Liputan6.com, Jakarta - Informasi palsu atau hoaks terus membanjiri dunia maya, menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sejak awal 2023, kementerian ini telah menghapus 3,76 juta konten negatif dari media sosial dan internet.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Kominfo, Slamet Santoso mengatakan, dari jumlah tersebut, 1,9 juta konten bukanlah hoaks, melainkan terkait dengan judi online.
Advertisement
Baca Juga
"Sebanyak 1,9 juta konten itu bukan hoaks, tetapi judi online. Konten hoaks memang menjadi masalah besar di ruang digital, tetapi konten judi online juga menjadi ancaman serius bagi kita," ujar Slamet dalam acara Diskusi Lintas Generasi yang merupakan rangkaian Liputan6.com Awards, dikutip dari kanal Tekno, Kamis (1/8/2024).
Slamet mengungkapkan bahwa berdasarkan temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), transaksi judi online pada tahun 2023 mencapai Rp 327 triliun.
"Itu adalah uang yang disedot oleh bandar judi online tanpa memberikan dampak positif bagi perekonomian sekitar. Ironisnya, 80 persen korban judi online berasal dari kalangan menengah ke bawah," tambahnya.
Untuk konten hoaks, Kominfo telah menurunkan 11.600 konten dari internet. Upaya ini dilakukan dengan bekerja sama dengan berbagai stakeholder, termasuk mitra Gerakan Nasional Literasi Digital yang kini memiliki 115 anggota, salah satunya adalah gerakan Siberkreasi yang diketuai oleh Yosi Mokalu.
Kominfo menggunakan empat pilar dalam membasmi hoaks, yakni literasi terkait budaya, etika, keterampilan, dan keamanan digital. Literasi ini disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat, mulai dari siswa SD, SMP, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri, hingga masyarakat umum.
Sementara, Ketua Siberkreasi, Yosi Mokalu mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Kominfo untuk melawan hoaks dan konten negatif lainnya. Menurutnya, salah satu alasan banyaknya hoaks yang beredar adalah karena perkembangan teknologi digital yang cepat tidak diimbangi dengan etika dan literasi digital yang memadai.
"Konten negatif di internet bukan hanya hoaks, tetapi banyak lainnya. Penyebarannya sangat cepat karena perkembangan digital yang pesat. Dulu, penyebaran informasi, baik benar atau salah, tidak secepat sekarang," tutur Yosi.
Yosi juga menambahkan bahwa keinginan pengguna untuk menjadi orang pertama yang menyebarkan informasi, sering kali mempercepat penyebaran hoaks. Padahal, setiap orang seharusnya memeriksa kebenaran informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya.
Untuk itulah, salah satu upaya yang Yosi lakukan selain mengedukasi etika-etika di internet adalah dengan dengan membanjiri internet dengan konten-konten yang baik.
"Kalau bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kominfo, saya membuat banyak konten, baik itu yang berhubungan dengan literasi digital dan ada juga konten yang lebih santai, misalnya konten lagu," kata Yosi.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement