Liputan6.com, Beirut - Sebuah ledakan di Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020 menggemparkan dunia. Tagar Pray For Lebanon pun menjadi trending di platform media sosial Twitter.
Hingga kini, sudah lebih dari 100 orang dinyatakan meninggal dunia akibat ledakan di Beirut, Lebanon itu. Seorang pengguna Facebook atas nama Hilal Hamdi IH menyebut ledakan Lebanon berasal dari bom nuklir.
Begini narasi yang dia buat dan sudah dilihat oleh ratusan pengguna Facebook:
Advertisement
Â
"Detik-detik ledakan bom nuklir di lebanon memakan banyak korban.
Vidionya baru 1 jam yang lalu di aplod di facebook.
Doakan mereka kawanku semoga mereka di berikan ketabahan yang kuat.
Aamiin yaaa Robbalalamin."
Benarkah ledakan di Lebanon berasal dari bom nuklir seperti yang dikatakan oleh Hilal Hamdi IH?
Penelusuran Fakta
Tim Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri fakta tersebut dengan mencarinya di mesin pencari Google. Tim memasukan kata kunci: 'ledakan di Lebanono'. Hasilnya ada penelusuran yang didapat.
Seperti dimuat oleh Kompas.com dengan judul: 'Ada 2.750 Ton Amonium Nitrat di Lokasi Ledakan Beirut, Lebanon'. Artikel tersebut mengupas tentang asal usul ledakan yang terjadi di Beirut.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, keadaan darurat diumumkan di Beirut selama dua minggu dan berkabung selama tiga hari. Sementara itu, mengutip pernyataannya di akun Twitter kepresidenan @LBpresidency, Aoun mengaku tidak akan puas sampai menemukan orang yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
"Karena tidak dapat diterima bahwa pengiriman 'amonium nitrat' diperkirakan 2.750 ton selama 6 tahun di sebuah gudang tanpa mengambil tindakan pencegahan, yang membahayakan keselamatan warga negara," ujar dia.
Mengutip dari AFP yang dilansir dari Turnbackhoax, Amonium nitrat adalah suatu senyawa kimia. Penggunaan amonium nitrat adalah sebagai komponen campuran peledak yang digunakan dalam konstruksi pertambangan, penggalian, dan konstruksi sipil.
"Jelas bukan nuklir. Ledakan di Beirut tak ada seujung kukunya dari efek bom nuklir kecil," kata Jeffrey Lewis kepada Motherboard, selaku Direktur Middlebury Institute of International Studies yang rutin mengkaji proses pelucutan nuklir di berbagai negara.
Tim Cek Fakta Liputan6.com juga menemukan artikel dengan judul: '9 Fakta di Balik Ledakan Dahsyat di Beirut Lebanon'. Artikel itu dimuat oleh Liputan6.com pada 5 Agustus 2020.
Disebutkan dalam artikel tersebut, ledakan di Beirut, Lebanon terjadi pada Selasa 4 Agustus waktu setempat. Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim mengungkap pemicu ledakan dahsyat yang menewaskan 73 orang dan melukai 3.700 warga itu.
Berdasarkan hasil investigasi, ungkap Ibrahim, ledakan itu berasal dari 2.700 ton amonium nitrat. Bahan kimia tersebut disimpan di pelabuhan Beirut sebelum dikirim ke Afrika, seperti dikutip dari Aljazeera, Rabu, (5/8/2020).
Hasil investigasi tersebut telah dilaporkan Ibrahim kepada Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon yang berisi presiden dan semua lembaga keamanan utama negara. Otoritas Lebanon berjanji akan memberi hukuman paling berat ke pihak yang bertanggung jawab.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon bukan berasal dari bom nuklir. Faktanya, Pemerintah Lebanon meyakini biang keroknya adalah gudang di pelabuhan yang terbakar. Gudang itu menyimpan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut.
Tentang Cek Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement