemerintahan Joe Biden mendesak Ukraina menurunkan usia mobilisasi dari 25 menjadi 18.

Putin terakhir kali menguraikan posisinya untuk pembicaraan perdamaian dalam konferensi pers tahunan, menuntut agar Barat mencabut semua sanksi dan Ukraina menarik diri dari wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia.

Dia juga bersikeras agar Ukraina meninggalkan aspirasi NATO-nya, menjadi negara netral permanen, dan mengurangi kekuatan militernya secara drastis — langkah-langkah yang pada dasarnya akan mencabut kedaulatan Ukraina.

Masih belum jelas seberapa fleksibel Putin dalam tuntutan ini.

Gagasan yang Ditolak Rusia

Perang Rusia - Ukraina
"Salah satu dari mereka, seorang pria berusia 35 tahun, kini dalam kondisi serius," imbuhnya. (Ukrainian Emergency Service via AP)... Selengkapnya

Beberapa tokoh garis keras yang dekat dengan Putin baru-baru ini mengatakan bahwa satu-satunya yang dapat diterima adalah penyerahan Ukraina atau mengakui kekalahan dalam perang dengan menerima syarat yang ditetapkan oleh Rusia.

Pada Jumat, pengusaha Konstantin Malofeev, salah satu suara konservatif Rusia yang paling menonjol, menegaskan kembali tuntutan maksimalis Putin untuk perdamaian.

"Kita harus mencapai kemenangan, yang akan menghilangkan negara Ukraina itu sendiri. Kami tentu siap menghentikan aksi militer, namun hanya dengan syarat yang memastikan keamanan kami untuk bertahun-tahun yang akan datang," tulisnya di saluran Telegram-nya.

Sementara Trump belum memberikan rincian rencana untuk mengakhiri perang, Wakil Presiden AS JD Vance mengungkapkan Trump bisa mendorong pembentukan zona demiliterisasi di perbatasan kedua negara, membekukan perang di sepanjang garis depan saat ini.

Kembalinya Trump ke Gedung Putih telah memicu kembali pembicaraan tentang kemungkinan pasukan penjaga perdamaian Barat yang ditempatkan di Ukraina untuk membantu menjaga gencatan senjata.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyebutkan ide tersebut tidak dapat diterima.

Situasinya dinilai dinamis. Pekan ini Trump mengeluarkan pernyataan yang "menyerang" Zelenskyy.

Dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis, Trump menggambarkan Zelenskyy "bukan malaikat" dan menyatakan bahwa pemimpin Ukraina itu juga memiliki sebagian tanggung jawab atas meletusnya perang.

"Dia seharusnya tidak membiarkan perang ini terjadi," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya