Hati-hati Penipuan Berkedok Studi dan Magang di Luar Negeri, Kenali Modusnya

Atase Polri KBRI Berlin, Kombes Pol Shinto Silitonga, mengimbau korban penipuan berkedok studi dan magang di luar negeri untuk berani melapor. Dengan mengungkap berbagai modus penipuan, KBRI berkomitmen mencegah rekrutmen ilegal dan melindungi korban dari eksploitasi.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 05 Feb 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2025, 13:20 WIB
Banner Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Banner Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Atase Polri KBRI Berlin, Kombes Shinto Silitonga, mengajak para korban penipuan berkedok studi dan magang di luar negeri untuk tidak takut melapor.

"Kami mendorong agar korban berani bersuara. Korban sering kali menjadi sasaran intimidasi berulang kali oleh pelaku yang mengancam mereka untuk diam," kata Shinto Silitonga dilansir dari Antara, Rabu (5/2/2025).

Shinto memaparkan, terdapat berbagai modus operandi penipuan yang berkedok studi dan magang di luar negeri. Beberapa di antaranya adalah pelatihan bahasa, janji pertukaran budaya, magang, kuliah sambil kerja dengan iming-iming upah tinggi, serta agen yang menawarkan pengurusan administrasi seperti paspor, visa, sertifikasi bahasa, dan kontrak.

Lebih jauh, pelaku kerap menjanjikan dana talangan, yang akhirnya menjebak korban dalam lilitan utang. Di luar negeri, korban mengalami eksploitasi waktu, tenaga, materi, bahkan kekerasan fisik dan psikologis.

Shinto menekankan, pentingnya peran komunitas dalam mengedukasi dan menyosialisasikan informasi untuk mencegah penipuan semacam ini.

"Bangun kepedulian komunitas untuk edukasi dan sosialisasi sehingga kita bisa menyeimbangkan informasi yang dibangun oleh pelaku rekrutmen ilegal ini. Kami juga mendorong korban maupun komunitas di Eropa untuk melaporkan ke penegak hukum," ujarnya.

KBRI terus berupaya mencegah rekrutmen oleh agen yang tidak bertanggung jawab dan selalu siap menanggapi laporan dari pelajar maupun mahasiswa yang menjadi korban.

"Tindakan kami mencakup menempatkan korban pada posisi aman dan melindungi mereka dari ancaman pelaku. Kami juga mendampingi mereka untuk melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi setempat," tambah Shinto Silitonga.

 

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

 

Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.

Caranya mudah:

* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse

* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”

* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”

* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya