Bola Ganjil: Aksi Walk Out Tercepat di Dunia, Pertandingan Baru Berusia 2 Menit!

Al Ahly bertemu Zamalek pada lanjutan Liga Mesir 1999. Rivalitas sengit kedua klub memaksa otoritas memindahkan duel ke lokasi netral. Laga kini berlangsung di International Stadium.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 27 Jul 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2023, 00:30 WIB
Foto: Melihat Aksi-Aksi Szymon Marciniak, Wasit yang Akan Pimpin Laga Final Liga Champions 2022/2023
Protes terhadap keputusan wasit membuat aksi walk out tercepat di dunia terjadi di Mesir. (AFP/Bulent Kilic)

Liputan6.com, Jakarta - Al Ahly bertemu Zamalek pada lanjutan Liga Mesir 1999. Rivalitas sengit kedua klub memaksa otoritas memindahkan duel ke lokasi netral. Laga kini berlangsung di International Stadium.

Operator kompetisi juga mengambil langkah preventif dalam upaya menjaga integritas pertandingan. Mereka mendatangkan wasit Marc Batta dari Prancis untuk memimpin partai.

Sayang kedua langkah tersebut tidak berarti apa-apa. Pertarungan kedua klub mencapai klimaksnya saat baru berusia dua menit.

Keputusan Batta mengusir pemain Zamalek Ayman Abdel Aziz setelah melakukan tekel dari belakang mendapat respon keras. Zamalek meninggalkan lapangan dan enggan melanjutkan bertanding alias walk out.

Zamalek harus membayar mahal keputusan tersebut. Operator kompetisi menetapkan Al Ahly sebagai pemenang. Mereka juga menjatuhkan denda kepada Zamalek. Tidak cukup sampai di situ, empat pendukung Zamalek menyeret tim kesayangan ke pengadilan dengan tuduhan sengaja mengalah.

Persaingan Al Ahly dan Zamalek memang tidak main-main. Kompetisi Mesir kerap mendatangkan pengadil asing karena wasit lokal diasumsikan sebagai pendukung salah satu klub.

Selain Batta, ada Kenny Clark yang dipercaya bertugas pada 2001. Sosok asal Skotlandia itu maju karena enam negara Eropa menolak mengirimkan wasit mereka ke memimpin duel ini. Clark sendiri menjalankan tugasnya dengan baik. Pengalaman segudang jadi modalnya. Dia pernah menangani empat partai sengit lain di tanah kelahiran, yakni Old Firm antara Rangers dan Celtic.

Protes Pangeran Kuwait Mengancam Walk Out

ilustrasi BOLA GANJIL
BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Meninggalkan pertandingan jadi salah satu aksi populer jika satu pihak merasa dirugikan. Kuwait hampir melakukannya berdasar inisiasi Pangeran Fahad Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah.

Ketika menjabat sebagai presiden Asosiasi Sepak Bola Kuwait, dia mendesak pertandingan Piala Dunia 1982 antara negaranya dan Prancis dibatalkan. 

Kedua negara bertemu pada partai kedua Grup D. Prancis membutuhkan kemenangan demi menjaga kans lolos ke babak gugur usai ditaklukkan Inggris di pertandingan pertama. Sedangkan Kuwait mencari poin tambahan setelah mampu mengimbangi Cekolovakia di duel pembuka.

Les Bleus menunjukkan kualitas dengan meraih keunggulan besar berkat gol Bernard Genghini, Michel Platini, dan Didier Six. Kuwait kemudian memperkecil ketertinggalan melalui Abdullah Al-Buloushi, sebelum momen kontroversial terjadi.

Alain Giresse mengira sudah mempertegas dominasi Prancis lewat gol individu. Namun, saat sang bintang menggelar selebrasi, pemain Kuwait melancarkan protes ke Miroslav Stupar yang memimpin laga. Kuwait berargumen mendengar Stupar meniup peluit sehingga diam saja saat Giresse melewati mereka. Suara tersebut diduga siulan dari penonton.

Keberatan Kuwait tidak didengar sampai Pangeran Fahad turun ke lapangan. Dia mengancam akan menarik Kuwait dari turnamen jika gol tidak dibatalkan.

Stupar pada akhirnya menuruti tuntutan Pangeran Fahad. Namun, aksinya ternyata tidak membantu Kuwait. Prancis tetap mencetak gol keempat lewat Maxime Bossis di menit terakhir pertandingan.

Sedangkan karier Stupar turut terdampak. Dia tidak lagi dipercaya FIFA memimpin pertandingan Piala Dunia.

Aksi Walk Out Usai Penipuan Terbesar

ilustrasi bola ganjil
bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Aksi walk out juga dilakukan Chile ketika merasa kiper Roberto Rojas terluka akibat aksi penonton. Momen tersebut terjadi pada laga tandang krusial melawan Brasil di kualifikasi Piala Dunia 1990, 3 September 1989.

Rojas gagal mencegah usaha Careca sehingga tuan rumah unggul. Pendukung Selecao pun bergembira melihat hasil itu. Mereka mulai merayakan secara berlebihan, salah satunya melempar petasan ke lapangan. Rojas memanfaatkan situasi ini untuk mengubah keadaan. Rojas melempar diri ke tanah seakan terkena ledakan.

Dia lalu mengeluarkan silet yang disembunyikan di sarung tangan untuk menyayat dahinya sendiri. Ketika Rojas ditantu keluar, pemain Chile tidak terima melihat kondisi rekannya dan menolak bertanding. Wasit tidak punya pilihan selain menghentikan laga.

Aksi Rojas tertangkap kamera. FIFA pun turun tangan dan melarangnya merumput seumur hidup lewat keputusan yang diambil 10 hari berselang. Sanksi ini diangkat pada 2001 ketika berusia 43 tahun.

"Di usia ini, sepertinya saya tidak mungkin bermain lagi. Setidaknya pengampunan ini membersihkan jiwa saya," ungkapnya, dilansir Guardian.

Chile ikut terkena getah dan dilarang mengikuti Piala Dunia 1994. Sementara Sergio Stoppel (Presiden Asosiasi Sepak Bola Chile), Orlando Aravena (pelatih timnas), Fernando Astengo (pemain), dan Daniel Rodriguez (dokter timnas) mendapat hukuman atas peran masing-masing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya