Mitos Kesehatan Sepekan: Vaksin Sinovac Diproduksi Sebelum Pandemi hingga Grafik Kadar Antibodi Usai Divaksin Covid-19

Beberapa kabar hoaks dan mitos kesehatan masih bermunculan di media sosial. Berikut penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 23 Mar 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi Cek Fakta kesehatan
Ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks terus bermunculan di media sosial, tidak terkecuali hoaks dan mitos kesehatan yang dapat mempengaruhi masyarakat. Satu di antaranya klaim tentang vaksin Covid-19 Sinovac sudah diproduksi sebelum pandemi.

Informasi tersebut diunggah akun Facebook Sugeng Tanggap Warsa, pada 15 Maret 2021. Klaim vaksin Covid-19 Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena kedaluwarsa lebih cepat dari 2 tahun yang diunggah akun Facebook Sugeng Tanggap Warsa.

"Massa kedaluwarsa Vaksin Sinovac adalah 2 tahun. Jadi Vaksinya ada dulu baru pandeminya nyusul. Keren sekali kan?" berikut pesan dalam gambar tangkapan layar.

Kemudian unggahan tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Hebat ya.... Udah bikin anti virus duluan"

Namun setelah ditelusuri, klaim vaksin Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena kedaluwarsa lebih cepat dari 2 tahun tidak benar.

Masa kedaluwarsa vaksin Sinovac dari pabrik memang 2 tahun. Namun, BPOM menetapkan 6 bulan karena uji klinis yang baru dilakukan selama 6 bulan.

Selain klaim tentang vaksin Covid-19 Sinovac sudah diproduksi sebelum pandemi, terdapat hoaks dan mitos kesehatan lain yang telah ditelusuri. Berikut rangkumannya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pesan Berantai Warga Jabar Divaksin Covid-19 Mulai 18 Maret 2021 di Kantor Gubernur

Cek Fakta Gubernuran
Cek Fakta Gubernur Jawa Barat membuka program vaksinasi covid-19 untuk warga umum.

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai terkait program vaksinasi covid-19 yang diadakan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan sejak awal pekan ini.

Dalam pesan berantai yang beredar disebutkan bahwa semua warga ber-KTP Jawa Barat boleh datang dan langsung mendapat vaksin covid-19. Berikut isi pesan berantai tersebut selengkapnya:

*Kabar Gembira*Vaksin utk Warga Jawa Barat

Hari ini 16-3-2021 diumumkan oleh Gubernur bahwa mulai hari Kamis 18-3-2021 dibuka untuk umum dan KTP Jawa Barat dari jam 06.00-11.00 WIB.

Gedung pakuan tempat tinggal gubernur jl.cicendo gubernuran. Per hari 1000 vaksin."

Setelah ditelusuri, pesan berantai yang menyebut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil membuka program vaksinasi covid-19 untuk semua warga yang ber-KTP Jawa Barat mulai Kamis (18/3/2021) adalah hoaks.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 


Pesan Berantai Berisi Grafik Kadar Antibodi usai Divaksin Covid-19

Cek Fakta kadar antibodi setelah divaksin covid-19
Cek Fakta kadar antibodi setelah divaksin covid-19

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai berisi informasi soal kadar antibodi setelah divaksin covid-19. Pesan berantai itu ramai dibagikan sejak pekan kemarin.

Dalam pesan berantai tersebut terdapat grafik yang diklaim sebagai antibodi seseorang setelah menerima vaksin covid-19. Selain itu pesan berantai juga dilengkapi narasi:

"Ini grafik antibody setelah vaksin, hari ke 7 mulai kelihatan, puncak hari ke 10 kemudian turun sampai hari ke 28 sudah kecil sekali, kemudian di suntik hasilnya antibody jadi melonjak.

7 hari setelah vaccine anti body menurun jadi kalau bisa jangan keluar dulu. Itu sebabya orang bisa kena covid beberapa hari sebelum vaksin ke 2 karena antibody sudah mendekat nol."

Setelah ditelusuri, pesan berantai berisi informasi soal kadar antibodi setelah divaksin covid-19 adalah tidak benar.

Dokter sekaligus edukator dan Tim Penanganan Covid-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan bahwa tidak ada orang yang setelah divaksin covid-19 antibodinya malah menjadi mendekati nol.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya