Ramai-Ramai Melawan Hoaks Vaksin Covid-19 di Media Sosial

Facebook, YouTube, Twitter, hingga TikTok terus berupaya melawan hoaks vaksin Covid-19 di media sosial.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Des 2020, 09:44 WIB
Diterbitkan 17 Des 2020, 21:06 WIB
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah platform media sosial terus berinovasi untuk mencegah penyebaran hoaks, khususnya terkait vaksin Covid-19. Facebook misalnya, bakal menghapus konten yang berisi hoaks tentang vaksin Covid-19.

"Karena ini masih awal dan fakta tentang vaksin Covid-19 akan terus berkembang, kami akan secara teratur memperbarui klaim yang kami hapus berdasarkan panduan dari otoritas kesehatan masyarakat saat mereka mempelajarinya lebih lanjut," tulis Facebook dalam blog resminya, seperti dilansir dari Engadget, Rabu 4 Desember 2020.

Facebook memberikan beberapa contoh klaim yang salah tentang vaksin yang beredar di platform mereka. Beberapa di antaranya adalah, vaksin mengandung microchip, kandungan hingga efek samping dari vaksin.

Sebelumnya, Facebook sudah melarang iklan anti-vaksin Covid-19 di tingkat yang lebih luas. Facebook juga sudah menghapus klaim palsu tentang vaksin polio di Pakistan dan vaksin campak di Samoa.

Selain Facebook, sejumlah patform media sosial lainnya juga turut ambil bagian melawan hoaks vaksin Covid-19. Berikut rangkumannya:

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Twitter Hapus Konten Hoaks Seputar Vaksin Covid-19

Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Platform media sosial, Twitter akan menghapus informasi palsu dan hoaks seputar vaksin virus corona Covid-19. Hal ini disampaikan Twitter dalam sebuah postingan blog.

Dikutip dari nytimes.com Kamis (17/12/2020), penghapusan konten hoaks seputar vaksin Covid-19 akan dimulai minggu depan, bersamaan dengan distribusi vaksin di Amerika Serikat.

Tweet yang mengklaim bahwa vaksin tersebut dengan sengaja menyebabkan kerusakan, atau persekongkolan, dan bahaya vaksin, akan dihapus sesuai dengan kebijakan baru Twitter.

"Dalam konteks pandemi global, informasi yang salah tentang vaksin menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan dan terus berkembang," demikian Twitter dalam sebuah posting blog.

Selengkapnya bisa dilihat di tautan berikut ini.

 

 

Fitur Baru TikTok

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

TikTok terus mengeluarkan fitur baru untuk menindak misinformasi tentang vaksin Covid-19. Tujuannya untuk melindungi pengguna yang rentan dari teori konspirasi berbahaya.

Aplikasi berbagi video itu akan memperkenalkan fitur baru pada akhir bulan ini untuk mendeteksi konten yang berkaitan dengan vaksin Covid-19.

Nantinya, setiap video yang berkaitan dengan Covid-19 akan terlampir pesan sebagai berikut: "Pelajari lebih lanjut tentang vaksin Covid-19".

"Kami harus realistis bahwa akan selalu ada minoritas kecil orang yang akan mencoba menggunakan platform kami untuk berbagi konten yang bertentangan dengan kebijakan kami," tulis Kevin Morgan, Head of Product TikTok, seperti dikutip dari independent.co.uk, Kamis (17/12/2020).

"Dari LSM dan pakar yang kami ajak bicara, kami tahu bahwa semakin penting untuk memastikan bahwa informasi yang salah yang dapat membahayakan keselamatan publik yang lebih luas, tidak diizinkan untuk berkembang biak secara online," lanjutnya.

Selengkapnya bisa dilihat di tautan berikut ini.

 

 

Panel Cek Fakta dari YouTube

Ilustrasi Youtube
Ilustrasi Youtube (Photo by Sara Kurfeß on Unsplash)

Layanan streaming YouTube meluncurkan panel informasi cek fakta di Indonesia, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Panel informasi cek fakta ini sebelumnya telah tersedia di Brasil, India, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.

"Ini adalah sebagai salah satu wujud dari komitmen YouTube untuk meningkatkan pengalaman mendapatkan berita, melawan misinformasi dan disinformasi di platform," kata YouTube Indonesia seperti dilansir dari Antara, Selasa (1/12/2020).

"Panel informasi cek fakta diharapkan dapat memberikan konteks yang mendampingi konten di platform untuk membantu pengguna membuat penilaian yang lebih cerdas," tambah YouTube Indonesia.

YouTube mencatat, bahwa semakin banyak orang datang ke YouTube untuk mendapatkan berita dan informasi. Termasuk mendapatkan kabar terbaru uatu pemilihan umum dan peristiwa terkini.

Lebih lanjut, waktu menonton konten seputar berita otoritatif meningkat lebih dari 75 persen selama tiga bulan pertama tahun 2020 di seluruh dunia.

Selengkapnya bisa dilihat di tautan berikut ini.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya