Cerita Dokter Ariani Sulit Ajak Penyintas COVID-19 Jadi Pendonor Plasma Konvalesen

Cerita dokter Ariani sulit ajak penyintas COVID-19 menjadi pendonor plasma konvalesen.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Apr 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 10:30 WIB
FOTO: Penyintas COVID-19 di Bekasi Donorkan Plasma Konvalesen
Penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesennya di PMI Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/2/2021). Untuk saat ini, PMI Bekasi hanya mampu melayani enam orang pendonor per harinya karena keterbatasan alat. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu cara yang dipecaya bisa membantu pasien COVID-19 dalam kondisi kritis atau berat pulih dari infeksi. Namun, ada tantangan tersendiri untuk mendapatkan pendonor plasma darah dari penyintas COVID-19. Hal tersebut menjadi perhatian seorang dokter di Malang, Jawa Timur.

Tergerak untuk berkontribusi menghadapi pandemi, dr Ariani membentuk sebuah komunitas yang menghubungkan antara pasien dengan penyintas COVID-19 yang bersedia menjadi pendonor plasma konvalesen.

Sejumlah tantangan dihadapi Ariani dalam menjaring penyintas COVID-19, seperti orang yang bersangkutan takut diketahui pernah terpapar COVID-19 dan cemas bila dikucilkan atau diejek.

"Tantangannya ya mengajak penyintas COVID-19 jadi pendonor plasma konvalesen. Kami beberapa kali juga melakukan audiensi dengan pemerintah daerah untuk menggalang penyintas COVID-19," tutur Ariani kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 22 Maret 2021.

"Tapi yang mau berdonor hanya sedikit. Banyak kendalanya, pertama, mereka enggak punya pengetahuan, masih ada stigma negatif dari masyarakat. Ini karena mereka tidak mau diketahui masyarakat kalau mereka penyintas dan kena COVID-19."

Stigma terhadap penyintas COVID-19, menurut Ariani, masih terjadi. Hal ini menjadi salah satu penyebab sulitnya mendapatkan plasma konvalesen.

"Ya, mereka takut dikucilkan dan diejek. Kemudian mereka takut dijauhi. Stigma seperti ini masih banyak lho pada masyarakat," lanjutnya.

"Kendala lainnya, mereka takut jarum suntik, takut ke rumah sakit, takut ke Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) buat diambil darahnya."

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Tidak Bisa Memaksakan Penyintas COVID-19 Donorkan Plasma Konvalesen

FOTO: Penyintas COVID-19 di Bekasi Donorkan Plasma Konvalesen
Penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesennya di PMI Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/2/2021). Pemerintah setempat membuka layanan donasi plasma konvalesen untuk membantu kesembuhan pasien yang masih terpapar COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam upaya menjaring penyintas COVID-19, Ariani menyampaikan, tidak bisa memaksa mereka untuk menjadi pendonor plasma konvalesen.

"Kesadaran mereka jadi pendonor plasma konvalesen masih kurang. Karena kan harus sukarela juga mereka. Kita tidak bisa memaksakan mereka jadi pendonor," ujarnya.

Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen, yang Ariani dirikan bernama 'Plasma Hero' ini turut aktif menyebarluaskan poster, banner, dan tautan (link) bagi para penyintas COVID-19 ingin mendaftarkan diri menjadi pendonor plasma konvalesen.

"Kami, 'Plasma Hero' menyebarkan link buat penyintas COVID-19 menjadi pendonor. Ya, nanti di dalam link-nya diisi untuk pendaftarannya. Alhamdulillah sekarang, setiap hari ada saja penyintas yang bilang, 'Saya mau jadi pendonor plasma konvalesen, bagaimana cara daftar dan donorkan plasma," imbuhnya.

Berdasarkan hasil penelitian, terapi plasma konvalesen dapat mencegah perkembangan gejala yang lebih parah. Terapi ini menggunakan plasma darah yang mengandung antibodi dari orang-orang yang telah sembuh dari COVID-19 sebagai pengobatan pasien COVID-19.

Pasien yang diberikan plasma konvalesen dengan titer antibodi SARS-CoV-2 yang tinggi dalam kurun waktu 72 jam akan menunjukkan adanya penurunan risiko pasien mengalami gangguan pernapasan.

383 Penyintas COVID-19 Tergabung dalam 'Plasma Hero'

FOTO: 307 Penyintas COVID-19 Donorkan Plasma Konvalesen
Penyintas COVID-19 melakukan donor plasma konvalesen di PMI DKI Jakarta, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 307 penyintas COVID-19 per 1 hingga 15 Januari 2021 telah mendonorkan plasma konvalesen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Komunitas 'Plasma Hero' berdiri sejak 25 Desember 2020. Kini, sudah ada 383 penyintas COVID-19 yang tergabung dalam komunitas tersebut. Meski didirikan di Malang, anggota komunitas tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang.

"Dari database kami, sekarang ada 383 penyintas COVID-19 dari berbagai kota di Indonesia dan golongan darah. Pada awal berdiri, mereka belum antusias, mungkin banyak yang ragu," papar Ariani.

"Kalau sekarang mungkin sudah banyak komunitas pendonor plasma konvalesen. Tiga hari komunitas kami berdiri ada 50 pendaftar, lalu naik 100 orang. Pada Januari 2021 sudah menjadi 150 orang. Jadi, cepat banget penambahan anggotanya."

Saat ini, setiap hari ada tiga penyintas COVID-19 jadi pendaftar. Untuk menjaring penyintas COVID-19 jadi pendonor plasma konvalesen, Ariani juga memasang psoter di Rumah Sakit Lapangan COVID-19 dan meminta bantuan rekan-rekan dokter lain.

"Kebetulan Saya bekerja di Rumah Sakit Rujukan COVID-10 di Malang, Jawa Timur. Saya nge-share (membagikan) kepada dokter yang merawat pasien COVID-19, 'Tolong ini bisa dishare ke pasien-pasiennya," kata Ariani.

"Saya pasang juga poster di Rumah Sakit Lapangan COVID-19 Malang. Ya, mulai sedini mungkin menjaring pendonor plasma konvalesen."

Infografis 6 Kriteria Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen

Infografis 6 Kriteria Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Kriteria Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya