Liputan6.com, Jakarta - Sebelumnya ada yang hilang di lemari trofi Manchester City. Namun, gelar yang dinanti tiba usai kemenangan 1-0 atas Inter Milan dipetik, 10 Juni 2023.
Man City akhirnya menjuarai Liga Champions, 15 tahun sejak klub dikuasai Sheikh Mansour. Yang membuat lebih istimewa, capaian ini melengkapi dua sukses sebelumnya yakni Liga Inggris dan Piala FA. The Citizens pun menjadi klub Inggris kedua yang merebut status treble winners, mengikuti jejak tetangga Manchester United.
Prestasi tersebut dicapai setelah berkali-kali mencoba. Pada berbagai kesempatan Man City bahkan dalam posisi kuat menjadi quadruple winners, sebelum kemudian tersandung di rintangan-rintangan akhir.
Advertisement
Semesta baru mendukung Man City untuk mencapainya pada 2022/2023. Berikut adalah kisah perjalanan mereka dalam menorehkan sejarah:
Â
Faktor Pep Guardiola
Tanpa meremehkan Mark Hughes, Roberto Mancini atau Manuel Pellegrini, Man City baru bisa berharap mimpi menjuarai Liga Champions terwujud ketika Pep Guardiola datang pada 2016. Bagaimanapun, dia sudah dua kali mengangkat Si Telinga Besar bersama Barcelona, meski gagal melakukannya di Bayern Munchen.
Guardiola pun membutuhkan waktu untuk sukses. Nakhoda berkebangsaan Spanyol itu baru mempersembahkan gelar Liga Champions pada musim ketujuh di Etihad Stadium.
Perjalanan ini harus dilewati dengan Guardiola harus membangun tim sesuai filosofi, serta beberapa kesalahan taktikal yang berujung kekalahan. Salah satu blunder fatal itu hadir pada final Liga Champions 2020/2021 melawan Chelsea.
Namun, penantian panjang Man City akhirnya terbayar lunas musim panas lalu.
Â
Berkah Kandas di Piala Liga Inggris
Guardiola menganggap penting Piala Liga Inggris dan berkali-kali memenangkannya. Torehan di 2017/2018, 2018/2019, 2019/2020, dan 2020/2021 adalah buktinya. Namun, Man City kandas cepat pada edisi 2023/2024, dengan tersisih pada perempat final.
Situasi tersebut memberi berkah bagi pemain. Beban pertandingan mereka berkurang, sehingga bisa tancap gas untuk melewati fase krusial di akhir kompetisi.
Â
Arsenal Jadi Penantang Serius di Liga Inggris
Setelah sebelumnya Liverpool, Arsenal mencuat sebagai penantang Man City pada perebutan titel Premier League. Klub London Utara itu bahkan menghabiskan mayoritas kompetisi di posisi pertama klasemen.
Berstatus sebagai pemburu, Man City akhirnya menyalip Arsenal usai melakoni pertandingan ke-34. Mereka lalu memastikan gelar dengan kompetisi menyisakan dua laga.
Â
Advertisement
Layak Juara Piala FA
Seperti di Liga Inggris, Man City menunjukkan kapabilitas kala memenangkan Piala FA. Mereka menyingkirkan klub kuat dalam perjalanan menuju gelar.
Chelsea dan Arsenal beruntun disingkirkan pada dua putaran awal. Setelah itu undian membantu dengan memasangkan mereka melawan klub kasta lebih rendah. Bristol City, Burnley, dan Sheffield United pun tanpa kesulitan ditumpas.
Pada laga puncak, Man City meladeni MU yang berambisi memupus usaha menjadi treble winners. Namun, mereka berhasil membungkam tetangga untuk menang 2-1.
Â
Juara Liga Champions
Masuk Grup G, Man City sukses mengatasi kehadiran dua kuda hitam Borussia Dortmund dan Sevilla untuk menjadi juara grup. Mereka tidak terkalahkan dalam enam laga dan cuma imbang dua kali.
Man City lalu dipasangkan melawan RB Leipzig pada 16 besar. Usai ditahan 1-1 pada leg pertama di markas lawan, mereka mengamuk untuk berjaya 7-0 pada duel penentu di markas sendiri.
Man City juga memetik kemenangan agregat besar di dua putaran berikutnya melawan rakasas Eropa, Bayern Munchen (4-1) dan Real Madrid (5-1).
Hasil ini menumbuhkan kepercayaan diri Man City saat bersua Inter Milan pada partai pamungkas. Mereka pun berjaya meski hanya lewat skor tipis 1-0.
Â
Keping yang Hilang
Striker top dipercaya sebagai keping hilang dalam perjuangan Man City menjuarai Liga Champions sebelumnya. Mereka akhirnya menemukan pelengkap itu dalam diri Erling Haaland.
Penyerang asal Norwegia tersebut memecahkan sejumlah rekor pada musim pertamanya bersama The Citizens. Total dia mencetak 52 gol dalam 53 pertandingan di seluruh kompetisi. Catatan ini membantu Haaland merebut gelar top skor Liga Inggris dan Liga Champions.
Â
Pahlawan Tak Terduga
Selain ketajaman Haaland, muncul sosok penting mengejutkan di balik sukses Man City menjadi treble winners. Gelandang bertahan Rodri mencuat sebagai pahlawan. Sumbangan gol ke gawang Inter Milan adalah salah satu contohnya.
Namun, peran besar Rodri pada keseimbangan tim terlihat dalam aspek lain. Tanpanya, pertahanan Man CIty lebih mudah diterobos.
Terbukti, keputusan Guardiola mencadangkan Rodri saat bertemu Chelsea pada final Liga Champions 2020/2021 disebut sebagai alasan utama di balik kekalahan 0-1 yang diderita Man City.Â
Advertisement