Hoaks Terus Beredar Usai Pemilu 2024, Masyarakat Harus Melek Literasi

Hoaks masih terus beredar secara masif pada periode pasca-pemilu 2024. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk melek literasi agar tidak terjebak.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 28 Mar 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2024, 17:00 WIB
literasi digital
Ilustrasi literasi digital (ilustrasi: AI)

Liputan6.com, Jakarta - Pesta demokrasi Pemilu 2024 menjadi salah satu momen yang menjadi lahan basah penyebaran hoaks. Bahkan hingga periode pasca-pemilu seperti sekarang hoaks masih terus beredar, terutama di ruang digital seperti media sosial.

Peredaran hoaks terjadi karena beberapa faktor. Hal ini dapat dikenali berdasarkan jenisnya. Umumnya hoaks yang beredar di ruang digital dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disinformasi dan misinformasi.

Hal ini disampaikan oleh Co-Initiator Bijak Memilih, Abigail Limuria dalam acara Virtual Class Liputan6.com bertajuk “Yuk Pahami Aturan Main Pasca-Pemilu agar Tak Tergocek Hoaks” yang digelar Rabu (27/3/2024).

"Disinformasi itu hoaks yang sengaja disebarkan karena ada tujuan tertentu, sedangkan misinformasi adalah hoaks yang disebarkan tanpa ada unsur kesengajaan, mungkin orang tersebut menyebarkan suatu informasi tapi dia tidak tahu kalau itu hoaks, atau mungkin salah menangkap informasi tersebut, lalu disebarkan dengan konteks yang salah," katanya menjelaskan.

Menurut Abigail, misinformasi akan terus ada karena terproduksi secara natural, sementara disinformasi tergantung dari tujuan si penyebar.

Selama ada target atau tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh oknum tidak bertanggung jawab, maka disinformasi akan terus beredar di media sosial.

Pentingnya Literasi dan Kemampuan Berpikir Kritis

Abigail menekankan bahwa edukasi masyarakat yang masih minim dan oknum tidak bertanggung jawab seperti buzzer dengan jumlah bayaran tertentu menjadi permasalahan utama masifnya peredaran hoaks pasca-pemilu 2024.

Oleh karena itu, Abigail mengimbau masyarakat agar lebih cerdas dan bijak dalam menanggapi informasi yang mereka terima. Dengan begitu, hoaks tidak akan lagi dianggap efektif, terutama bagi para oknum penyebar tidak bertanggung jawab.

"Cara kita menyikapinya adalah dengan edukasi, seperti literasi digital, literasi politik, kemampuan berpikir kritis, dan menumbuhkan sikap skeptisisme yang sehat," tuturnya.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya