Teman-teman semasa remaja Luis Suarez mengakui, bocah itu punya otak cerdas dan banyak akal. Sejak meninggalkan Kota Salto dan bermukim di Montevideo, orangtua Luis sempat mengalami masa-masa sulit. Apalagi harus menghidupi 6 anak di tengah kota besar sekeras seperti Montevideo yang dalam terjemahan bebas bisa diartikan 'Aku melihat gunung' itu.
Pekerjaan sang ayah Rodolfo sebagai porter dan ibunya yang bekerja serabutan, jelas tak cukup untuk menghidupi keluarga besarnya. Namun kondisi itu tak membuat Luis berkecil hati dan minder dalam pergaulan.
Ada gadis 13 tahun yang amat menarik perhatiannya. Umurnya hanya terpaut dua tahun. Sofia Balbi namanya. Parasnya cantik. Rambutnya pirang keemasan. Luis tahu, Sofia pun sangat menyukainya. Hubungan mereka begitu akrab.
Hari-hari mereka diisi dengan ketemuan, ngobrol, dan saling mendukung menguatkan. Sofia adalah cinta pertama Luis.
Ketika keadaan Luis dengan keluarganya benar-benar sulit, Sofia memberikan spirit. Karena Sofia jualah, Luis urung keluar dari Nacional. Sofia jugalah yang menguatkan Luis ketika Rodolfo dan Sandra Diaz bercerai. Luis pun menjadi kokoh dan semangat bekerja keras. Siang bermain bola, malam hari mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ketika itu, Luis sudah menerima honor dari Nacional.
"Saya menemukan pacar saat usia 15 tahun. Dia membantu saya untuk menyadari betapa pentingnya sepakbola bagi saya," ujarnya seperti ditulis Daily Mail 2011 silam.
Wilson Pirez seorang pemandu bakat Nacional menuturkan, Sofia kerap terlihat di pinggir lapangan ketika Luis sedang menjalani latihan bola.
"Dia tidak cukup siap mental untuk menjadi pemain sepakbola. Tapi kehadirannya membuat anak itu begitu lapar untuk sukses," ungkap Pirez mengisahkan tentang keberadaan Sofia bagi Luis. Â
Kehilangan sang Kekasih
Kehadiran Sofia begitu berarti dalam kehidupan Luis yang masih belia. Namun tiba-tiba kabar itu datang dan amat menyesakkan hati. Keluarga Sofia akan pindah ke Eropa 2003.
Sang waktu akhirnya tiba. Sofia bersama kedua orangtuanya pindah ke Barcelona, Spanyol. Ketika saat itu tiba, Luis merasakan dirinya begitu hancur.
"Ketika Sofia pergi untuk tinggal di Spanyol, saya berhenti main bola lagi," ujar Luis Soarez. "Tapi waktu itu, saya menyadari bahwa saya harus mendedikasikan diri untuk olahraga indah ini," katanya menambahkan.
Dalam benak Luis, yang terpikir hanya Sofia. Jadi tak ada yang bisa dilakukan kecuali berlatih keras dan bercita-cita main sepakbola di Eropa. Itulah jalan satu-satunya jika ingin bertemu Sofia lagi.
Spirit itu dibawanya ketika berlaga melawan San Eugenio. Luis berhasil menyumbangkan 4 gol meski sebelumnya hanya duduk di bangku pemain cadangan. Sejak itulah, Luis Suarez tak terbendung lagi. Baginya, semua laga sangat penting. Sang pelatih sempat memergokinya sedang menangis di kamar mandi karena tak berhasil mencetak gol, meski timnya unggul atas Tacuarembo 3-0.
"Dia selalu mencetak gol di pertandingan besar dan laga derby. Anak itu selalu muncul ketika Anda membutuhkannya," ungkap Pirez yang menemukan Luis sebagai bocah bertalenta itu.
Luis berhasil mencetak 10 gol dari 27 pertandingan bersama Nacional, sebelum memutuskan hengkang ke Groningen, Belanda untuk meraih mimpi-mimpinya.
Ke Eropa Mencari Sofia
Motivasi awal Luis ke Eropa tak bisa dipungkiri, bukan sekadar main bola, tapi ingin lebih mendekati Sofia. Meski sang cinta pertama itu ada di Spanyol.
Ketika Groningen menyatakan positif ingin merekrutnya, hati Luis begitu berbunga-bunga. Hari bersejarah itu pun tiba. Luis Suarez pergi ke Belanda dengan berjuta harapan.
Luis memang tak lama bermain untuk Groningen, namun kehadirannya sempat menjadi idola. Menurut mantan pelatih Groningen Rob Jans, permainan Luis memang patut mendapat pujian.
"Dia tidak bermain lama di sini, tapi dia menjadi idola," ujar Gustavo Bueno salah seorang pelatih.
Setelah bermain di Groningen, pemuda asal Kota Salto Uruguay itu memutuskan hijrah ke Ajax Amsterdam yang tak bisa lagi menahan diri ingin segera merekrut Luis. Sejak bermain di Ajax, ketajaman Luis kian menjadi-jadi.
Publik sepakbola Negeri Kincir itu pun tak pernah lepas mengamati sang idola baru. Surat kabar setempat De Telegraaf edisi 2010 sempat menempatkan berita Luis Suarez sebagai headline dengan judul 'The Cannibal of Ajax'.
Bahasa Sempat Jadi Kendala
Luis berangkat ke Belanda tanpa kemampuan bahasa asing sama sekali. Tak bisa bahasa Belanda dan juga bercakap Inggris. Dia hanya mengerti bahasa Spanyol.
"Dia tidak berbicara bahasa Inggris atau Belanda. Jadi kami harus menggunakan bahasa alat dan tubuh kita untuk berkomunikasi. Tapi dia bermain luar biasa tiap pekan," ujar mantan striker Fulham Erik Nevland.
Luis kerap menjalin komunikasi dengan komunitas berbahasa Spanyol di Belanda. Sehingga berbagai informasi tetap terus terjaga, termasuk di antaranya dengan menjalin hubungan dengan para pesepakbola asal Amerika Latin.
Jarak tak menjadi halangan bagi Luis untuk tetap mencintai Sofia. Komunikasi dan hubungan asmara tetap terjaga. Manajer Ajax Herman Pinkster mengakui Luis memang amat ketat mengatur waktunya.
Tahun 2009 tak mungkin lupa dari ingatan Luis Suarez. Tahun itulah dirinya mengikat janji suci dengan sang kekasih Sofia Balbi yang telah dikejarnya hingga ke daratan Eropa. Herman Pinkster pun hadir di pesta pernikahan Luis-Sofia di Montevideo.
"Ini adalah pesta besar. Sofia sangat penting baginya," kata Herman Pinkster.
Bagaimana kisah Luis Suarez selanjutnya hingga terdampar di kota pelabuhan Inggris Liverpool? Ikuti terus Kisah Luis Suarez: Cinta dan Karier.
Pekerjaan sang ayah Rodolfo sebagai porter dan ibunya yang bekerja serabutan, jelas tak cukup untuk menghidupi keluarga besarnya. Namun kondisi itu tak membuat Luis berkecil hati dan minder dalam pergaulan.
Ada gadis 13 tahun yang amat menarik perhatiannya. Umurnya hanya terpaut dua tahun. Sofia Balbi namanya. Parasnya cantik. Rambutnya pirang keemasan. Luis tahu, Sofia pun sangat menyukainya. Hubungan mereka begitu akrab.
Hari-hari mereka diisi dengan ketemuan, ngobrol, dan saling mendukung menguatkan. Sofia adalah cinta pertama Luis.
Ketika keadaan Luis dengan keluarganya benar-benar sulit, Sofia memberikan spirit. Karena Sofia jualah, Luis urung keluar dari Nacional. Sofia jugalah yang menguatkan Luis ketika Rodolfo dan Sandra Diaz bercerai. Luis pun menjadi kokoh dan semangat bekerja keras. Siang bermain bola, malam hari mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ketika itu, Luis sudah menerima honor dari Nacional.
"Saya menemukan pacar saat usia 15 tahun. Dia membantu saya untuk menyadari betapa pentingnya sepakbola bagi saya," ujarnya seperti ditulis Daily Mail 2011 silam.
Wilson Pirez seorang pemandu bakat Nacional menuturkan, Sofia kerap terlihat di pinggir lapangan ketika Luis sedang menjalani latihan bola.
"Dia tidak cukup siap mental untuk menjadi pemain sepakbola. Tapi kehadirannya membuat anak itu begitu lapar untuk sukses," ungkap Pirez mengisahkan tentang keberadaan Sofia bagi Luis. Â
Kehilangan sang Kekasih
Kehadiran Sofia begitu berarti dalam kehidupan Luis yang masih belia. Namun tiba-tiba kabar itu datang dan amat menyesakkan hati. Keluarga Sofia akan pindah ke Eropa 2003.
Sang waktu akhirnya tiba. Sofia bersama kedua orangtuanya pindah ke Barcelona, Spanyol. Ketika saat itu tiba, Luis merasakan dirinya begitu hancur.
"Ketika Sofia pergi untuk tinggal di Spanyol, saya berhenti main bola lagi," ujar Luis Soarez. "Tapi waktu itu, saya menyadari bahwa saya harus mendedikasikan diri untuk olahraga indah ini," katanya menambahkan.
Dalam benak Luis, yang terpikir hanya Sofia. Jadi tak ada yang bisa dilakukan kecuali berlatih keras dan bercita-cita main sepakbola di Eropa. Itulah jalan satu-satunya jika ingin bertemu Sofia lagi.
Spirit itu dibawanya ketika berlaga melawan San Eugenio. Luis berhasil menyumbangkan 4 gol meski sebelumnya hanya duduk di bangku pemain cadangan. Sejak itulah, Luis Suarez tak terbendung lagi. Baginya, semua laga sangat penting. Sang pelatih sempat memergokinya sedang menangis di kamar mandi karena tak berhasil mencetak gol, meski timnya unggul atas Tacuarembo 3-0.
"Dia selalu mencetak gol di pertandingan besar dan laga derby. Anak itu selalu muncul ketika Anda membutuhkannya," ungkap Pirez yang menemukan Luis sebagai bocah bertalenta itu.
Luis berhasil mencetak 10 gol dari 27 pertandingan bersama Nacional, sebelum memutuskan hengkang ke Groningen, Belanda untuk meraih mimpi-mimpinya.
Ke Eropa Mencari Sofia
Motivasi awal Luis ke Eropa tak bisa dipungkiri, bukan sekadar main bola, tapi ingin lebih mendekati Sofia. Meski sang cinta pertama itu ada di Spanyol.
Ketika Groningen menyatakan positif ingin merekrutnya, hati Luis begitu berbunga-bunga. Hari bersejarah itu pun tiba. Luis Suarez pergi ke Belanda dengan berjuta harapan.
Luis memang tak lama bermain untuk Groningen, namun kehadirannya sempat menjadi idola. Menurut mantan pelatih Groningen Rob Jans, permainan Luis memang patut mendapat pujian.
"Dia tidak bermain lama di sini, tapi dia menjadi idola," ujar Gustavo Bueno salah seorang pelatih.
Setelah bermain di Groningen, pemuda asal Kota Salto Uruguay itu memutuskan hijrah ke Ajax Amsterdam yang tak bisa lagi menahan diri ingin segera merekrut Luis. Sejak bermain di Ajax, ketajaman Luis kian menjadi-jadi.
Publik sepakbola Negeri Kincir itu pun tak pernah lepas mengamati sang idola baru. Surat kabar setempat De Telegraaf edisi 2010 sempat menempatkan berita Luis Suarez sebagai headline dengan judul 'The Cannibal of Ajax'.
Bahasa Sempat Jadi Kendala
Luis berangkat ke Belanda tanpa kemampuan bahasa asing sama sekali. Tak bisa bahasa Belanda dan juga bercakap Inggris. Dia hanya mengerti bahasa Spanyol.
"Dia tidak berbicara bahasa Inggris atau Belanda. Jadi kami harus menggunakan bahasa alat dan tubuh kita untuk berkomunikasi. Tapi dia bermain luar biasa tiap pekan," ujar mantan striker Fulham Erik Nevland.
Luis kerap menjalin komunikasi dengan komunitas berbahasa Spanyol di Belanda. Sehingga berbagai informasi tetap terus terjaga, termasuk di antaranya dengan menjalin hubungan dengan para pesepakbola asal Amerika Latin.
Jarak tak menjadi halangan bagi Luis untuk tetap mencintai Sofia. Komunikasi dan hubungan asmara tetap terjaga. Manajer Ajax Herman Pinkster mengakui Luis memang amat ketat mengatur waktunya.
Tahun 2009 tak mungkin lupa dari ingatan Luis Suarez. Tahun itulah dirinya mengikat janji suci dengan sang kekasih Sofia Balbi yang telah dikejarnya hingga ke daratan Eropa. Herman Pinkster pun hadir di pesta pernikahan Luis-Sofia di Montevideo.
"Ini adalah pesta besar. Sofia sangat penting baginya," kata Herman Pinkster.
Bagaimana kisah Luis Suarez selanjutnya hingga terdampar di kota pelabuhan Inggris Liverpool? Ikuti terus Kisah Luis Suarez: Cinta dan Karier.